Museum Geopark Batur Diresmikan

- Editor

Sabtu, 2 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Museum taman bumi global pertama di Indonesia, yakni Museum Geopark Batur, Bali, diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Jumat (1/4). Keberadaan museum ini diharapkan mampu menambah daya tarik pariwisata.

Museum yang terletak di Kintamani, Kabupaten Bangli, itu menyajikan tiga pilar utama taman bumi, yakni keragaman geologi, keragaman hayati, dan keragaman wujud kebudayaan kawasan kaldera Batur. Menurut Sudirman, keberadaan museum akan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. “Agar berdampak ke masyarakat bahwa kita bisa membangun tanpa harus merusak keseimbangan alam,” kata Sudirman.

Kawasan kaldera Batur ditetapkan sebagai taman bumi bagian dari jaringan taman bumi global UNESCO pada 20 September 2012. Taman Bumi Batur merupakan taman bumi global pertama di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di Museum Geopark Batur, ditampilkan materi informasi keberadaan enam taman bumi di Indonesia, yakni Taman Bumi Global Batur di Bali; Taman Bumi Global Gunung Sewu di Jawa; Taman Bumi Nasional Kaldera Toba di Sumatera Utara; Taman Bumi Nasional Merangin di Jambi; Taman Bumi Nasional Rinjani di Nusa Tenggara Barat; dan Taman Bumi Nasional Ciletuh di Jawa Barat.

lokasi-tambang-pasir-di-batur_20150525_093933Kawasan Batur di Kintamani, berjarak sekitar 60 kilometer dari Denpasar, merupakan obyek wisata alam di Bali. Panorama Gunung Batur dengan danaunya menjadi daya tarik andalan, selain aktivitas masyarakat di sekitar kaldera Batur, misalnya di Desa Bali Aga Trunyan. (COK)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 April 2016, di halaman 12 dengan judul “Museum Geopark Batur Diresmikan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB