Selama ini ilmu kedokteran gigi hewan dikenal sebagai ilmu baru yang ditemukan di negara-negara Barat. Namun, sebuah penemuan arkeologi menunjukkan bahwa kedokteran gigi hewan sudah dipraktikkan para penggembala kuda di Mongolia 1300-700 Sebelum Masehi.
–Lomba pacuan kuda tradisional Tanah Gayo, Aceh. Kuda sering memiliki masalah gigi pada gigi premolar pertama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Temuan arkeologi oleh sebuah tim itu dilaporkan dalam Prosiding Akademi Sains Amerika Serikat (PNAS) edisi 2 Juli 2018 dengan judul ”Asal-usul Kedokteran Gigi Kuda” yang juga disiarkan sciencedaily.com.
Peneliti yang terlibat di antaranya William Timothy Treal Taylor dari Departemen Arkeologi Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia, Jerman, serta Jamsranjav Bayarsaikhan dan Tumurbaatar Tuvshinjargal dari Museum Nasional Mongolia.
Saat ini, dalam kedokteran gigi hewan modern, sebagian besar pekerjaan gigi kuda kontemporer di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya difokuskan pada mengoreksi masalah-masalah gigi yang dapat menyebabkan masalah makan dan perilaku.
Kasus ”gigi serigala” kuda ini antara lain ditulis Drh Cleen Griffin dalam jurnal Compendium Equine tahun 2009 dengan judul ”Dari Mulut Kuda-Pencabutan Gigi Premolar Pertama”.
Perhatian khusus dokter hewan spesialis gigi adalah kuda yang mengembangkan ”gigi serigala”, yaitu gigi premolar pertama. Gigi ini dapat berkembang di rahang atas, rahang bawah, atau keduanya. Gigi ini tidak berfungsi penting dalam pengunyahan. Gigi yang runcing itu menyebabkan rasa sakit atau kerusakan jaringan. Sebagai konsekuensinya yang merupakan praktik standar untuk semua kuda agar gigi serigala dihilangkan pada usia muda, biasanya usia 1-2 tahun.
–Seorang anak dari Margajaya, Bogor Barat, Kota Bogor, berkesempatan menunggang kuda di lapangan Unit Rehabilitasi Reproduksi Institut Pertanian Bogor, Kampus Dramaga, Kamis (17/7/2014).
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh William Taylor tersebut menganalisis sisa-sisa kerangka tubuh kuda dari kuburan kuda Mongolia kuno Khirigsuur (sekitar 1300-700 SM).
Melalui studi saksama sisa-sisa kerangka dari penguburan ini, Taylor dan rekan-rekan menemukan bahwa orang-orang Mongolia kuno mulai menggunakan prosedur dokter hewan untuk mengangkat gigi kuda yang akan menyebabkan kuda muda sakit atau kesulitan makan. Hal ini adalah bukti tertua yang diketahui di dunia untuk perawatan gigi hewan.
–Anak-anak Mongolia menunggang kuda dalam Festival Naadam di pinggiran kota Ulan Bator, 10 Juli 2012.
Berdasarkan wawasan dari rekan-rekannya dari Mongolia, Jamsranjav Bayarsaikhan dan Tumurbaatar Tuvshinjargal, Taylor berpendapat bahwa pengembangan kuda dan ekonomi penggembalaan berbasis kuda adalah pendorong utama untuk penemuan perawatan kuda.
”Kita mungkin berpikir tentang perawatan hewan sebagai semacam sains Barat. Namun, para penggembala di Mongolia saat ini mempraktikkan prosedur yang relatif canggih dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana,” kata Taylor.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pemahaman yang cermat tentang anatomi kuda dan tradisi perawatan pertama kali dikembangkan bukan dalam peradaban menetap China atau Mediterania, melainkan berabad-abad sebelumnya, di antara orang-orang nomaden yang mata pencariannya bergantung pada kesejahteraan kuda-kuda mereka.
Seekor kuda berdiri di tengah kerumunan orang selama Festival San Juan, Spanyol, 23 Juni 2015.
Selain itu, Taylor dan timnya menemukan bahwa perubahan dalam kedokteran kuda seiring dengan perkembangan utama dalam teknologi kendali kuda, yaitu penggunaan logam untuk kekangan kuda. Namun, menggunakan logam untuk mengendalikan kuda membuat masalah mulut baru, termasuk interaksi menyakitkan dengan gigi premolar ketiga atau ”gigi serigala”.
Taylor dan timnya menemukan bahwa ketika penggembala mulai menggunakan logam, mereka juga mengembangkan metode untuk mencabut gigi bermasalah ini, mirip dengan cara yang sebagian besar dokter gigi hewan akan mencabut gigi bermasalah itu sekarang.
Menunggang kuda.
Dengan demikian, penunggang kuda awal ini dapat mengendalikan kuda mereka dalam situasi stres tinggi karena menggunakan logam, tanpa komplikasi perilaku atau kesehatan yang menyertainya, yang mungkin memiliki implikasi besar bagi dunia kuno.
Nicole Boivin, Direktur Departemen Arkeologi di Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia, mengatakan, studi Taylor dan kawan-kawan menunjukkan bahwa kedokteran gigi hewan yang dikembangkan oleh para penggembala Asia pedalaman mungkin merupakan faktor kunci yang membantu merangsang penyebaran orang, gagasan, serta organisme antara Timur dan Barat.–SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 5 Juli 2018