Dua siswa kelas X SMA Negeri 3 Denpasar, Apta Prana Mas Erlangga (16) dan Made Fajar Gautama (16), terancam batal berangkat mewakili Indonesia berkompetisi di International Sustainable World Energy Engineering Environment Project Olympiad atau I-SWEEEP 2017 di Texas, Amerika Serikat, pada 1 Mei mendatang. Hingga saat ini mereka masih kekurangan dana untuk pembelian tiket dan pengurusan visa.
Hingga Kamis (20/4), keduanya baru mengumpulkan dana sekitar Rp 30 juta dari total kebutuhan sekitar Rp 100 juta untuk berangkat bersama satu orang pembina penelitian dari sekolah sebagai pendamping. Bukan hanya pihak sekolah, teman-teman sekolah mereka saat ini berupaya menggalang dana untuk mengusahakan keberangkatan mereka.
Kepala SMA Negeri 3 Denpasar Ketut Suyastra mengatakan pihaknya terus berupaya agar kedua siswa tersebut bisa tetap mewakili Indonesia di Texas. Pihak sekolah, kata Ketut, tidak bisa membiayai keberangkatan mereka. Namun, sekolah berupaya mencarikan sponsor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ketut, kebijakan alih kelola SMA/SMK dari pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi membuat sekolah sulit mendapatkan anggaran tambahan apabila ada siswa mengikuti kompetisi di luar sekolah. Padahal, tahun ini 10 siswa kelas X dan XI dari SMA tersebut yang akan berangkat mewakili Indonesia ke sejumlah kompetisi di empat negara, yakni AS, Nepal, Malaysia, dan Thailand, mulai Mei hingga Oktober nanti.
Alat pengukur berat
Apta dan Fajar lolos seleksi jalur independen pada kompetisi I-SWEEEP tersebut. Keduanya akan mewakili Indonesia bersama tiga tim lain dari luar Bali. Mereka membuat alat smart scale, alat pengukur berat dan massa tubuh manusia. Pengukuran hanya membutuhkan waktu 9,5 detik dan hasilnya terkirim langsung melalui pesan singkat di telepon seluler orang yang diukur.
Alat karya mereka tidak hanya menginformasikan berapa berat dan massa tubuh. Pada pesan singkat tersebut juga akan langsung tertera saran berdasarkan hasil pengukuran berat itu, apakah sudah sesuai berat badan ideal. Jika tidak ideal, akan muncul saran tindak lanjut seperti apa yang perlu dilakukan. (AYS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2017, di halaman 12 dengan judul “Kurang Dana, Dua Peneliti Muda Terancam Batal ke AS”.