Menanam Pohon lewat Layar Ponsel di Pameran “REWILD Our Planet”

- Editor

Senin, 8 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perlu aksi nyata untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup yang menggerus keanekaragaman hayati di sekitar kita. Jika aksi tersebut dilakukan bersama-sama, dampaknya pasti akan jauh lebih besar.

Aspek sosial ini yang melandasi REWILD Our Planet, sebuah pameran interaktif berbasis teknologi realitas tertambah atau augmented reality (AR), yang dibuka pada Jumat (5/4/2019) di Museum ArtScience Marina Bay Sands, Singapura dan diselenggarakan hingga 2 Juni 2019.

Peluncuran pameran REWILD Our Planet ini beriringan dengan ditayangkannya seri dokumenter Our Planet di platform menonton film berbayar, Netflix. Seri dokumenter orisinal Netflix mengenai alam lingkungan ini merupakan hasil kerja sama Silverback Films dengan World Wildlife Fund (WWF) dan dinarasikan presenter David Attenborough.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SEPTA INIGOPATRIA UNTUK KOMPAS–Pameran REWILD Our Planet di Museum ArtScience Marina Bay Sands, Jumat (5/4/2019), mengajak pengunjung bekerjasama memulihkan kembali lingkungan hidup melalui teknologi augmented reality (AR).

Salah satu episode dokumenter ini membahas berkurangnya jumlah hutan tropis di Sumatera. Dengan menipisnya area hutan, dampaknya terasa oleh fauna yang tinggal di dalamnya seperti spesies orangutan Sumatera.

Direktur Eksekutif Museum ArtScience Honor Harger dalam acara pembukaan pameran mengungkapkan, pengunjung akan disuguhi pengalaman kolaboratif yang diharapkan dapat membangun keterikatan emosional dengan alam. “Dengan menggabungkan seni dan teknologi, kita dapat mendorong semua orang untuk lebih berperan aktif dalam konservasi” kata dia.

Senada dengan Honor, Kim Stengert, Chief Strategic Communications WWF Singapura, mengatakan, berdialog dengan orang-orang terdekat untuk menumbuhkan pemahaman tentang konservasi adalah upaya paling sederhana untuk melindungi lingkungan hidup.

“Dari 10.000 orang hanya 50 persen yang menyadari manusia bergantung pada alam untuk bertahan hidup,” ujar Kim mengutip hasil riset global yang dilakukan WWF, sambil melanjutkan, “Dan, hanya 40 persen yang memahami bahwa saat ini lingkungan hidup mengalami degradasi.”

SEPTA INIGOPATRIA UNTUK KOMPAS –Kim Stengert, Chief Strategic Communications and External Relations, WWF Singapura.

Terkait pilihan untuk menjadikan Sumatera sebagai salah satu tempat pengambilan gambar, Kim mengatakan, hutan Sumatera merupakan salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati terkaya. “Sumatera adalah tempat harimau, gajah, badak, dan orangutan masih hidup bersamaan dalam satu hutan,” kata dia.

Kim menekankan, saat ini hal yang penting diperhatikan oleh rakyat Indonesia adalah bagaimana komoditas di Sumatera dapat diproduksi secara berkelanjutan sehingga tidak mengakibatkan tekanan terhadap satwa liar.

SEPTA INIGOPATRIA UNTUK KOMPAS–Konsep REWILD Our Planet dijelaskan oleh perwakilan lembaga yang terlibat pembuatan pameran di Museum ArtScience Marina Bay Sands, Jumat (5/4/2019). Dari kiri, Honor Harger, Direktur Eksekutif Museum ArtScience, Kim Stengert, Chief Strategic Communications and External Relations, WWF Singapura, Miguel de Andre?s-Clavera, Head of Creative Technology, Google APAC, Jessica Lee Vice President, Communications, Netflix, Trent Clews-de Castella, CEO, PHORIA dan Charmaine Yee, moderator panel.

Pameran hasil kerjasama WWF, Google, Netflix, dan PHORIA ini bakal mengajak pengunjung saling bekerjasama untuk memulihkan kembali lingkungan hidup yang terlanjur rusak. Setiap pengunjung pameran dibekali ponsel pintar sehingga dapat melihat citra alam tampil tertambah di area pameran.

Berbeda dengan teknologi AR yang sudah kerap muncul dalam gim ponsel, keunggulan AR “sosial” adalah kemampuannya untuk saling melihat citra yang dihasilkan pengunjung lain. Untuk meraih efek ini, Google bekerja sama dengan PHORIA sebuah studio teknologi imersif yang berbasis di Australia.

“Tantangan AR sosial adalah mengetahui letak ponsel masing-masing pengunjung,” kata Trent Clews-de Castella, CEO PHORIA. “Namun, tantangan yang terbesar adalah memetakan gambar dari dokumenter Netflix yang diambil dengan definisi tinggi 4K dapat ditampilkan dalam ponsel. Ini membutuhkan kekuatan komputasi yang tinggi” lanjutnya.

SEPTA INIGOPATRIA UNTUK KOMPAS–Museum ArtScience Marina Bay Sands, Singapura, Jumat (5/4/2019).

Sementara itu, Vice President Communications-APAC Netflix Jessica Lee menjelaskan, pembuatan dokumenter Our Planet merupakan komitmen Netflix terhadap alam.

“Ketika Netflix memiliki 50 juta pelanggan, kami merasa sebuah tanggungjawab untuk menciptakan konten seperti ini. Sekarang, kami memiliki 140 juta pelanggan dan kami yakin dampaknya akan jauh lebih besar,” kata Jessica.

Jessica juga menambahkan bahwa untuk mewujudkan komitmennya Netflix tidak tanggung-tanggung ketika membuat Our Planet. Untuk menghasilkan delapan episode, 600 personel terlibat dalam proses produksi dokumenter ini dengan total pengerjaannya selama empat tahun. Pengambilan gambar dilakukan selama 3.500 hari di 50 negara.

Setelah usai di Singapura, REWILD Our Planet akan dibawa ke New York, Amerika Serikat dan Bristol, Inggris. Selama berlangsung di Museum ArtScience, pengunjung dapat menikmati pameran ini secara gratis.

Oleh SEPTA INIGOPATRIA, DARI SINGAPURA, UNTUK KOMPAS

Sumber: Kompas, 6 April 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB