NASA Luncurkan Wahana Pencari Tanda Kehidupan di Mars

- Editor

Senin, 3 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mars kini menjadi tujuan eksplorasi sejumlah negara dalam beberapa waktu terakhir. Setelah UEA dan China, Kamis (30/7/2020) Amerika Serikat meluncurkan wahana nirawak menuju ke planet merah tersebut.

NASA/JOEL KOWSKY—Roket Atlas V milik United Launch Alliance meluncur dari Landas luncur Pangkalan ANgkatan Udara di Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Kamis (30/7/2020). Roket ini membawa wahana penjejak Perseverance yang akan menuju planet Mars untuk meneliti tanda-tanda kehidupan di sana.

Setelah Uni Emirat Arab dan China, Amerika Serikat meluncurkan wahana terbarunya menuju Mars, Kamis (30/7/2020). Misi Mars 2020 itu akan mengirimkan wahana penjejak dan sebuah helikopter yang diharapkan dapat beroperasi di tanah Mars mulai awal tahun depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misi Mars 2020 milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) itu diluncurkan menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance dari Pangkalan Angkatan Udara Tanjung Canaveral, Florida, AS, pada Kamis pukul 07.50 waktu setempat atau pukul 18.50 WIB.

Misi ini membawa wahana penjejak Perseverance dan sebuah helikopter mini Ingenuity yang ditumpangkan di wahana penjejak tersebut. Perjalanan menuju Mars akan ditempuh selama tujuh bulan dan wahana diperkirakan akan tiba di planet merah itu pada 18 Februari 2021.

Saat hitung mundur peluncuran berlangsung, terjadi gempa bumi di Pusat Kendali Misi Perseverance di Laboratorium Propulsi Jet NASA, Pasadena, California, AS. Namun, kondisi itu tak mengganggu jalannya peluncuran walau sejumlah orang di sana tampak terkejut.

Misi Mars 2020 yang membawa wahana penjejak Perseverance dan helikopter Ingenuity itu adalah misi ketiga menuju Mars yang diluncurkan selama Juli 2020. Wahana pertama yang diluncurkan adalah wahana pengorbit Al Amal atau Harapan milik Uni Emirat Arab (UEA) yang diluncurkan menggunakan roket Jepang pada 19 Juli 2020.

Selanjutnya, China mengirimkan misi Tianwen-1 pada 23 Juli 2020 menggunakan roket milik mereka sendiri. Misi ini mengirimkan tiga jenis wahana sekaligus menuju Mars, yaitu wahana pengorbit (orbiter), wahana pendarat (lander), dan wahana penjejak (rover).

Selain UEA, China, dan AS, gabungan Uni Eropa dan Rusia sebenarnya juga ingin mengirimkan wahananya menuju Mars memanfaatkan jendela waktu peluncuran menuju Mars saat ini. Misi ExoMars milik Uni Eropa dan Rusia itu berencana mengirimkan wahana penjejak Rosalind Franklin. Namun, karena ada masalah parasut yang muncul belum terselesaikan hingga tibanya jendela waktu peluncuran ke Mars, misi tersebut diundur.

Jendela waktu peluncuran ke Mars adalah waktu terbaik untuk mengirimkan misi ke planet merah tersebut. Saat ini Bumi dan Mars berada pada jarak terpendeknya yang berlangsung setiap 26 bulan sekali. Konsekuensinya, wahana akan menempuh waktu menuju Mars lebih singkat, hemat bahan bakar, dan meminimalkan risiko selama perjalanan yang panjang. Jendela waktu peluncuran ke Mars berikutnya akan berlangsung pada tahun 2022.

Misi ke Mars sudah dimulai sejak 1960. Jika semula hanya Uni Soviet dan AS yang mengirimkan misi ke Mars, sejak akhir 1990-an ada Jepang dan Uni Eropa yang memiliki program serupa. Setelah tahun 2010, China dan India ikut mengeksplorasi planet yang digadang-gadang mirip Bumi tersebut.

Meski demikian, misi ke Mars tidaklah mudah. Separuh misi berakhir dengan kegagalan, baik gagal saat diluncurkan, hilang saat akan menempatkan wahana di orbit Mars, maupun wahana gagal menjalankan misinya. Hingga kini, AS menjadi satu-satunya negara yang berhasil mengoperasikan wahana penjejak di Mars.

Misi berani
Misi Mars 2020 milik NASA dinilai sejumlah ahli sebagai misi yang paling berani dibandingkan dengan misi-misi ke Mars sebelumnya. Banyak hal baru direncanakan dilaksanakan dalam misi senilai 2,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39 triliun dengan kurs Rp 14.500 per dollar AS. Karena itu, Administrator NASA Jim Bridenstine, seperti dikutip Space, Kamis (30/7/2020), mengatakan, peluncuran Perseverance ini adalah misi yang penting bagi AS dan juga dunia.

Peluncuran Perseverance yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19 membuat perayaan peluncuran dilakukan secara daring. Cara itu membuat perayaan bisa diikuti oleh masyarakat lebih luas.

Sebelum peluncuran, penyanyi pemenang Grammy, Gregory Porter, menyanyikan lagu ”America, the Beautiful” dari rumahnya. Sementara dua anak yang memberi nama Perseverance dan Ingenuity hadir menyaksikan langsung peluncuran tersebut. Kedua anak itu adalah Alex Mather, siswa kelas 7 dari Virginia, AS, yang memberi nama Perseverance, dan Vaneeza Rupani, siswa kelas 11 dari Alabama, AS, yang memberi nama Ingenuity.

NASA/JPL-CALTECH—Ilustrasi artis saat wahana penjejak Perseverance sudah mendarat di dasar kawah Jezero, planet Mars. Jika semua rencana berjalan lancar, Perseverance akan mendarat di tanah Mars pada 18 Februari 2021.

Namun, peluncuran Perseverance pada Kamis lalu itu tidak berjalan mulus. Perseverance sebagai wahana utama dari misi Mars 2020 itu sempat menyalakan tombol proteksi ”safe mode” atau mode aman sesaat setelah peluncuran. Kondisi itu terjadi karena wahana mengalami pendinginan tak terduga saat roket peluncur memasuki daerah bayang-bayang Bumi atau bagian Bumi yang sedang malam. Namun, setelah itu, temperatur wahana kembali normal.

Menurut NASA, hidupnya mode aman wahana itu sesuai dengan desain yang ada. Peluncuran wahana antarplanet akan menghadapi situasi yang berubah sangat cepat dan dinamis. Karena itu, wahana dirancang mampu mengatur dirinya sendiri dalam mode aman (safe mode) jika komputer yang ada di wahana menghadapi kondisi yang tidak sesuai dengan parameter awalnya.

Mencari kehidupan
Perseverance yang berarti ketekunan atau kegigihan ini adalah wahana penjejak yang akan melakukan perjalanan di tanah Mars. Wahana seukuran mobil ini akan didaratkan di sebuah kawah berdiameter 45 kilometer yang bernama Jezero.

Setelah mendarat, Perseverance akan melakukan sejumlah hal yang belum pernah dilakukan wahana penjejak Mars lainnya, yaitu mencari tanda-tanda kehidupan di Mars, mengumpulkan sejumlah sampel tanah dan batuan Mars yang akan dikirim kembali ke Bumi, serta mengoperasikan helikopter Ingenuity.

Misi Mars 2020 ini bukanlah misi pertama NASA ke Mars. NASA telah mendaratkan wahananya di permukaan Mars pada 1975 menggunakan wahana pendarat kembar Viking 1 dan Viking 2. Namun, hasil wahana tersebut masih jadi perdebatan para ahli sampai saat ini, yaitu tentang apakah ada kehidupan di Mars atau tidak.

Persoalan itulah yang membuat NASA mengirimkan kembali sejumlah misi astrobiologi ke Mars. Untuk mencari kehidupan di Mars, NASA menggunakan strategi dengan mencari dan mengikuti jejak air di Mars. Air masih dianggap sebagai syarat mutlak yang dibutuhkan bagi berkembangnya kehidupan maupun layak tidaknya sebuah planet menopang makhluk hidup di atasnya.

Curiosity menemukan bahwa dasar kawah Gale yang menjadi tempatnya mendarat memiliki struktur seperti danau dan aliran air yang sangat panjang. Struktur itulah yang diyakini mendukung adanya kehidupan di Mars pada beberapa miliar tahun lalu. Hingga kini, Curiosity masih mengeksplorasi kawah Gale meski sudah lebih dari delapan tahun bekerja.

”Dari sejarah Mars, kemungkinan pernah ada kehidupan di sana. Karena itu, mari kita cari tahu apakah kehidupan itu benar-benar ada di Mars,” kata Bridenstine.

Perseverance akan melakukan beberapa hal yang sama dengan yang pernah dilakukan Curiosity meski untuk lokasi yang berbeda. Perseverance akan mendarat di kawah Jezero yang di masa lalu juga memiliki danau dan delta sungai. Perseverance akan bertugas sepanjang satu tahun Mars atau selama 687 hari Bumi.

Wahana seberat 1.025 kilogram itu akan mengarakterisasi geologi kawah secara rinci. Dia juga akan memetakan komposisi batuan di kawah Jezero yang menyimpan informasi saat kondisi Mars kering seperti sekarang ataupun basah yang telah lama hilang.

Selain itu, wahana Perseverance juga akan mengidentifikasi molekul organik yang mengandung karbon, termasuk beberapa molekul yang kemungkinan diproduksi oleh mikroba yang ada di Mars dahulu kala. Wahana ini memiliki kemampuan untuk mencari struktur di batuan Jezero yang dibentuk oleh organisme hidup, seperti struktur stromatolit yang ada di Bumi.

Stromatolit adalah struktur berupa gundukan, kolom, atau batuan sedimen berbentuk lembaran berlapis yang dibentuk oleh sianobakteri (cyanobacteria), mikroba bersel satu yang dapat berfotosintesis.

Meski demikian, diakui, observasi lapangan langsung yang dilakukan Perseverance saja belum tentu cukup untuk mengonfirmasi adanya kehidupan di Mars. Butuh penelitian yang kompleks dan analisis yang kuat untuk bisa membuktikan ada tidaknya kehidupan di planet tetangga Bumi itu.

”Kami percaya bahwa bukti utama dan analisis akhir sangat penting untuk membuktikan adanya kehidupan di Mars. Untuk membuktikan itu, sampel tanah Mars perlu dianalisis di laboratorium yang ada di Bumi,” kata Thomas Zurbuchen, salah satu administrator di direktorat misi sains NASA.

Karena itu, penting untuk membawa sampel yang didapat dari tanah Mars ke Bumi. Perseverance akan membantu banyak mewujudkan upaya tersebut.

Salah satu tugas utama Perseverance adalah mengumpulkan dan menyimpan setidaknya 20 sampel batuan dan tanah Mars yang akan dipilih berdasar potensi astrobiologi mereka dan bisa menggambarkan perubahan tanah di kawah Jezero sepanjang waktu.

NASA/JPL-CALTECH—Wahana penjejak Perseverance dan helikopter mini Ingenuity (di bawah Perseverance), dua wahana dalam misi Mars 2020 miliki Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) yang akan mengeksplorasi tanah Mars di dasar kawah Jezero mulai Februari 2021.

Semua sampel yang dikumpulkan itu akan dibawa kembali ke Bumi paling cepat pada awal 2031. Tanah sampel Mars itu akan dikirim kembali ke Bumi menggunakan roket khusus. Sampel itu akan diteliti melalui program bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) yang telah terbiasa meneliti sampel-sampel batuan lain dari sejumlah tempat di Tata Surya.

”Setelah sampel tanah Mars itu tiba di Bumi, itu akan membuat peneliti dari beberapa generasi sibuk mengungkap rahasia Mars selama beberapa dekade. Situasi serupa terjadi saat misi Apollo (tahun 1970-an) membawa tanah Bulan yang membuat peneliti masih sibuk menelitinya hingga kini,” tambah Chris Herd dari Universitas Alberta, Kanada, yang akan terlibat dalam penelitian sampel tanah yang diperoleh misi Mars 2020.

Teknologi baru
Meskipun misi Mars 2020 adalah misi sains, misi ini juga membawa sejumlah teknologi baru yang akan membuka jalan bagi eksplorasi Mars di masa depan.

Salah satu instrumen baru yang dibawa Perseverance adalah Mars Oxygen In-Situ Resource Utilization Experiment (Moxie). Peralatan ini akan melakukan pengujian guna menghasilkan oksigen dari atmosfer Mars yang tipis dan didominasi oleh karbon dioksida. Alat ini bisa dikembangkan untuk membantu antariksawan nantinya ketika mengeksplorasi langsung Mars. NASA bertekad mengirimkan manusia ke Mars pada 2030.

Wahana penjejak Perseverance juga membawa radar tembus tanah yang bisa mendeteksi keberadaan es cair di bawah permukaan Mars. Instrumen ini juga bisa dikembangkan untuk membantu manusia perintis kehidupan di Mars nantinya guna mencari sumber air.

Selama perjalanannya menyusuri tanah Mars, Perseverance akan membawa helikopter mini Ingenuity seberat 1,8 kilogram. Helikopter ini akan terbang pendek di atas Perseverance. Helikopter ini akan menjadi pesawat dengan rotor atau baling-baling pertama yang beroperasi di luar Bumi.

”Ingenuity akan menunjukkan teknologi khusus yang digunakan dalam misi ini. Ke depan, alat ini bisa mengubah cara manusia dalam memahami planet lain,” tambah Bridenstine.

Suatu saat nanti, helikopter ini bisa menjadi pemandu di Mars atau di planet lain guna membantu mengendalikan misi dengan mengarahkan wahana penjejak secara langsung untuk bekerja di wilayah-wilayah yang diinginkan.

Tak hanya teknologi yang terkait tujuan ilmiah, misi Mars 2020 juga menampilkan sejumlah teknologi yang membuat manusia bisa merasakan sensasi penjelajahan di permukaan Mars. Salah satu teknologi itu adalah mikrofon yang akan dipasang di roda Perseverance untuk menangkap suara gerak roda wahana tersebut menyusuri permukaan Mars.

Mikrofon lain akan digunakan untuk merekam suara proses pendaratan Perseverance di dasar kawah Jezero pada 18 Februari 2021. Wahana ini akan diturunkan menggunakan semacam crane bertenaga roket. Metode pendaratan Perseverance ini mirip dengan metode yang digunakan untuk mendaratkan Curosity pada Agustus 2012.

NASA/JPL-CALTECH—Konsep artis tentang helikopter mini Ingenuity ketika terbang di atas tanah Mars. Ingenuity akan menjadi pesawat rotor pertama yang bekerja di luar Bumi. Helikopter ini akan menemani wahana penjejak Perseverance menjelajahi tanah Mars.

Sebelumnya, sejumlah misi pendaratan di Mars juga menyertakan mikrofon, yaitu misi Mars Polar Lander pada 1999 dan wahana pendarat Phoenix pada 2007. Namun, mikrofon yang dipasang itu tidak ada yang berfungsi. Mars Polar Lander gagal mendarat, sedangkan mikrofon di wahana pendarat Phoenix tidak dinyalakan karena khawatir mempersulit pendaratan.

Selain mikrofon, ada 23 kamera yang dipasang di Perseverance untuk mengabadikan pendaratan itu, baik melalui foto maupun video resolusi tinggi.

Semua teknologi itu disematkan pada Perseverance untuk memenuhi ambisi manusia guna mengetahui rumah tetangga terdekatnya, Planet Mars, sekaligus mencari tahu adakah teman di sana untuk berbagi semesta. Terlebih, Mars adalah tanah impian yang diharapkan bisa menjadi penopang kehidupan manusia di masa mendatang saat Bumi sudah tak mampu lagi mendukung kehidupan yang sejahtera.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 1 Agustus 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB