Kesiapan Riau Diuji El Nino

- Editor

Kamis, 21 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Status Tiga Taman Nasional Sumatera Terancam
Kehadiran El Nino yang diprediksi melanda Indonesia, setelah dilaporkan muncul di Australia, menguji kesiapan Riau terkait ancaman kebakaran hutan dan lahan. Pencegahan melalui penyekatan kanal seperti dilakukan Presiden Joko Widodo di Sungai Tohor, Kepulauan Meranti, 27 November 2014, hingga kini belum direplikasi.

Kini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Pemerintah Provinsi Riau baru pada tahap persiapan dan pendanaan memperbanyak pemasangan sekat kanal permanen. “Prediksi El Nino ada. Ini akan jadi ujian, apakah upaya pencegahan berjalan,” kata Arief Yuwono, Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim KLHK, Selasa (19/5), saat Workshop Pembelajaran Implementasi Reduksi Emisi dari Deforestasi dan degradasi Lahan (REDD+) dan Persiapan Paris COP-21, di Jakarta.

Pemerintah, lanjut Arief, berupaya maksimal melaksanakan perintah Presiden Joko Widodo agar tak terjadi bencana asap lagi di Indonesia, khususnya Riau. Citra satelit NOAA menunjukkan terjadi penurunan jumlah titik panas dari periode 1 Januari-18 Mei 2014 sejumlah 2.707 titik panas menjadi 557 pada periode sama tahun 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan KLHK Raffles B Panjaitan menyatakan, observasi pemantauan titik api NOAA lima tahun menunjukkan, puncak kejadian titik api terbanyak pada Juni-Oktober. Pihaknya juga mendapat laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai kemunculan El Nino lemah berpotensi menimbulkan kebakaran.

acdbed7d6f3b4f77abd4bbefef0aa1cbSeperti diberitakan, Agustus 2015, akan jadi puncak kondisi kurang hujan yang kini menonjol di Sumatera. BMKG memprediksi, mayoritas Zona Musim (daerah dengan batas musim jelas) di Indonesia diperkirakan memasuki kemarau bulan Juni. BMKG sedang memantau kepastian kehadiran El Nino, yang diprediksi tak sekuat tahun 1997.

“Arah angin diprediksi ke timur laut, artinya dari Riau menuju Malaysia dan Singapura,” kata Raffles. Kondisi tersebut dibahas BNPB bersama Pemprov Riau untuk memaksimalkan pengendalian dan pencegahan.

Pengendalian dengan membuat sekat-sekat kanal membasahi tanah gambut. Antisipasi juga dengan peningkatan sistem aplikasi pendeteksi kebakaran dini hutan dan lahan bernama Sipongi, yang otomatis menginformasikan keberadaan titik panas kepada pemda hingga petugas babinsa. Sistem bisa diakses pada situs http://sipongi.menlhk.go.id.

Haris Gunawan, Direktur Pusat Studi Bencana Universitas Riau, yang diminta Menteri LHK terlibat mencegah kebakaran hutan dan lahan di Riau, mengatakan, BNPB menyiapkan Rp 15 miliar dari dana on call untuk pembangunan sekat semipermanen. “Ada 629 usulan sekat kanal yang masuk dari pemda. Ini harus diverifikasi,” katanya.

Pembangunan kanal diprioritaskan di pesisir, seperti Kepulauan Meranti, Siak, dan Bengkalis. Itu mencegah air gambut terbuang ke laut dan mencegah asap ke Singapura atau Malaysia.

Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup Riau Yulwiriati Moesa, sejumlah kabupaten meminta sekat kanal. “Sudah 17 tahun masyarakat Riau di-salay (ikan asap). Kanal blocking kami harap mencegah asap,” katanya. Pembangunan sekat kanal dimulai sebelum bulan puasa.

Taman nasional
Di Jakarta, selain soal sekat kanal, perambahan yang mengancam tiga taman nasional di Sumatera juga dibahas pada lokakarya “Mencari Solusi Perambahan di Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS)” yang diselenggarakan UNESCO Jakarta bekerja sama dengan KLHK.

Ketiga taman nasional itu adalah TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, dan TN Bukit Barisan Selatan. Kawasan TRHS mencapai 2.5 juta hektar dan UNESCO menempatkannya dalam daftar warisan alam dunia tahun 2004. Namun, tahun 2011, Komite Warisan Dunia (WHC) memasukkan TRHS pada kategori terancam dicabut statusnya (in danger list) sebagai situs warisan dunia, salah satunya karena perambahan.

“Eksistensi kawasan TRHS sesuatu yang tak dapat ditawar lagi,” kata Officer in Charge UNESCO Jakarta Shahbaz Khan. Pemerintah menargetkan TRHS keluar dari daftar in danger WHC pada 2018. (ICH/B03)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Mei 2015, di halaman 13 dengan judul “Kesiapan Riau Diuji El Nino”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB