Jumlah Pasien Pelayanan Bayi Tabung Terus Meningkat

- Editor

Kamis, 3 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah pasien pelayanan bayi tabung bagi pasangan infertil di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Kebutuhan memiliki keturunan dan akses yang mudah untuk mendapatkan klinik bayi tabung menjadi faktor pendorongnya.

”Pada 2017 ada 9.000 pasien yang minta pelayanan bayi tabung di Indonesia,” kata konsultan bayi tabung Mulyoto Pangestu, Rabu (2/5/2018), di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.

Mulyoto yang kini menjabat sebagai Lecturer and Laboratory Manager Education Program Reproduction and Development Department Obstetrics and Gynecology Monash Clinical School, Australia, ini menyampaikan, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2004, jumlahnya di bawah 1.000 pasien, pada 2008 mencapai 1.000 pasien, dan pada 2010 di atas 1.000 pasien. ”Tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 30 persen,” ujar Mulyoto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Konsultan bayi tabung Mulyoto Pangestu di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018).

Menurut dia, kendati berbiaya mahal, berkisar Rp 37 juta sampai Rp 60 juta, peningkatan tersebut, antara lain, disebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap layanan bayi tabung di Indonesia dan semakin mudahnya akses mendapatkan pelayanan bayi tabung. ”Di Indonesia sudah ada sekitar 20 klinik yang dapat melayani bayi tabung. Selain itu, mereka (pasien) sudah mulai yakin dengan kemampuan dokter di Indonesia,” ujarnya.

Meski demikian, hal itu, lanjut Mulyoto, tidak bisa membendung orang untuk melaksanakan perawatan bayi tabung ke luar negeri. ”Orang yang sampai akhirnya ke luar negeri tidak semata-mata tidak percaya pada kemampuan dokter di Indonesia, tetapi lebih karena malu,” katanya.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Mulyoto Pangestu.

Mulyoto, doktor yang juga dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman itu, dikenal sebagai penemu teknik pembekuan sperma hewan dengan cara yang sederhana dan murah pada tahun 2000. Penemuannya saat ini bermanfaat bagi keperluan riset di laboratorium. Mulyoto memakai gas nitrogen serta dua lapis tabung plastik mini yang disegel dengan panas, kemudian dibungkus dengan aluminium foil. Sebelumnya, penyimpanan sperma hewan memerlukan nitrogen cair sebagai bahan pendingin yang harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat celsius.

Atas temuan tersebut, Mulyoto mendapatkan penghargaan tertinggi Gold Award dalam kompetisi Young Inventors Awards yang diadakan majalah Far Eastern Economic Review dan Hewlett-Packard Asia Pasifik. Sehari-hari, Mulyoto tinggal di Melbourne, Australia, dan kini selama sepuluh hari berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia di Yogyakarta. Di Purwokerto, Mulyoto sempat mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional.–MEGANDIKA WICAKSONO

Sumber: Kompas, 2 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB