Kulit kacang dan sabut kelapa merupakan barang yang selama ini sering dianggap sebagai limbah. Kedua barang itu ternyata bisa diolah dan sangat bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari.
Dua inovasi siswa SMA Muhammadiyah 1 Babat atau SMA Muh1ba, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membuktikannya. Inovasi ini bisa diaplikasikan oleh masyarakat umum karena memanfaatkan bahan limbah yang berada di lingkungan sekitar.
Inovasi pertama, kulit kacang tanah disulap menjadi pembersih tangan antibakteri yang disebut ”Handsacang”, kependekan dari hands sanitizer kulit kacang. Inovasi kedua, sabut kelapa dijadikan bahan lantai partisi ramah lingkungan, disebut ”Coco Partition Floor”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anggota tim peneliti kulit kacang untuk bahan pencuci tangan antibakteri ialah Kartika Merdekawari Mulyono, Sallwa Asrofil Masru’ah, dan Nandhiroh. Kartika, Selasa (31/10), menjelaskan, kulit kacang menjadi bahan utama pembersih tangan, dipadu dengan lidah buaya serta kulit jeruk nipis, kulit ari kacang, dan carbopoll untuk proses penambahan gel.
Menurut Kartika, selama ini, kulit kacang hanya dibuang sia-sia, padahal jika dimanfaatkan, bahan itu bisa menjadi produk antibakteri. Proses pembuatannya cukup mudah. Kulit kacang dikumpulkan, lalu dibersihkan, setelah itu dilumatkan dengan blender.
Bahan lidah buaya yang telah dikupas, kulit ari kacang, dan kulit jeruk nipis juga dilumatkan. Bahan itu tinggal disaring, kemudian dicampur carbopoll. Setelah itu, produk siap dipakai untuk menjadi pembersih tangan antibakteri.
KOMPAS/ADI SUCIPTO KISSWARA–Siswa SMA Muhammadiyah 1 Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mempraktikkan proses pembuatan pembersih tangan antibakteri berbahan kulit kacang, lidah buaya, kulit ari kacang, dan kulit jeruk nipis yang dilumatkan. Pembersih ini tidak mengandung alkohol.
Selama ini, kulit kacang hanya dibuang sia-sia, padahal jika dimanfaatkan, bahan itu bisa menjadi produk antibakteri.
”Kulit kacang mengandung terpenoid flavonoid dan asam sulfat, kulit ari mengandung tanin, lidah buaya mengandung saponin, sedangkan kulit jeruk mengandung flavonoid. Semua itu mengandung antibakteri,” papar Kartika.
Sallwa menambahkan, umumnya bahan pencuci tangan mengandung alkohol, tetapi inovasi mereka ramah lingkungan dan memanfaatkan bahan di sekitar. Semua bahan perlu disaring, baik ekstrak kulit kacang, kulit ari, maupun lidah buaya, agar tidak terjadi pengendapan.
Berkat produk inovasi itu, ketiganya menjuarai Lomba Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial Universitas Negeri Surabaya pada 19 Oktober lalu. Guru pembimbing Emzita Taufik berharap ada fasilitas pengembangan agar produk itu bisa dimanfaatkan masyarakat luas.
Emzita juga berharap inovasi itu bisa dikembangkan dalam skala besar atau diproduksi massal. ”Kami hanya mendorong siswa peduli dan melihat lingkungan sekitarnya. Kami fokus pada bahan-bahan limbah yang selama ini terbuang percuma. Ini juga solusi mengurangi limbah atau sampah,” tuturnya.
Limbah sabut kelapa
Selain berkreasi dengan limbah kulit kacang, siswa SMA Muh1ba sebelumnya menorehkan prestasi sebagai juara 2 Lomba Creanovation Award 2017 di Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Jawa Tengah, pada 6 Mei. Tiga siswa, yakni Arif Rohman, Siti Mukhlis Qolbiyah, dan Dewa Satta Wardah Hani, membuat partisi lantai berbahan sabut kelapa.
Ketiganya menyuguhkan karya berjudul ”Coco Partition Floor (CPF)” atau lantai partisi yang terbuat dari sabut kelapa. Keunggulannya, kuat dan lentur. Sabut kelapa cukup direndam satu jam, lalu dihaluskan, kemudian dicampur lem kayu seperti bubur. Setelah itu, bahan campuran tersebut dicetak dengan press (tekanan) sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan, lalu dijemur agar kering.
Pembina Karya Ilmiah SMA Muh1ba, M Faisol, menjelaskan, gagasan itu merupakan ide murni inovasi siswa. Ia hanya membimbing materi keilmuan, pengepakan produk, dan mengarahkan saat presentasi. Karya itu mengalahkan 36 karya se-Indonesia.–ADI SUCIPTO KISSWARA
Sumber: Kompas, 31 Oktober 2017