Kuota Bidikmisi Turun

- Editor

Kamis, 2 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penerima Dijanjikan Beasiswa S-2 sampai S-3
Kuota bantuan pendidikan untuk mahasiswa kurang mampu atau Bidikmisi di sejumlah perguruan tinggi negeri terus menurun setiap tahun. Penyebabnya, kuota Bidikmisi tetap sama tahun ini, tetapi tak sebanding dengan penambahan perguruan tinggi negeri.

Kuota Bidikmisi itu harus dibagi lebih banyak untuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada. Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir ketika mengunjungi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (1/6).

Menurut Nasir, kuota Bidikmisi tahun ini tetap 60.000 orang dan harus dibagi rata untuk PTN baru dan PTN lama. “Tapi, jumlah PTN terus meningkat. Saat ini ada 128 PTN dan tahun lalu baru 98 PTN,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nasir berharap kenaikan jumlah PTN itu diikuti dengan penambahan jumlah beasiswa. Namun, anggaran negara yang terbatas menjadi kendala. Saat ini ada 286.951 penerima Bidikmisi dengan total anggaran Rp 2,9 triliun.

Keterbatasan anggaran itu menyebabkan kuota Bidikmisi yang ada harus dibagi rata dengan konsekuensi PTN lama akan mengalami pengurangan kuota Bidikmisi. Namun, ada pula PTN yang kini baru mendapat kuota Bidikmisi.

ITS, misalnya, saat ini kuota Bidikmisi-nya hanya 330 orang. Padahal, pada 2014, kuota Bidikmisi di kampus itu sebanyak 930 orang dan pada 2015 sebanyak 630 orang. Dari kuota 330 orang itu, baru terisi 129 orang.

Oleh karena itu, Nasir meminta rektor PTN mencari mahasiswa yang kurang mampu untuk diberi beasiswa atau dibebaskan dari SPP. Namun, PTN juga harus bisa memverifikasi status mahasiswa itu supaya fasilitas ini tidak disalahgunakan. Setidaknya jumlah mahasiswa penerima beasiswa atau Bidikmisi sebanyak 20 persen dari total mahasiswa yang ada.

Rektor ITS Joni Hermana mengatakan, 52 persen mahasiswa di ITS merupakan penerima beasiswa atau Bidikmisi. “Jadi, sebenarnya lebih banyak yang dapat beasiswa daripada yang bayar sendiri di ITS,” ujarnya.

Rabu kemarin, Nasir dan Joni juga menghadiri pembekalan mahasiswa penerima Bidikmisi di ITS. Para mahasiswa penerima Bidikmisi ketika diminta berbicara rata-rata berharap supaya kuota Bidikmisi diperbanyak. Ini karena banyak teman mereka yang tidak mampu dan tidak melanjutkan kuliah.

Muhammad Siswan Afandi, salah satu penerima Bidikmisi di ITS, mengatakan bahwa dirinya merupakan anak yatim. Ayahnya meninggal ketika ia masih duduk di bangku kelas III SD. “Ibu saya punya tiga anak dan hanya bekerja sebagai penjual jajanan di depan sekolah,” katanya.

Dengan menerima Bidikmisi, Siswan yang diterima di Jurusan Teknik Elektro mampu menjawab keraguan para tetangga yang sebelumnya pesimistis Siswan dapat melanjutkan kuliah karena pendapatan ibunya yang tidak menentu.

Penerima Bidikmisi lainnya, Salma Niatu Zakiah, juga merupakan anak yatim dari Blitar yang berhasil masuk ke Jurusan Fisika ITS. Ia mengatakan, ibunya seorang petani dan harus menghidupi tujuh anaknya.

“Saudara saya ada yang bantu ibu jadi petani dan ada yang jadi TKI (tenaga kerja Indonesia) di Korea, sementara saya satu-satunya anak yang berhasil kuliah di PTN karena ada Bidikmisi ini,” ungkapnya.

Lanjut hingga S-3
Kepada penerima Bidikmisi, Nasir meminta mereka memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Bahkan, jika mahasiswa penerima Bidikmisi berprestasi dan lulus dengan IPK di atas 3,5, pemerintah berjanji akan memberikan beasiswa lanjutan untuk program S-2 sampai S-3.

Selain menemui penerima Bidikmisi, Nasir kemarin juga meninjau ujian keterampilan desain yang digelar di Jurusan Desain Produk Industri ITS sebagai bagian dari seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Dalam peninjauan tersebut, Nasir meminta supaya model seleksi yang dilakukan berkorelasi positif dengan bekal yang dibawa calon mahasiswa dari SMA.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengatakan, pemerintah tetap memberikan beasiswa Bidikmisi bagi calon mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu (Kompas, 10/5).

Tahun ini kuotanya 60.000 mahasiswa baru. “Tahun 2017, kami akan upayakan naik menjadi 75.000 mahasiswa,” ujarnya.

Ada 24.506 mahasiswa yang diterima dengan beasiswa Bidikmisi di jalur SNMPTN. Penerima Bidikmisi terbanyak antara lain di Universitas Haluoleo (1.714 orang), Universitas Negeri Padang (1.192), dan Universitas Syiah Kuala (1.853). (DEN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2016, di halaman 11 dengan judul “Kuota Bidikmisi Turun”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB