Memahami Anomali Seroja di Nusa Tenggara Timur

- Editor

Minggu, 7 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siklon tropis makin sering melintas di dekat perairan Indonesia akibat adanya La Nina dan tren pemanasan global. Salah satunya, siklon Seroja yang memicu banjir bandang di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur.

Seroja menjadi salah satu siklon tropis yang menjadi anomali karena tumbuh dan melintasi wilayah di Indonesia. Sesuai hukum Coriolis, siklon tropis umumnya tumbuh pada garis lintang di atas 10 derajat dan kemudian bergerak menjauhi wilayah khatulistiwa karena itu Indonesia seharusnya aman dari siklon.

Bagi Maria Loretha, petani pegiat pangan lokal, hujan lebat diiringi angin kencang yang melanda sejak Minggu (4/4/2021) siang merupakan yang terlebat sepanjang hidupnya di Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Flores Timur. Hujan itu meluapkan sungai di dekat tempat tinggalnya, yang hampir sepanjang tahun kering.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Air sungai bertemu dengan lumpur dari gunung. Seluruh pesisir Adonara terdampak. Untung kami masih selamat,” kata Maria.

Data catatan hujan harian pada 4-5 April 2021 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, curah hujan lebat hingga ekstrem melanda sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, di Kupang, curah hujan mencapai 332,1 milimeter (mm) per hari, merupakan rekor tertinggi dalam sejarah di kawasan ini. Sementara di Stasiun Meteorologi Tardamu, Pulau Sabu, curah hujan mencapai 113,5 mm per hari.

Hujan deras yang merata hampir di seluruh wilayah NTT yang terkenal sebagai daerah kering ini memang tidak biasanya. Cuaca ekstrem ini dipicu oleh keberadaan siklon tropis Seroja, yang terbentuk pada Minggu (4/4/2021) malam, di perairan sekitar Pulau Rote dan Pulau Timor.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin (5/4/2021) malam mencatat, bencana banjir dan longsor melanda 10 kabupaten di NTT, menyebabkan 68 orang meninggal, 15 orang luka-luka, 70 orang hilang, dan 2.655 orang terdampak.

Tidak lazim
Siklon dipengaruhi oleh efek Coriolis, diambil dari nama pencetusnya, ahli matematika Perancis, Gaspard Gustave de Coriolis. Efek Coriolis menyebabkan setiap benda yang bergerak di planet yang terus berotasi ini berbelok ke kanan atau searah jarum jam di belahan bumi utara dan ke kiri atau berlawanan arah jarum jam di belahan bumi selatan.

”Efek Coriolis ini nilainya melemah, bahkan hampir nol jika mendekati ekuator. Hal ini menyebabkan tidak ada efek Coriolis di tepat garis khatulistiwa dan dalam teori dinamika fluida atmosfer tidak akan terjadi efek puntiran pada gerak angin, seperti siklon di atas ekuator,” kata Siswanto, peneliti iklim di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Karena efek Coriolis ini, lanjut Siswanto, siklon tropis umumnya terbentuk di garis lintang tinggi, di atas 10 derajat. Di sisi lain, siklon tropis mendapatkan energinya melalui penguapan air dari permukaan laut dalam jumlah besar yang akan melepaskan panas sehingga menciptakan konveksi atau udara naik. Ini hanya terjadi di perairan hangat, minimal suhu air laut harus 26 derajat celsius hingga di kedalaman 50 meter.

Oleh karena itu, sumber pusat pembentukan siklon tropis ini biasanya di zona tepi khatulistiwa yang lebih hangat dari perairan sekitarnya dan kemudian bergerak ke lintang lebih tinggi lagi, baik ke selatan ataupun utara. Hal ini menyebabkan sejumlah negara, seperti Filipina, Taiwan, Jepang, atau Vietnam menjadi langganan pelintasan siklon tropis.

Sementara itu, wilayah Indonesia pada umumnya hanya terkena dampak tidak langsung dari siklon tropis. ”Siklon Seroja ini anomali karena terbentuk di perairan sangat dekat NTT, sekitar 8 derajat Lintang Selatan. Umumnya Indonesia hanya terimbas ekor siklon saja,” kata Edvin Aldrian, ahli iklim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPPT).

Ternyata, berdasarkan kajian Erwin Mulyana, tim BPPT, yang dipublikasikan di MATEC Web of Confrence pada 2018, dalam kurun waktu 1983-2017 terdapat sembilan siklon tropis yang terbentuk dan melintasi wilayah Indonesia. Sembilan siklon tropis tersebut yaitu Ester pada 18 Desember 1983, Kay pada 8 April 1987, Alistair pada 15 April 2001, Bonnie pada 7 April 2002, Inigo pada 31 Maret 2003, Ilsa pada 15 Maret 2009, Kirrily pada 17 April 2009, Dahlia pada 26 November 2017, dan Cempaka pada 26 November 2017.

Seperti Seroja, siklon Cempaka pada 2017 yang terbentuk di selatan Jawa waktu itu juga memicu banjir besar di Pacitan dan Yogyakarta serta menewaskan puluhan orang. ”Jadi, secara statistik, semakin sering terjadi anomali siklon terbentuk dan melintasi wilayah Indonesia serta kebanyakan itu terjadi pada April,” kata Siswanto.

Pada 26 Desember 2001 juga ada siklon Vamei yang terbentuk di Laut China Selatan di dekat Batam, yang kemudian bergerak ke arah Samudra Hindia dengan melintasi Semenanjung Malaysia. Kalau termasuk siklon Vamei, setidaknya seroja ini merupakan siklon ke-11 yang terbentuk dan melintasi Indonesia.

Memanasnya lautan
Edvin mengatakan, Selat Ombai dan Pulau Timor merupakan jalur Arlindo. Jalur ini merupakan tempat di mana massa air dari Samudra Pasifik mengalir ke Samudra Hindia melalui Selat Makassar, lalu ke Selat Lombok, Ombai, dan Laut Timor. Aliran massa air itu kemudian mengalir ke barat di perairan selatan Jawa menuju Samudra Hindia.

”Karena di Samudra Pasifik saat ini masih ada La Nina sehingga kemungkinan mengalirkan massa air yang hangat hingga ke Laut Timor dan kemudian terbentuk siklon tropis di sana,” katanya.

Menurut Edvin, kemunculan siklon tropis yang semakin sering di dekat perairan Indonesia ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh La Nina, selain juga tren pemanasan global yang turut memanaskan suhu lautan.

”Kalau dari kajian yang sudah ada, tren peningkatan frekuensi siklon tropis sebenarnya lebih banyak di utara Indonesia, selain juga di selatan dan utara Aceh. Untuk di wilayah sekitar NTT ini masih butuh kajian lebih lanjut, tetapi yang umumnya dipahami intensitas siklon cenderung menguat. Karena itu, ekor siklon pun bisa berdampak besar,” ujarnya.

Kaitan antara perubahan iklim dan perubahan pola siklon tropis sebenarnya sudah banyak dikaji. Misalnya, kajian James P Kossin dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat di jurnal PNAS pada Juni 2020 menyebutkan adanya kaitan antara pemanasan global dan meningkatnya intensitas siklon tropis di berbagai belahan dunia. Disebutkan, peningkatan intensitas siklon tropis mencapai 8-15 persen per dekade.

Dengan tren ini, Indonesia sepertinya harus mulai memasukkan siklon tropis sebagai salah satu sumber bencana yang bisa semakin rutin mengancam secara langsung ataupun tidak langsung. ”Pada umumnya siklon membawa kehancuran, tetapi di sisi lain kita bisa mendapat keberlimpahan air yang seharusnya bisa dikelola,” kata Edvin.

Salah satu negara yang bisa mengambil manfaat dari siklon tropis yang rutin melanda yakni Taiwan. Karena tidak memiliki banyak sumber air, Taiwan memanfaatkan siklon tropis sebagai salah satu sumber air dengan menampungnya di bendungan-bendungan dan cadangan air. Ini juga bisa dimanfaatkan untuk daerah kering seperti NTT.

Jadi, tata air, di antaranya dengan membuat bendungan, selain untuk memitigasi dampak negatif kelebihan air, juga bisa menjadi cadangan saat musim kemarau. ”Secara umum, perubahan iklim akan menyebabkan total curah hujan tahunan berkurang, tetapi hujan ekstrem dalam skala harian seperti terjadi saat ini bertambah. Ini butuh manajemen air yang baik,” tuturnya.

Tanpa mitigasi dan adaptasi yang baik, perubahan iklim yang melanda dengan salah satu konsekuesinya meningkatkan ekstremitas cuaca ini bakal menjadi disrupsi besar bagi kehidupan kita. Perencanaan pembanguan dan tata kelola lingkungan harus menghitung tren perubahan ini.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 6 April 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 104 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB