Digitalisasi Masjid Dorong Peradaban Islam Masa Depan

- Editor

Rabu, 24 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masjid tidak semata berfungsi sebagai tempat ibadah. Seperti di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid juga bisa berfungsi sebagai sekretariat negara, pusat pertemuan, pertunjukan seni, hingga tempat mengurus masalah publik.

Sebagian masyarakat Muslim masih menganggap masjid hanya sebatas tempat beribadah. Padahal, sejak zaman nabi, masjid sudah berfungsi sebagai tempat berbagai aktivitas. Dalam menyongsong perkembangan zaman, digitalisasi masjid mutlak diperlukan untuk mendorong peradaban Islam di masa depan.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyampaikan, semasa hidup Nabi Muhammad SAW, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah semata. Masjid juga berfungsi sebagai sekretariat negara, pusat pertemuan, pertunjukan seni, pendidikan, hingga tempat mengurus masalah publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara ini sangat sia-sia jika hanya digunakan sebagai tempat shalat atau ibadah. Seharusnya, Masjid Istiqlal juga digunakan untuk pencerahan umat,” ujarnya dalam acara peluncuran buku dan diskusi di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (23/6/2021).

Menurut Nasaruddin, dalam perkembangan zaman saat ini, setiap masjid juga bisa dibangun minimarket elektronik (e-market) untuk melayani kebutuhan pokok masyarakat. Proses administrasi atau manajemen e-market tersebut dapat dilakukan di masjid meski gudang atau barang berada di luar kota sehingga masjid tetap terjaga kebersihannya.

KOMPAS/RIZA FATHONI—-Teknisi melakukan pemeriksaan akhir instalasi panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (3/9/2020). Sebanyak 506 panel surya dengan kapasitas total daya sebesar 150.000 watt dipergunakan untuk pencahayaan area masjid.

Sebagai bentuk modernisasi dan digitalisasi masjid, kata Nasaruddin, di Masjid Istiqlal dapat dibangun monitor raksasa yang berfungsi menayangkan khotbah sehingga setiap jemaah dapat melihat penceramah dengan jelas. Sebagai masjid besar dengan kapasitas mencapai 200.000 jemaah, orang yang berada jauh di belakang mimbar memang sulit melihat penceramah dengan jelas.

”Digitalisasi masjid ini mungkin menjadi yang pertama di dunia. Visualisasi penceramah dapat ditayangkan di monitor raksasa dan disaksikan secara jelas. Ini akan bisa memperkuat materi dakwah jika ada tayangan secara visual,” katanya.

Selain itu, menurut Nasaruddin, ke depan, Masjid Istiqlal juga akan menjadi lembaga induk penyebaran informasi seluruh masjid di Indonesia. Rencana ini bahkan telah mendapat dukungan kerja sama dari PT Telkom Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta pakar teknologi Ilham Habibie.

”Kami ingin Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia Islam masa depan. Sebagian orang, terutama ilmuwan, berasumsi bahwa negara Timur Tengah sudah selesai tugasnya melahirkan Islam. Namun, estafet kepemimpinan dunia Islam masa depan itu sepertinya memang harus hijrah ke Asia Tenggara, terutama Indonesia,” tuturnya.

Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) Asep Saepudin menambahkan, saat ini Masjid Istiqlal telah membuat peta jalan digitalisasi yang berisi seluruh kegiatan masjid. Ia berharap digitalisasi ini bisa diterapkan oleh semua masjid di Indonesia karena masih banyak masjid yang hanya dijadikan sebatas tempat beribadah.

Direktur Utama PT Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengatakan, keberadaan teknologi digital berpotensi membuat Indonesia mencapai infrastruktur yang sama atau bahkan lebih maju dari negara lain. Teknologi digital ini juga menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan saat memberdayakan masjid.

”Dengan adanya teknologi, masyarakat di luar kota bisa ikut mendengar langsung ceramah saat ini. Jadi, kegiatan di masjid jika hanya mengandalkan tatap muka jangkauannya terbatas. Akan tetapi, dengan adanya teknologi konferensi video, jangkauan akan menjadi lebih luas,” ucapnya.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: ADHITYA RAMADHAN

Sumber: Kompas, 23 Juni 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB