The Starman, Baju Antariksawan Crew Dragon yang Simpel

- Editor

Senin, 1 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberhasilan peluncuran wahana berawak Crew Dragon menggunakan roket Falcon-9 mengukuhkan kedigdayaan teknologi-teknologi buatan SpaceX. Baju yang digunakan kedua antariksawan Crew Dragon juga mencuri perhatian publik.

KOMPAS/NASA/KIM SHIFLETT–Antariksawan Douglas Hurley (kiri) dan Robert Behnken menggunakan baju antariksawan model terbaru, Starman.

Keberhasilan peluncuran wahana berawak Crew Dragon menggunakan roket Falcon-9 makin mengukuhkan kedigdayaan teknologi-teknologi buatan SpaceX. Namun tak hanya teknologi wahana dan roket saja yang menarik publik dalam peluncuran tersebut. Baju yang digunakan kedua antariksawan yang mengendarai Crew Dragon juga menarik perhatian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peluncuran Crew Dragon itu berhasil dilaksanakan pada Sabtu (30/5/2020) pukul 15.22 waktu Florida, Amerika Serikat, atau Minggu (31/5/2020) pukul 02.22 WIB. Itu merupakan misi monumental karena untuk pertama kali pengiriman antariksawan ke luar angkasa dilakukan oleh perusahaan swasta, bukan oleh lembaga negara seperti selama ini.

Baju antariksawan yang dinamakan The Starman itu sudah menyita perhatian publik pada rencana pertama peluncuran Crew Dragon pada Rabu (27/5/2020) yang gagal. Baju yang dikenakan Robert ”Bob” L Behnken (49) dan Douglas ”Doug” G Hurley (53) tampak lebih ramping dan sederhana dibandingkan baju yang digunakan antariksawan selama bertahun-tahun sebelumnya.

Baju berwarna dasar putih dengan kombinasi garis hitam itu merupakan karya desainer busana Hollywood Jose Fernandez yang terlibat dalam pembuatan baju film Captain America: Civil War dan Batman vs Superman: Dawn of Justice. Baju yang terlihat simpel itu terdiri dari satu bagian alias bagian baju dan celana menyambung menjadi satu serta sudah disesuaikan dengan ukuran tubuh sang antariksawan.

KOMPAS/TWITTER/ELON MUSK—Dua antariksawan yang mengemudikan wahana antariksa Crew Dragon, Robert Behnken dan Douglas Hurley, mengenakan baju antariksa model Starman yang lebih simpel dan ramping.

Baju itu dilengkapi dengan helm yang dicetak memakai mesin pencetak tiga dimensi serta sarung tangan yang bisa digunakan pada layar sentuh. Kepekaan sarung tangan itu penting mengingat Wahana Dragon tidak memiliki batang kendali seperti pada wahana antariksa sebelumnya. Pengendalian wahana ini sepenuhnya dilakukan melalui panel atau monitor yang semuanya berupa layar sentuh.

Fungsi baju
Meskipun desain baju penting, fungsi baju antariksawan harus menjadi perhatian utama. Baju ini harus mampu melindungi tubuh antariksawan saat terjadi depressurisasi, atau hilangnya tekanan dalam kabin wahana.

Depressurisasi bisa membahayakan antariksawan karena bisa menyebabkan mereka mengalami hipoksia (tubuh kekurangan oksigen), barotrauma (cedera akibat perubahan tekanan mendadak), dan memicu sakit kepala, pandangan buram, mual, kesemutan, nyeri gigi, serta perdarahan di telinga.

Baju itu juga harus memastikan sang penggunanya tetap memiliki pasokan oksigen yang mencukupi untuk menjaga suhu badannya. Selain itu, baju tersebut juga memiliki sambungan kabel dan selang umbilikal (mirip pusar bayi) yang ada di kursi wahana sehingga membuat antariksawan tetap bisa berkomunikasi dengan pusat pengendali di Bumi ataupun bernapas.

Meski demikian, baju ini hanya digunakan selama penerbangan saja, baik dari Bumi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) maupun sebaliknya. Baju ini tidak dirancang digunakan antariksawan untuk melakukan perjalanan atau pekerjaan di luar ISS alias spacewalk.

KOMPAS/BOEING—Antariksawan NASAChris Ferguson menggunakan baju antariksawan Boeing Blue yang disiapkan Boeing untuk mengirimkan antariksawan ke luar angkasa menggunakan wahana CST-100 Straliner

Untuk melakukan spacewalk, antariksawan tetap harus menggunakan baju extravehicular mobility unit (EMU) yang besar dan tebal. Baju ini dirancang untuk melindungi tubuh antariksawan dari suhu dingin, serta memiliki sejumlah perisai yang menjaga penggunanya dari tumbukan mikrometeorit, partikel kecil puing-puing luar angkasa, hingga radiasi sinar kosmik.

Baju EMU dirancang terdiri atas dua bagian, yaitu atas dan bawah. Baju semikaku ini mampu menopang antariksawan di dalamnya untuk bekerja di ruang hampa udara hingga 8,5 jam.

Model baju antariksawan yang simpel itu juga terlihat dari rancangan Boeing. Selain SpaceX, Boeing juga memenangi proyek dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) untuk mengirimkan antariksawan NASA ke luar angkasa. Nilai proyek Boeing pun lebih besar dari proyek SpaceX, yaitu 4,2 miliar dollar AS atau Rp 63 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar), 60 persen lebih besar dari nilai proyek SpaceX.

Boeing akan menerbangkan antariksawan menggunakan wahana CST-100 Starliner. Sementara baju yang akan digunakan antariksawan dinamakan Boeing Blue karena warna dasarnya adalah biru tua. Baju yang akan digunakan selama peluncuran atau penerbangan kembali ke Bumi itu diklaim 40 persen lebih ringan dibandingkan baju antariksawan AS sebelumnya. Baju ini juga dirancang membuat penggunanya tetap mudah bergerak.

Material baju ini disusun menggunakan bahan khusus yang akan menjaga penggunanya tetap sejuk, tidak kegerahan. Kaus tangannya juga peka terhadap layar sentuh. Baju ini juga dilengkapi tutup kepala lembut yang mirip helm dan memiliki lapisan bening polikarbonat yang lebar untuk memberi pandangan antariksawan yang lebih luas.

Selain itu, baju ini juga dilengkapi resleting di bagian tubuh atas untuk memudahkan antariksawan mengubah posisinya dengan nyaman, seperti dari duduk menjadi berdiri.

Baju antariksawan masa kini memang telah berkembang jauh lebih simpel dibandingkan baju antariksawan di masa awal penerbangan ke luar angkasa. Namun, fitur-fitur yang dipakai makin lengkap hingga mampu melindungi antariksawan di balik baju itu lebih baik.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 31 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB