Mereka yang Bergantung pada Kondisi Langit

- Editor

Senin, 4 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Alam sulit diprediksi. Hujan dan panas kerap datang tak tepat waktu. Orang-orang yang menggantungkan nasibnya pada kondisi langit harus bersiasat menyesuaikan diri.

Langit Jakarta pada Sabtu (2/2/2019) tidak bersahabat dengan Kacari (60). Ia berharap gerimis datang seperti hari sebelumnya. Langit Jatinegara, Jakarta Timur, saat itu terik. Kacari duduk di samping gerobak yang berisi berbagai macam jas hujan.

”Baru laku satu jas hujan plastik. Kayaknya hari ini enggak hujan,” kata lelaki asal Cirebon, Jawa Barat, itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Kacari (60), pedagang jas hujan di sekitar Pasar Jatinegara, Jakarta.

Kacari sudah berjualan jas hujan sejak November tahun lalu atau saat hujan sudah mulai turun di Jakarta dan sekitarnya. Selama ini, Kacari bekerja menyesuaikan musim di Jakarta.

Ketika bukan musim hujan, ia berjualan es kelapa muda di sekitar Pasar Jatinegara. Orang yang lalu lalang di pasar menjadi target pasarnya. Ia percaya, dari sekian banyak orang yang lalu lalang pasti ada yang ingin melegakan tenggorokan dengan segarnya es kelapa muda saat musim kemarau.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Kacari (60) melayani pembeli yang melihat dan menawar jas hujan.

Ketika musim hujan, Kacarai menjadi pedagang jas hujan. Namun, musim hujan kali ini membuat Kacari heran. Sejak pagi hingga pukul 15.00, hujan tak kunjung turun. Padahal, sejak akhir Januari hujan selalu turun sekitar pukul 12.00. Setidaknya selusin jas hujan plastik seharga Rp 10.000 terjual pada hari-hari sebelumnya.

Naik turun penjualan adalah hal biasa dalam berdagang. Kacari mengamini itu. Ia tidak tahu prakiraan cuaca. Yang ia tahu, hujan bisa mendatangkan rezeki, begitu juga panas. Yang ia tidak tahu, kapan panas datang pada musim hujan.

Hal itu memengaruhi penghasilannya. Meski saat ini anak-anaknya sudah hidup berkeluarga, kebutuhan hidup ia dan istrinya tak pernah usai. ”Namanya hidup, kadang bayar listrik, makan, beliin cucu mainan, bayar utang,” kata Kacari.

Sekitar 500 meter dari tempat Kacari menjajakan jas hujan, Tisna (54) menjajakan koran di trotoar jalan. Di belakang Tisna, ada sepeda dengan keranjang yang berisi berbagai kopi kemasan. Hari itu, Tisna justru bersyukur karena langit Jakarta cerah.

”Lumayan, koran tinggal sepuluh. Kalau hujan, susah juga karena harus neduh di bawah jembatan biar koran enggak basah,” ujar Tisna.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Tisna (54) saat menjajakan koran di depan sepeda keranjangnya yang berisi aneka kopi kemasan di sekitar Pasar Jatinegara, Jakarta, Sabtu (2/2/2019).

Ketika hujan, Tisna mengandalkan jembatan penyeberangan orang sebagai atap berteduh. Agar tidak basah, koran ia lindungi dengan plastik. Tisna biasa membawa 50 eksemplar koran setiap hari. Ketika hujan, koran kerap tersisa lima hingga sepuluh eksemplar hingga menjelang magrib.

Saat hujan, Tisna mengandalkan kopi untuk meraup pundi-pundi ekonominya. Beberapa orang yang berteduh di bawah jembatan penyeberangan memesan seduhan kopi kemasannya.

Setidaknya, saat hujan, Tisna bisa mengumpulkan keuntungan Rp 50.000. Jika tidak hujan, ia bisa mengumpulkan keuntungan Rp 80.000 karena koran terjual habis.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Seseorang membaca koran yang dijual Tisna (54).

Variabilitas iklim
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia terjadi pada akhir Januari hingga Februari 2019, termasuk di Pulau Jawa. Namun, terjadi fluktuasi curah hujan di Indonesia bagian barat, termasuk Jawa bagian Barat pada awal Februari.

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim, Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG Indra Gustari mengatakan, hal itu disebabkan MJO (Madden-Julian Oscillation), yakni penjalaran massa udara skala besar di tropis arah timur. Hal itu menyebabkan penambahan dan pengurangan curah hujan di daerah yang dilaluinya.

Pada awal Februari, selain menyebabkan pengurangan curah hujan di Indonesia bagian barat, MJO diprediksi akan menambah curah hujan di bagian tengah dan timur Indonesia. ”Pengurangan curah hujan bukan berarti tidak ada hujan sama sekali,” kata Indra.

Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menentukan variabilitas iklim, yakni naik atau turunnya unsur-unsur iklim secara tiba-tiba tetapi tidak berlangsung lama. Misal, hujan yang tiba-tiba deras dalam beberapa hari, atau hujan yang turun tidak teratur meskipun sedang musim hujan.

Selain pedagang-pedagang yang beratapkan langit, musim yang tak terprediksi membuat petani kesulitan menentukan waktu tanam dan panen. Hal itu terlihat dalam film dokumenter Negeri di Bawah Kabut karya Shalahudin Siregar.

Film yang diluncurkan tahun 2011 itu merekam kisah para petani di Lereng Merbabu, Jawa Tengah. Dua keluarga yang dijadikan tokoh dalam film itu kesulitan bertani karena perubahan iklim dunia. Mereka tidak memahami iklim yang berubah sehingga pengetahuan waktu menanam dan memanen yang sudah dipakai puluhan tahun tidak bisa digunakan dengan baik.

Hal itu memengaruhi kualitas dan kuantitas pertanian mereka. Beberapa tanaman mesti panen sebelum waktunya bahkan ada yang busuk. Hal itu berdampak terhadap penghasilan mereka. Salah satu keluarga terancam tidak bisa menyekolahkan anak karena hasil panen yang menurun.

Banyak hal yang memengaruhi variabilitas iklim dan perubahan iklim. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim mendefinisikan perubahan iklim sebagai sesuatu yang disebabkan aktivitas manusia, baik langsung maupun tidak. Aktivitas itu antara lain penebangan hutan, pembuangan limbah gas industri, asap kendaraan, dan penggunaan cholorofluorocarbon (CFC) untuk lemari pendingin.

Tokoh-tokoh itu kesulitan membaca alam. Mereka tidak memiliki lemari pendingin, mobil, dan tidak mungkin menebang pohon dalam jumlah yang besar. Namun, mereka merasakan dampak dari orang-orang yang menggunakan lemari pendingin, menggunakan kendaraan pribadi, dan menebang pohon dalam jumlah yang besar. (SUCIPTO)–HENDRIYO WIDI

Sumber: Kompas, 3 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB