Desain kapal ferry rancangan Tim Basudewa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, meraih juara kedua Kompetisi Desain keamanan Kapal Ferry Internasional 2018. Desain buatan mahasiswa Departemen Teknik Perkapalan dan Teknik Sistem Perkapalan ITS itu siap ditawarkan kepada produsen kapal.
Agus Santoso, pembimbing Tim Basudewa, Selasa (27/3/2018), di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, desain kapal ferry ini akan dilaporkan ke Kementerian Perhubungan dan Indonesian National Shipowners Association (INSA) untuk melihat peluang produksi kapal itu.
Desain kapal ferry itu, jika diterapkan, memiliki panjang 40 meter dan lebar 10 meter. Kapal itu bisa untuk penyeberangan di selat antara Singapura, Malaysia, dan Batam. Adapun biaya pembuatan kapal ferry rancangan mahasiswa itu sekitar 6 juta dollar AS atau sekitar Rp 80 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kapal ini punya standar keamanan sesuai Worldwide Ferry Safety Association, karena menerapkan sistem otomatisasi di kapal. Itu memudahkan operasional dan pemantauan kondisi kapal, serta meminimalkan kesalahan manusia,” ujarnya.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Pemudik yang sebagian besar menggunakan kendaraan mobil pribadi dan sepeda motor antre memasuki kapal ferry untuk menyeberang dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Sabtu (2/7/2016). Hari itu menjadi puncak arus mudik masyarakat dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Merak. Kompas/Wawan H Prabowo
Agus menjelaskan, desain kapal ferry rancangan Tim Basudewa teruji di ajang Kompetisi Desain Keselamatan Kapal Ferry Internasional (Worldwide Ferry Safety Design Competition) 2018. Rancangan mereka meraih juara kedua, di bawah tim Singapura. Kompetisi itu diikuti 19 negara, antara lain Amerika Serikat, Jerman, Perancis, dan Belanda.
Tiga bulan
Menurut Jangka Ruliyanto, anggota Tim Basudewa ITS, desain kapal itu dibuat selama tiga bulan. Selain Jangka, tim itu terdiri dari Raja Andhika, Rahmat Diko Edfi, Novario Adiguna, Alvinur, Yudha, dan Riyan Bagus.
Secara struktur, desain kapal rancangan Tim Basudewa memiliki keunggulan di bagian stabilitas, konstruksi kapal, serta disesuaikan dengan karakter dermaga dan laut mengacu pada ombak di Selat Singapura. “Kapal lebih hemat bahan bakar hingga 17 persen,” kata Jangka.
Sementara sistem keamanan kapal ini dirancang berdasarkan regulasi Safety of Life at Seas (Solas) 3 dan 4, yakni kapal punya pemadam api dan rute evakuasi sebagai standar keselamatan.
Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS Badrus Zaman menambahkan, kompetisi tingkat dunia sektor teknologi maritim harus kerap diikuti. Itu menunjukkan Indonesia mampu bersaing pada level dunia. “Momentum ini juga menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi poros maritim dunia,” ungkapnya.–IQBAL BASYARI
Sumber: Kompas, 28 Maret 2018