Mitigasi Bencana Tsunami;Indonesia Harus Belajar dari Cile

- Editor

Sabtu, 19 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa magnitudo 8,3 yang disusul tsunami di Cile, Kamis (17/9), sejauh ini menewaskan 11 orang. Meski demikian, itu menunjukkan kemajuan negara itu dalam mempersiapkan diri menghadapi tsunami. Situasi itu diharapkan menginspirasi negara-negara lain yang ada di zona rentan gempa dan tsunami, seperti Indonesia.

“Menurut laporan UN-ISDR (Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana), peringatan dini dan perintah evakuasi dikeluarkan bagi sekitar satu juta jiwa sesaat setelah tsunami. Jadi, meski beberapa tempat di Cile sempat digenangi tsunami, itu tak menimbulkan korban jiwa besar,” kata Abdul Muhari, ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, di Jakarta, Jumat (18/9). Hal lain ialah konstruksi bangunan tahan gempa berhasil meminimalkan potensi kerusakan.

Situasi itu jauh berbeda dengan gempa dan tsunami yang melanda Cile pada 2010. Saat itu jumlah korban bencana gempa dan tsunami Cile 550 orang, terutama karena warga terlambat mengungsi dan terjebak bangunan ambruk saat gempa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, selain ada perbaikan dalam mitigasi bencana, kecilnya jumlah korban juga disebabkan karakter gempa dan tsunami kali ini berbeda dengan sebelumnya. “Dari sudut pandang tsunami engineering (keteknikan), tsunami kali ini tergolong minor dengan ketinggian di bawah 3 meter, meski di beberapa tempat ketinggian tsunami bisa lebih tinggi bergantung pada kondisi morfologi pantai,” ujarnya.

Sebagai contoh, berdasarkan hasil pemodelan tsunami oleh IRIDeS, Tohoku University, di perairan Cile tergantung kondisi morfologi pesisir tertentu, ketinggian tsunami bisa mencapai 4 meter. “Tsunami kali ini kebanyakan menghantam kawasan pantai bertebing yang tak padat penduduk,” kata Muhari.

246057_gempa-chile_325_183Situasi di Cile itu harus jadi pelajaran bagi Indonesia yang juga ada di zona rentan gempa dan tsunami. Berdasarkan riset Muhari dan Imamura (2015), respons masyarakat Indonesia di kawasan bencana saat tsunami belum berkorelasi dengan adanya peringatan dini. Sebaliknya, masyarakat hanya merespons gejala alam seperti guncangan gempa dan cenderung panik.

Perlu pembenahan
Ahli tsunami dari Balai Pengkajian Dinamika Pantai-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT), Widjokongko, mengingatkan, kesiapsiagaan Indonesia menghadapi gempa dan tsunami besar perlu ditingkatkan. “Untuk bencana mendadak dan kolosal, seperti gempa, tsunami, dan banjir bah, saya simpulkan, kita belum siap menghadapinya,” ujarnya.

Mitigasi bencana, menurut Widjokongko, baru dikatakan siap jika infrastruktur dan suprastrukturnya siap. Untuk tsunami, infrastruktur meliputi adanya peta bencana yang akurat agar bisa jadi dasar jalur evakuasi dan bangunan perlindungan tsunami. Namun, peta bencana masih belum memadai.

Sementara kesiapan suprastruktur meliputi kesiapan masyarakat merespons peringatan dini. Itu butuh kesadaran bencana tinggi dan bisa dilakukan dengan kurikulum bencana, pelatihan rutin, dan organisasi pendukung yang baik. Namun, itu belum ada kemajuan berarti.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengakui, Indonesia belum siap menghadapi gempa besar seperti Cile. “Jika gempa terjadi di Jawa, Bali, atau pantai barat Sumatera, korban bisa besar,” ujarnya. (AIK)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2015, di halaman 14 dengan judul “Indonesia Harus Belajar dari Cile”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB