Mikroplastik Cemari Kutub Arktik

- Editor

Senin, 7 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Studi terbaru menunjukkan mikroplastik yang berasal dari degradasi sampah plastik maupun mikroplastik buatan manusia ditemukan dalam lapisan es Arktik. Bukan saja ditemukan, konsentrasi mikroplastik ini pun terhitung besar.

Dalam riset tersebut diketahui bahwa komposisi polimer mikroplastik berbeda-beda tergantung pada area dan arus laut di lautan es. Penelitian yang dimuat pada 24 April 2018 dalam Jurnal Nature berjudul “Arctic sea ice is an important temporal sink and means of transport for microplastic” ini ditulis oleh Ilka Peeken dari Alfred-Wegener-Institut Jerman dan kawan-kawan.

Mereka meneliti media yang diduga sebagai tempat pengendapan mikroplastik seperti di permukaan laut, kolom air, hingga dasar samudera. Namun hingga kini, mereka hanya menemukan mikroplastik di permukaan laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam penelitian sebelumnya, perairan Arktik dekat Svalbard memiliki jumlah mikroplastik yang tinggi, yang didefinisikan sebagai partikel plastik yang lebih kecil dari lima milimeter.

Mikroplastik dapat berasal dari berbagai sumber, baik darat maupun laut. Berlayar dengan menggunakan kapal penelitian khusus di kutub/es, Polarstern pada tahun 2014 dan 2015, para peneliti mengumpulkan sampel es dari lima daerah yang dilalui arus laut besar yang mengangkut es laut dari pantai Arktik Rusia dan menyimpannya di dekat pantai timur Greenland.

JURNAL NATURE–Grafis penelitian mikroplastik di Arktik.

Tim kemudian menggunakan teknologi micro-fourier-transform infrared (FTIR) untuk mendeteksi partikel-partikel plastik di lautan es – pertama kalinya teknik ini telah digunakan untuk menganalisis lapisan es laut lapis demi lapis.

Dengan menggunakan metode ini, para peneliti dapat menemukan nanoplastik yang berukuran seperenam helai rambut. Ini menjelaskan mengapa para peneliti menemukan konsentrasi mikroplastik yang tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang tidak menggunakan FTIR. Ini penting, karena 67 persen partikel lebih kecil dari 50 mikrometer.

Konsentrasi mikroplastik bervariasi secara luas dalam lima sampel inti es, yang tertinggi ditemukan di inti es dari Selat Fram antara Greenland dan Svalbard, mengandung 12.000 partikel mikroplastik per liter. Tingkat terendah terdeteksi dalam sampel dari utara Svalbard, dengan 1.100 partikel mikroplastik per liter.

Para peneliti juga melihat jenis partikel apa yang menyumbat es. Secara total, mereka menemukan 17 jenis plastik yang berbeda dalam sampel, dengan yang paling umum termasuk bahan kemasan, selulosa asetat dari filter rokok, cat dan nilon.

Para peneliti menduga mikroplastik dari polimer nilon dan cat, misalnya, bisa berasal dari cat kapal-kapal Arktik dan jaring ikan, sementara bahan lain seperti polietilen dari bahan kemasan bisa diangkut dari Great Pacific Garbage Patch.

Setelah partikel-partikel ini mencapai Arktik, partikel-partikel itu diambil dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam membedah sampel es laut, para peneliti menemukan bahwa jumlah mikroplastik dan jenis mikro dapat bervariasi dari satu lapisan ke lapisan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa gumpalan es laut dapat mengambil mikroplastik di satu lokasi, kemudian mengambang ke yang lain dan mengambil jenis yang berbeda, atau jumlah, dari mikroplastik di sana.

Temuan ini didukung oleh penelitian lain yang menemukan es laut tercemar bergerak lebih cepat antara tujuan Arktik, menyebarkan polusi lebih jauh di wilayah tersebut.–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 7 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB