Konservasi air dan sanitasi perlu diterapkan untuk mewujudkan masjid ramah lingkungan. Itu karena aktivitas ibadah umat Islam memakai air bagi kesucian serta kesehatan lingkungan masjid.
Konservasi air dan sanitasi dilakukan melalui penghematan air wudu, panen air hujan, sumur resapan, dan biopori. Penguatan kapasitas masjid dalam mengelola air sejalan dengan program Rumah Ibadah Ramah Lingkungan (Eco-RI), selain penghijauan dan pengelolaan sampah.
Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia Hayu Prabowo menyatakan, masjid butuh kesinambungan sumber daya air bersih sebagai syarat menyucikan diri sebelum shalat. Konservasi air meningkatkan efektivitas penggunaan air di masjid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Umat Islam paling banyak memakai air pada kegiatan ibadah, seperti wudu dan sanitasi. Penghematan air penting untuk mengatasi krisis air,” kata Hayu, pada peresmian eco-Masjid Az-Zikra di Bogor, Jumat (19/2).
Penghematan air wudu di Masjid Az-Zikra dengan teknik penahan laju air keran. Keran air dengan alat sumbat menghemat air 70 persen. Keran tanpa penyumbat mengeluarkan air 13 liter per menit dan waktu wudu 42 detik, sementara keran dengan alat sumbat 3 liter air per menit dan lama wudu 50 detik.
Pembangunan sarana konservasi air bisa dengan teknologi daur ulang air wudu. Air hujan dialirkan ke sumur resapan. Sistem panen air hujan memakai tandem tangki dari air tanah dan air hujan. Karena itu, MUI menerbitkan buku panduan yang siap diedarkan ke masjid-masjid.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia Imam Addaruquthni, program masjid ramah lingkungan mengajak umat Islam merevolusi pemahaman soal air. Ada sekitar 850.000 masjid di Indonesia. “Gerakan sumur resapan, daur ulang air wudu, dan aktivitas konservasi air lain bermakna peduli air,” ujarnya.
Ketua Dewan Pengarah Gerakan Siaga Bumi Din Syamsuddin menambahkan, tata kelola masjid ramah lingkungan perlu disesuaikan dengan karakteristik masjid. “Untuk memulainya, bisa pakai dana umat,” katanya. (C07)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2016, di halaman 13 dengan judul “Konservasi Air Menjadi Gerakan Nasional”.