Januari Tahun Ini Lebih Kering

- Editor

Selasa, 9 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memasuki minggu kedua Januari 2018, curah hujan di Indonesia, khususnya Jabodetabek atau Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, cenderung rendah. Padahal, Januari sampai Februari ini sebelumnya diprakirakan akan jadi puncak musim hujan. Dinamika monsun dan aktifnya La Nina memengaruhi kurangnya intensitas hujan.

”Dibandingkan tanggal sama Januari 2017, intensitas hujan di Jabodetabek bulan ini lebih kecil. Kini hari tanpa hujan 1-5 hari, tetapi hujannya lingkup kecil dan tak merata,” kata Kepala Bidang Informasi dan Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ramlan, di Jakarta, Senin (8/1).

Hingga dua hari ke depan, peluang terjadi hujan di Indonesia kecil. ”Hujan yang terjadi saat ini lebih dipengaruhi faktor lokal, seperti pemanasan, ada belokan angin, dan konvergensi (daerah pertemuan angin) yang menumbuhkan awan hujan,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan, belum munculnya hujan Januari ini lebih pada kondisi dinamika monsun. Berdasarkan data BMKG, suplai uap air dari Samudra Pasifik bagian timur ke Pasifik bagian barat tak signifikan. Itu menyebabkan aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur tak signifikan.

Belum munculnya hujan Januari ini lebih pada kondisi dinamika monsun.

”Lemahnya pergerakan monsun barat yang biasa membawa hujan belum begitu kuat. Sebab, beberapa hari lalu masih tumbuh siklon tropis di wilayah utara Indonesia,” kata Ramlan.

Sementara suplai uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat tak signifikan. Berkembangnya pusat tekanan rendah di Samudra Hindia barat daya Sumatera dan perairan Australia barat turut menarik massa udara ke arah mereka. Akibatnya, pembentukan awan di area Indonesia bagian barat, khususnya Jawa bagian barat, tidak signifikan.

”Berbeda dengan pembentukan siklon tropis Dahlia dan Hilda, di mana sirkulasi pusaran Samudra Hindia bergerak ke selatan Pulau Jawa, kali ini pergerakan pusaran di Samudra Hindia ke barat menjauhi Indonesia,” kata peneliti cuaca BMKG, Siswanto. Dinamika cuaca menyebabkan massa uap air yang mengalir ke Indonesia berasal dari area selatan khatulistiwa yang kering.

Berubah
Selain dinamika cuaca harian, menurut Siswanto, relatif keringnya cuaca saat ini dipengaruhi aktifnya La Nina di Samudra Pasifik. La Nina adalah fenomena suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik lebih rendah daripada area sekitarnya.

Berdasarkan data statistik yang direkam ketika La Nina aktif pada tahun 1998, 1999, dan 2000, hujan di Jabodetabek pada Januari secara statistik malah di bawah rata-rata normalnya. Namun, hujan akan menguat di atas normal pada Februari.

”Pusaran di Samudra Hindia barat daya Sumatera yang lebih kerap aktif saat La Nina lemah berkontribusi memusatkan aktivitas konveksi di area sekitar atau di jalur konvergensinya. Itu mengurangi aktivitas pertemuan angin antartropis (inter tropical convergence zone/ITCZ) dan konvektivitas di Jawa,” ujarnya.

Jika La Nina menguat, itu akan memperpanjang hujan di musim kemarau. ”Jika La Nina berakhir di akhir musim hujan, sekitar Maret, musim kemarau normal,” kata Dodo. (AIK)

Sumber: Kompas, 9 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB