ITS Mengembangkan Kapal Berbahan Dasar Bambu

- Editor

Rabu, 7 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya mengembangkan pembuatan kapal berbahan dasar bambu. Hasil penelitian tersebut kini mulai disosialisasikan kepada kalangan industri kecil dan menengah galangan kapal.

Dosen Departemen Teknik Perkapalan Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember (ITS), Heri Supomo, Selasa (6/3) di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, pengembangan kapal dari bambu dilakukan sejak tahun 2008. Saat ini, timnya sudah menyelesaikan purwarupa kapal dari bambu dengan ukuran 60 gross tonnage dan panjang 24 meter.

“Kapal berbahan dasar bambu menjadi alternatif karena harga lebih murah dengan tingkat keamanan yang tidak kalah dengan kayu,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Sejumlah perahu layar melintas di Selat Madura, Jawa Timur, dalam kompetisi balap perahu layar nelayan, Surabaya Fisherman Sailing Competition, Sabtu (3/3). Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini dilakukan untuk melestarikan perahu layar sekaligus mempromosikan kawasan wisata Pantai Kenjeran, Surabaya.–Kompas/Iqbal Basyari

Bambu yang digunakan untuk pembuatan kapal berasal dari jenis betung. Jika dilaminasi, bambu jenis ini memiliki ketahanan dan nilai elastisitas yang baik ketika diberi beban tarik maupun tekan. Hasil pengujian menunjukkan, bamboo betung yang dilaminasi memiliki nilai tarik 130 newton per square millimeter (N/mm2), nilai tekan 50,73 N/mm2, dan renggangan 8,93 persen.

“Proses pembuatannya juga mudah dan fleksibel karena tidak ada ukuran baku, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kapal,” ujar dosen peraih Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA) Inggris itu.

Heri menilai, kapal berbahan dasar bambu merupakan solusi bagi nelayan yang membutuhkan kapal dengan harga murah. Sebab, bambu memiliki populasi melimpah dan memiliki masa panen lebih singkat dibandingkan dengan kayu. Bambu tersebut bisa dipanen dalam waktu tiga tahun, sedangkan kayu baru dapat dipanen saat berumur 25 hingga 30 tahun.–IQBAL BASYARI

Sumber: Kompas, 7 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB