Jaga Keberlanjutan Inovasi

- Editor

Kamis, 2 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberlanjutan hasil riset dan inovasi terkait penanganan Covid-19 perlu terus dijaga. Itu membutuhkan sinergi antara peneliti, pemerintah, dan industri.

Sinergi riset dan inovasi antara peneliti, pemerintah, dan industri untuk menghasilkan berbagai karya terkait penanganan Covid-19 perlu terus dijaga dan dikembangkan ketika pandemi usai. Kepercayaan para pihak perlu terus dijaga hingga mampu melahirkan inovasi yang bisa diterima pasar dan memiliki durabilitas panjang di pasaran.

Wakil Ketua Sains dan Kebijakan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia Tatas HP Brotosudarmo saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (30/6/2020), mengatakan, kemunculan berbagai invensi dan inovasi selama pandemi tetap perlu diapresiasi. Namun, inovasi yang muncul umumnya masih bersifat ATM atau amati, tiru, dan modifikasi, bukan inovasi yang berbasis ilmu dasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak ada yang salah dengan inovasi ATM, terlebih dalam situasi kedaruratan yang membutuhkan kecepatan penanganan seperti saat ini. Namun, produk inovasi model ini sulit untuk bertahan lama di pasaran, hanya sekitar 2-3 tahun. Produk ini juga akan bersaing dengan produk-produk impor yang berbasis pada riset dasar.

”Dalam persaingan global, persaingan antarproduk inovasi itu tak bisa dihindarkan,” kata Tatas yang juga Direktur Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Ma Chung, Malang. Karena itu, inovasi berbasis riset dasar perlu terus didorong di Indonesia. Demikian pula relasi atau kerja sama yang lebih cair di antara peneliti dari berbagai bidang keilmuan juga perlu diperluas.

Inovasi soal obat rekombinan untuk melawan Covid-10 adalah salah satu produk inovasi ATM. Produk sejenis ini, cepat atau lambat, akan segera bersaing dengan produk negara lain yang didasarkan atas riset dasar dan telah menjalani uji yang panjang. Riset dasar, seperti studi tentang virus SARS-CoV 2, baik karakter maupun struktur proteinnya, masih kurang banyak diperhatikan di Indonesia.

Demi mewujudkan inovasi berbasis riset dasar itu, koordinasi di antara kementerian yang menjadi persoalan lama dalam pengembangan riset dan inovasi perlu segera dituntaskan. Kebijakan yang diambil dalam koordinasi itu perlu berbasis data yang sahih sehingga kebijakan yang diambil bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi, bukan menambah masalah baru.

Untuk mengatasi hal itu, lanjut Tatas, komunitas dan media perlu dilibatkan hingga pola penta helix dalam pengembangan iptek bisa diwujudkan, tidak hanya triple helix antara peneliti, pemerintah, dan industri, seperti yang terjadi selama ini.

Komunitas sains dan peneliti perlu dilibatkan, mulai dari penilaian riset atau pemberian dana riset hingga tidak terjadi tumpang tindih dan optimalisasi dana riset yang ada. Komunitas sains dan peneliti beserta media juga bisa berperan mengenalkan produk inovasi yang bagus kepada masyarakat sehingga bisa diterima dan dipercaya masyarakat serta mampu bersaing dengan produk serupa dari luar negeri.

Perbaikan koordinasi antarlembaga itu juga penting untuk meneruskan kerja sama yang sudah terjalin selama ini dan membangun saling percaya di antara para pihak. ”Jangan sampai peneliti diminta membuat inovasi tertentu, tetapi sistem pendukung lainnya tidak disiapkan dan dikoordinasikan, seperti sistem penganggaran dan pelaporannya,” ucapnya.

Pelibatan industri
Selain itu, pelibatan industri dalam pengembangan riset dan inovasi perlu diperluas. Selama pandemi, pemerintah lebih banyak melibatkan badan usaha milik negara. Namun, peran swasta serta industri kecil dan menengah masih sangat kurang. ”Produksi alat pelindung diri dan masker sebenarnya bisa dikerjakan industri kecil dan menengah. Namun, mereka perlu didampingi hingga produk yang dihasilkan tetap terstandar,” katanya.

Pelibatan swasta serta industri kecil dan menengah itu juga untuk menjaga keberlangsungan ekonomi. Pola itu sekaligus bisa menjadi jaring pengaman sosial karena perekonomian masyarakat yang terdampak Covid-19 tidak dapat langsung pulih saat memasuki masa transisi, seperti saat ini atau ketika pandemi nanti berakhir. Pelibatan itu juga bisa mendorong munculnya banyak wirausaha berbasis teknologi baru, seperti yang digadang-gadang pemerintah.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 1 Juli 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB