Pesawat Nirawak untuk Pemetaan Lahan

- Editor

Jumat, 15 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi pesawat tanpa awak atau drone terus dikembangkan, termasuk untuk mendukung kegiatan pertanian. Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Wahono mengembangkan pesawat tanpa awak untuk pemetaan lahan pertanian dan penyebaran bibit di daerah yang memiliki topografi sulit dijangkau. Drone yang diberi nama Farm Mapper itu memiliki daya jangkau luas dan visual beresolusi tinggi.

Menurut Wahono, Farm Mapper memakai sensor canggih yang bisa memetakan area luas tanpa alat pengontrol. ”Kita tinggal program drone ini mau terbang ke area mana yang akan kita petakan sambil melihat proses pemetaan di front station pada layar komputer,” ujarnya, Selasa (12/4), di Malang, Jawa Timur. Selain pertanian, pesawat tanpa awak tersebut juga bisa dipakai untuk pemetaan terumbu karang di bawah permukaan laut di pulau-pulau terpencil dan wilayah pertambangan. Wahono mengaku butuh waktu lima tahun untuk mengembangkan peranti tersebut. Pengembangan pesawat tanpa awak itu semula dirancang untuk keperluan disertasi dan kini hampir memasuki tahap produksi. (WER)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

—————–

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karakter Planet Kesembilan Teridentifikasi

Kemungkinan keberadaan Planet Kesembilan di tata surya yang posisinya lebih jauh dari Pluto diumumkan Januari 2016. Meski belum terbukti, berdasar data kemungkinan posisi planet dan ukurannya yang lebih kecil daripada Uranus dan Neptunus, sejumlah peneliti di Universitas Bern, Swiss, yang dipimpin Cristoph Mordasini dan Esther Linder, sudah bisa memperkirakan karakter fisiknya.

Hasil studi menggunakan simulasi komputer dan dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics itu menyebut Planet Kesembilan diselubungi lapisan hidrogen dan helium. Dengan pemodelan evolusi planet sejak tata surya terbentuk 4,6 miliar tahun lalu, Planet Kesembilan diprediksi 10 kali lebih masif dibandingkan dengan Bumi dan diamaternya 7,5 kali lebih besar daripada Bumi. Suhu permukaannya minus 226 derajat celsius. “Dengan diperolehnya karakter fisik, proses pencarian Planet Kesembilan lebih mudah,” kata Mordasini, seperti dikutip BBC, Minggu (10/4). Planet itu diharap ditemukan pada jarak lebih dari 100 miliar kilometer atau 700 kali lebih jauh dari jarak rata-rata Bumi ke Matahari. (BBC/MZW)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB