Sebanyak 40 tim dari sejumlah perguruan tinggi akan mengikuti kompetisi roket Indonesia di Bantul, Sabtu (26/6). Dengan tema ”Homing Meteo Payload”, para peserta harus mampu merancang muatan roket bisa kembali atau menuju sasaran yang telah ditentukan.
Handoko dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) selaku penyelenggara mengatakan, kegiatan ini sudah dilakukan empat tahun berturut-turut. ”Kami ingin menghidupkan teknologi roket di kalangan mahasiswa,” katanya.
Menurut Handoko, sejarah peroketan dimulai pada 1963. Saat itu, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan roket di Pantai Sanden, Bantul. ”Sejarah itu yang menginspirasi penyelenggaraan kompetisi di Bantul. Awalnya, memang Pantai Sanden yang dirujuk, tetapi ternyata ada pantai yang lebih cocok, yakni Pandansimo,” katanya, Jumat (25/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa perguruan tinggi yang mengirim tim adalah UGM, IPB, Universitas Ahmad Dahlan, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto , Universitas Diponegoro, dan Universitas Indonesia. Selama kompetisi, mereka akan menjalani tiga tahapan, yakni uji kelayakan teknis, peluncuran roket, dan presentasi. Sebanyak 40 tim peserta merupakan hasil seleksi dari 73 tim yang mengajukan proposal.
Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, tahun ini kegiatan akan dihadiri tamu dan pengamat dari Asia-Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) asal Jepang dan Malaysia.
Kompetisi roket bertujuan menyiapkan bibit unggul bidang roket sehingga menciptakan kemandirian teknologi roket.
”Negara yang mampu menguasai teknologi roket otomatis akan disegani bangsa lain. Alasannya, roket mempunyai nilai strategis, baik dalam kondisi damai maupun untuk keperluan pertahanan,” tambah Handoko.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bantul Riyantono mengatakan, Pemkab Bantul sangat mendukung kompetisi roket karena selaras dengan sasaran pembangunan di Bantul. ”Sejak awal kami menaruh komitmen tinggi dalam bidang pendidikan dan teknologi,” katanya.
Peran Pemkab Bantul, lanjutnya, juga berdampak positif secara ekonomi. Secara tidak langsung Bantul ikut terpromosikan, terutama aspek pariwisatanya. ”Pandansimo menjadi salah satu kawasan selatan kami yang didorong untuk tujuan wisata, industri kuliner, dan produksi perikanan,” katanya. (ENY)
Sumber: Kompas, Sabtu, 26 Juni 2010 | 05:02 WIB