NASA Luncurkan Baju Antariksawan Generasi Terbaru

- Editor

Jumat, 18 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat atau NASA meluncurkan dua purwarupa baju antariksawan generasi terbaru.

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) meluncurkan dua purwarupa baju antariksawan generasi terbaru. Baju itu akan membawa manusia kembali ke Bulan pada 2024 hingga penaklukan asteroid dan Mars pada suatu saat di masa depan. Purwarupa baju pertama yang diluncurkan di Kantor Pusat NASA di Washington DC, AS, Selasa (15/10/2019), adalah baju untuk pendaratan di Bulan. Baju yang dinamakan Exploration Extravehicular Mobility Unit (xEMU) itu memiliki warna dominan putih dengan paduan warna biru dan merah di sejumlah bagian.

KOMPAS/NASA/JOEL KOWSKY–Insinyur pakaian luar angkasa Pusat Antariksa Johnson, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), Amy Ross (paling kiri) dan Kepala NASA Jim Bridenstine (kedua dari kiri) menyaksikan peluncuran purwarupa baju Exploration Extravehicular Mobility Unit (xEMU) yang digunakan insinyur pakaian luar angkasa NASA lainnya, Kristine Davis (kedua dari kanan), dan baju Orion Crew Survival System yang digunakan Dustin Gohmert (paling kanan). Peluncuran kedua baju antariksawan generasi terbaru itu dilakukan di Kantor Pusat NASA di Washington DC, AS, Selasa (15/10/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sesuai dengan namanya, xEMU, baju itu didesain untuk antariksawan yang bekerja di luar wahana atau pesawat antariksa. Baju ini adalah pengembangan dari baju antariksawan Extravehicular Mobility Unit (EMU) yang selama ini digunakan antariksawan untuk melakukan spacewalk atau beraktivitas di luar wahana atau pesawat antariksa.

Saat peluncuran, baju itu dikenakan oleh salah seorang perempuan insinyur perancang baju antariksawan dari Pusat Antariksa Johnson, NASA, Kristine Davis. Dikenakannya baju itu oleh Davis adalah simbol bahwa baju itu akan dikenakan oleh perempuan pertama yang mendarat di Bulan pada tahun 2024.

KOMPAS/NASA /JOEL KOWSKY–Kristine Davis, insinyur pakaian luar angkasa di Pusat Antariksa Johnson, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), mengenakan purwarupa baju xEMU seusai peluncuran baju tersebut di Kantor Pusat NASA, Washington DC, AS, Selasa (15/10/2019). Baju ini dirancang untuk digunakan dalam pendaratan manusia di Bulan tahun 2024.

Sejak era pendaratan manusia di Bulan berlangsung pada 1969-1972, sudah 12 manusia mendarat di Bulan. Namun, dari semua antariksawan itu, semuanya adalah laki-laki. Karena itu, dalam misi Artemis untuk mendaratkan manusia di kutub selatan Bulan tahun 2024, NASA menargetkan untuk mengirimkan seorang antariksawati.

Meski dirancang untuk mendaratkan manusia di Bulan, baju itu juga ditargetkan untuk berbagai misi pendaratan manusia lainnya ke depan. Bulan akan jadi tempat ujian pertama baju tersebut, sekaligus mendorong manusia bepergian makin jauh.

”Pada akhirnya, tujuan kami adalah pergi ke Mars,” kata Kepala NASA Jim Bridenstine, seperti dikutip space.com.

Baju itu dirancang para ahli NASA untuk berbagai bentuk tubuh, ukuran, dan jenis kelamin antariksawan hingga memudahkan gerak mereka. Selain itu, baju juga dirancang untuk berbagai medan pendaratan yang kemungkinan besar sangat berbeda dari Bulan, seperti asteroid dan Mars.

Baju yang diperkenalkan itu terdiri atas dua purwarupa. Purwarupa pertama berupa baju untuk pendaratan di Bulan, khususnya kutub selatan Bulan yang dinamakan Exploration Extravehicular Mobility Unit (xEMU). Baju dengan warna dominan putih dengan paduan warna biru dan merah itu diklaim akan memudahkan pergerakan antariksawan.

”Mobilitas adalah salah satu persoalan terbesar antariksawan. Saat ingin mengambil batu, menata instrumen ilmiah, antariksawan membutuhkan pergerakan tubuh bagian atas yang fleksibel,” kata antariksawan NASA, Kate Rubin.

Meski baju ini menunjukkan banyak perbaikan yang membantu pergerakan antariksawan dan mengurangi ketidaknyamanan, bekerja dengan menggunakan baju untuk beraktivitas di luar wahana, baik EMU maupun xEMU, tetap tidak mudah.

Baju untuk beraktivitas di luar wahana ini mirip dengan wahana atau pesawat antariksa yang dipersonalisasi atau untuk satu orang. Dengan fungsi itu, tentu tidak mudah digunakan hingga membatasi gerak antariksawan.

Baju ini bertekanan dan dilengkapi berbagai pelindung yang memungkinkan antariksawan tetap aman bekerja di lingkungan ekstrem, mulai dari sistem oksigen, air minum dan sistem pendingin, hingga jet untuk membantu pergerakan antariksawan. Berbagai perlengkapan itulah yang membuat baju ini tidak mudah digunakan, khususnya untuk melakukan gerakan ekstra.

Hal yang cukup membedakan antara pakaian EMU dan xEMU sebagai generasi terbaru adalah xEMU dirancang memiliki pijakan kaki yang baik agar antariksawan bisa berjalan di permukaan Bulan. Pada baju EMU, antariksawan tidak terlalu membutuhkan menapak karena mereka melayang di luar angkasa.

Baju xEMU diharapkan memberikan perbaikan yang signifikan dengan baju yang digunakan antariksawan untuk mendarat di Bulan dalam misi Apollo, lebih dari 50 tahun lalu. Saat itu, baju mereka hanya memungkinkan antariksawan bergerak di permukaan Bulan seperti kelinci melompat.

Pakaian xEMU juga dilengkapi dengan teknologi penyikat karbon dioksida yang membuat antariksawan bisa menghabiskan waktu lebih dari delapan jam di permukaan Bulan. Teknologi itu juga memiliki jahitan yang lebih stabil hingga bisa mengatasi debu bulan yang menjadi persoalan besar dalam misi Apollo.

Peluncuran
Sementara itu, purwarupa baju kedua yang diluncurkan dinamai Orion Crew Survival System (OCSS). Saat peluncuran, baju itu dikenakan oleh Manajer Proyek Orion Crew Survival System Pusat Antariksa Johnson NASA Dustin Gohmert.

Baju dengan warna oranye cerah dengan garis biru itu akan digunakan untuk meluncurkan antariksawan ke luar angkasa, mendaratkan manusia di tempat lain di luar angkasa, hingga membawa mereka kembali ke Bumi menggunakan kapsul Orion.

KOMPAS/NASA /JOEL KOWSKY–Kepala Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) Jim Bridenstine (kiri) berbincang dengan Manajer Proyek Orion Crew Survival System Pusat Antariksa Johnson NASA Dustin Gohmert yang mengenakan baju Orion Crew Survival System di Kantor Pusat NASA, Washington DC, AS, Selasa (15/10/2019). Baju ini akan digunakan antariksawan saat diluncurkan dari Bumi, mendarat di wilayah lain di luar Bumi, hingga kembali ke Bumi menggunakan kapsul Orion.

Kapsul Orion adalah wahana yang dirancang NASA bersama Astrium, perusahaan asal Eropa untuk Badan Antariksa Eropa (ESA). Wahana ini dirancang untuk mengirimkan misi berawak ke luar angkasa, seperti ke Bulan, asteroid, dan Mars.

Selama ini, wahana untuk pengiriman misi berawak ke orbit rendah Bumi, seperti ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS), mengandalkan pada wahana Soyuz milik Badan Antariksa Rusia Roscosmos. Saat ini, perusahaan SpaceX sudah menguji wahana Crew Dragon untuk pengiriman misi berawak ke ISS agar tidak bergantung hanya kepada Soyuz.

Warna oranye digunakan pada baju OCSS agar antariksawan mudah terlihat. Selain itu, warna ini juga dipilih untuk menjaga tradisi yang ditetapkan Advanced Crew Escape Suit (ACES) NASA selama era pesawat ulang alik.

Ukuran
Salah satu persoalan selama ini untuk baju antariksawan, baik baju untuk spacewalk berwarna putih maupun baju peluncuran berwarna oranye, adalah ukuran yang pas bagi badan antariksawan, khususnya untuk antariksawati.

Tubuh perempuan umumnya memang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tubuh laki-laki. Persoalan ini membuat spacewalk untuk antariksawati ISS pada awal tahun ini banyak dibatalkan akibat ketiadaan baju EMU dengan ukuran yang sesuai.

Karena xEMU ditujukan untuk mendaratkan perempuan pertama di Bulan, maka baju itu harus bisa sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Namun, keamanan dan efektivitas baju itu untuk menunjang gerak antariksawan tetap jadi pertimbangan utama.

”Untuk mengatasi persoalan ukuran itu, baju ini dirancang dalam bentuk modul-modul dengan berbagai ukuran hingga bisa dicampur dan dicocokkan untuk mendapat ukuran yang sesuai,” kata Amy Ross, insinyur baju antariksa NASA yang memimpin pembuatan xEMU.

Sebenarnya, baju ruang angkasa yang tersusun atas modul-modul bukanlah hal baru. Namun, xEMU memiliki ukuran yang lebih beragam hingga memberikan kenyamanan lebih kepada antariksawan.

Selain itu, xEMU juga dilengkapi dengan sejumlah fitur unik di bahu yang digunakan sebagai standar pembuatan baju yang nyaman digunakan. Fitur ini memungkinkan antariksawan menggerakkan lengan mereka hingga membentuk formasi lingkaran penuh.

”Target kami adalah mendaratkan manusia di Mars. Karena itu, baju ini dirancang untuk membuat banyak antariksawan nyaman bekerja di luar angkasa dan tidak menimbulkan cedera,” ujar Ross.

NASA berencana mengirimkan satu baju xEMU ke ISS dan dua baju ke permukaan Bulan untuk diuji dalam dua tahun mendatang. Namun, sebelum uji di Bulan dilakukan, NASA ingin menguji dulu baju itu di ISS.

Karena itu, lanjut Chris Hansen yang mengelola aktivitas extravehicular di NASA, baju itu akan terus mengalami evolusi atau perbaikan hingga baju itu benar-benar digunakan untuk mendaratkan seorang perempuan dan seorang laki-laki di Bulan pada 2024. Pembaruan dimungkinkan menyangkut instrumen elektronik dan teknologi di baju tersebut.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 18 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB