Kelola Risiko Tsunami

- Editor

Senin, 24 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Infrastruktur di Pesisir Selatan Jawa Harus Didesain Hadapi Bencana
Panel ahli tsunami dunia merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia memasukkan aspek mitigasi bencana tsunami dalam pembangunan infrastruktur di pesisir selatan Jawa. Secara saintifik terbukti tsunami besar pernah terjadi di area itu dan bisa berulang di masa depan.

“Pernyataan resmi ini dibuat setelah 62 anggota komisi ahli tsunami bersidang dan me-review hasil presentasi para pembicara. Mereka mengapresiasi kajian para peneliti Indonesia menemukan bukti-bukti penting tsunami besar di selatan Jawa,” kata Abdul Muhari, Ketua Simposium Tsunami Internasional, di Denpasar, Bali, Rabu (23/8).

“Mengingat banyak infrastruktur baru dibangun di kawasan ini, termasuk bandar udara, para ahli menganggap penting untuk mengingatkan pentingnya pengurangan risiko tsunami mengingat dampaknya bisa sangat fatal,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, 132 ilmuwan tsunami dari 21 negara saat ini berkumpul di Bali untuk mendiskusikan kajian mutakhir tsunami dan upaya mengurangi risikonya.

Muhari mengatakan, rekomendasi resmi dari para ahli tsunami itu bukan untuk menolak pembangunan bandara dan infrastruktur lain di zona rawan bencana. Itu lebih ke upaya mendorong infrastruktur yang dibangun siap menghadapi tsunami.

Banyak bandara di Jepang juga berada di daerah rawan tsunami. Belajar dari tsunami yang melanda Jepang tahun 2011, Bandara Sendai terendam tsunami hingga satu lantai. “Bandara Sendai didesain sebagai salah satu pusat evakuasi tsunami meski belum memperhitungkan tsunami sebesar 2011 yang siklusnya 1.000 tahunan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Eko Yulianto memaparkan hasil kajiannya terkait paleotsunami di selatan Jawa. Bukti tsunami pernah melanda selatan Jawa amat kuat, termasuk di lokasi yang direncanakan untuk pembangunan bandara baru Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo.

Fosil kerang
“Kami menemukan banyak sekali fosil kerang Foraminifera dalam lapisan pasir, sekitar 1,5 kilometer dari pantai. Sebagian fosil Foraminifera kecil yang jadi indikasi kuat kerang ini terbawa tsunami dari laut dan diendapkan jauh ke daratan,” kata Eko.

Rahma Hanifa dari Institut Teknologi Bandung memaparkan kemungkinan gempa besar di selatan Jawa berulang. “Dari aspek geodesi, peluang ada gempa besar di selatan Jawa tinggi,” ucapnya.

Zona subduksi di selatan Jawa yang rentan gempa dibagi jadi tiga segmen, yakni dari Selat Sunda sampai Palabuhanratu, Sukabumi, ke Cilacap, dan Cilacap-Banyuwangi. Tiap segmen jika runtuh memicu gempa berkekuatan M 8,7. “Jika tiga segmen ini runtuh bersamaan, potensi gempanya M 9,2,” kata Rahma.

Menurut ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Widjo Kongko, dengan data geologi atau geodesi, semua infrastruktur yang akan dibangun di selatan Jawa harus bisa mengelola risiko tsunami. “Ini harus diterapkan hingga tingkat desain,” katanya. (AIK)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Agustus 2017, di halaman 14 dengan judul “Kelola Risiko Tsunami”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB