Kendalikan Jumlah Fakultas Kedokteran

- Editor

Kamis, 28 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia kini memiliki 75 fakultas kedokteran. Jumlah itu dinilai berlebihan. Namun, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi akhir Maret lalu justru menyetujui pembukaan delapan fakultas kedokteran baru. Pertumbuhan fakultas yang tak terkendali itu mengancam mutu layanan kesehatan dan keselamatan pasien.

“Kembalikan jumlah fakultas kedokteran jadi 35 fakultas, tutup sebagian, jangan ada pembukaan izin baru,” kata Wakil Ketua II Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam Sarasehan Ke-11 KKI, di Jakarta, Rabu (27/4).

Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu mengatakan, jumlah 35 fakultas kedokteran (FK) tahun 2007 sudah memadai. Izin pendirian FK berlebihan malah memicu permainan uang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejumlah lembaga berlomba mendirikan FK demi meraup uang besar dari mahasiswa dengan mengabaikan kelayakan dan kepatutan. Sementara calon mahasiswa dan orangtua berani membayar mahal agar jadi dokter meski kemampuan dan karakter tak memadai.

Mantan Ketua KKI Menaldi Rasmin menilai 60 FK memenuhi kebutuhan tenaga dokter. Pembentukan FK perlu memperhatikan rasio penduduk, 1 fakultas bagi 4 juta warga, demi kecukupan kasus yang akan dipelajari calon dokter. “Pendidikan kedokteran tak massal karena lulusan bertanggung jawab pada jiwa raga manusia. Jadi yang masuk FK kompetitif,” ujarnya.

Terkait hal itu, menurut Ketua KKI Bambang Supriyatno, pemerintah seharusnya menghentikan pemberian izin pembentukan FK baru dan fokus membenahi mutu FK. Dari 75 fakultas kedokteran, 36 persen berakreditasi C, sedangkan tingkat kelulusan mahasiswa kedokteran dalam uji kompetensi mahasiswa program profesi dokter pada 2015 berkisar 20-97 persen. Artinya, kompetensi banyak lulusan FK kurang memadai.

Distribusi buruk
Jumlah dokter juga memenuhi rasio ideal: 1 dokter untuk 2.500 warga. Data KKI menyebut, hingga April ini, ada 110.773 dokter untuk 250 juta penduduk.

Namun, diakui, sejumlah daerah di luar Jawa kekurangan dokter. Sekitar 1.000 dari 9.705 puskesmas tak punya dokter. Itu disikapi lewat pembentukan FK baru. Padahal, masalahnya ialah buruknya manajemen distribusi dokter. “Warga butuh dokter, maka negara hanya perlu mengirim dokter, bukan membentuk fakultas kedokteran,” kata Satryo.

Pembentukan FK baru diharapkan membuat lulusannya mau bekerja di daerah itu. Nyatanya, mayoritas mahasiswa FK dari luar daerah yang kalah bersaing saat mendaftar FK di daerahnya. “Sebelum memberi izin FK baru, Kemristek dan Dikti seharusnya membina FK yang ada agar 80-90 persennya berakreditasi A dan B,” ucap Bambang.(MZW/ADH)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kendalikan Jumlah Fakultas Kedokteran”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB