Kenaikan Kuota dan Anggaran Beasiswa Dicermati

- Editor

Kamis, 5 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lebih dari 400.000 mahasiswa di perguruan tinggi negeri dan swasta kuliah dibiayai lewat program Bidikmisi. Agar program afirmasi untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang berprestasi ini tetap berjalan, rencana kenaikan besaran beasiswa perlu dihitung dengan cermat.

”Kenaikan jumlah penerima juga kami upayakan karena masih banyak yang membutuhkan. Tahun 2018, ada kuota 90.00 mahasiswa baru, naik dari tahun lalu yang 80.000 mahasiswa,” kata Direktur Kemahasiswaan, Kemristek dan Dikti Didin Wahidin di Jakarta, Rabu (4/7/2018).

Terkait besaran bantuan biaya hidup untuk mahasiswa, kata Didin, pada tahun lalu dinaikkan dari Rp 600.000 menjadi
Rp 650.000 per bulan. ”Kelihatannya kenaikan Rp 50.000 per mahasiswa kecil. Jika diakumulasi, kebutuhannya besar, setidaknya perlu sampai Rp 400 miliar,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–Wakil Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Achmad Sofyan Hanif, menyampaikan pendapatnya tentang kenaikan kuota mahasiswa penerima bidikmisi, Rabu (4/7/2018).

Menurut Didin, mahasiswa penerima Bidikmisi umumnya mempunyai prestasi akademik dan non-akademik yang baik. Tiap perguruan tinggi diminta membantu pengembangan diri mahasiswa.

Di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), jumlah mahasiswa Bidikmisi yang masih aktif mencapai 2.893 orang. Beberapa mahasiswa tersebut mengaku, dana biaya hidup dari Bidikmisi belum bisa memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta.
Penerima Bidikmisi yang kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Mochammad Afi Nur Rizki (21), mengatakan, sejak tahun lalu, dana Bidikmisi dicairkan tiap semester. Padahal, pengeluaran mahasiswa cukup besar untuk kebutuhan sehari-hari di Jakarta. Afi menerima biaya hidup Rp 650.000 per bulan. Untuk hidup di Jakarta, dia anggap itu masih kurang.

”Biaya indekos saja sudah Rp 500.000 per bulan, belum untuk makan dan lainnya,” kata Afi.

Ia juga mengatakan, beberapa temannya kesulitan jika dana Bidikmisi dicairkan tiap semester karena mereka harus membayar biaya indekos dan membeli buku referensi. Adapun beberapa mahasiswa lain juga banyak yang masih berharap kiriman dana dari orangtua.

Penerima Bidikmisi dari jurusan Akuntansi, Iffat Fakhriyyah (18), mengaku, selain mendapat dana Bidikmisi, ia juga masih menerima kiriman dari orangtua.

Aktif berorganisasi
Mahasiswa Bidikmisi lainnya, Ratu Madaniyyah (18), mengatakan, mahasiswa harus aktif di organisasi. Selain itu, wajib menyusun program kreativitas mahasiswa. Indeks prestasi kumulatif dibatasi minimal 2,75.

Setiap tahun, kata Ratu, mereka harus melampirkan monitoring dan evaluasi atau semacam rincian penggunaan dana Bidikmisi lengkap dengan notanya.
Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan UNJ Achmad Sofyan Hanif mengatakan, seluruh mahasiswa Bidikmisi diwajibkan aktif dalam kegiatan kampus. ”Kami sudah tambahkan anggaran pembinaan untuk mahasiswa Bidikmisi dalam menunjang kegiatan kewirausahaan, public speaking, leadership, dan program kemandirian yang bernama kampung Bidikmisi,” kata Achmad.

Menurut dia, IPK mahasiswa ditetapkan minimal 2,75, tetapi keputusan rektor terbaru akan diturunkan menjadi 2,25.

Di UNJ dibentuk tim penanggung jawab Bidikmisi. Tim ini me-monitoring seluruh kegiatan akademik dan non-akademik mahasiswa setiap semester. Menurut Achmad, tahun ini ada kenaikan kuota mahasiswa penerima Bidikmisi sebanyak 1.000 mahasiswa. Tahun lalu, kuota yang disiapkan hanya 750 mahasiswa. (ELN/E21)–ESTER LINCE NAPITUPULU / E21

Sumber: Kompas, 5 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB