Inggris merupakan salah satu negara maju dan memiliki sejarah panjang dalam pengembangan iptek untuk menghasilkan inovasi. Hal itu menjadi dasar pengiriman para inovator Indonesia ke Inggris. Mereka akan belajar tentang rekayasa keteknikan dan melaksanakan proyek riset bersama dengan para peneliti di negara ini.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jumain Appe, Kamis (13/10), di Jakarta, terkait kerja sama Indonesia-Inggris di bidang inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Penandatanganan kerja sama itu dilaksanakan Jumain, Selasa (11/10), mewakili Pemerintah Indonesia, dan Menteri Luar Negeri Inggris Bidang Asia Pasifik Alok Sharma. Hal itu disaksikan Menristek dan Dikti Muhammad Nasir dan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua program
Menurut Jumain, pihaknya bekerja sama dengan The Royal Academy of Engineering of the United Kingdom. Kemitraan itu untuk menerapkan dua program, yakni program kerja sama industri dan akademisi serta program beasiswa bagi inovator (Leaders in Innovation Fellowship).
Pada program pertama, dua pihak akan memberi dana hibah pada konsorsium untuk menerapkan rekayasa keteknikan. “Hibah bagi proyek bersama itu senilai 800.000 poundsterling atau hampir Rp 13 miliar,” ucapnya.
Konsorsium itu terdiri dari perguruan tinggi dan industri kedua negara. Mereka akan mendapat dana hibah berupa gaji, biaya perjalanan, dan akomodasi bagi kerja sama riset inovasi itu.
Pada program kedua, direncanakan pelatihan, digelar di Inggris bagi teknopreneur dari Indonesia terpilih melalui seleksi oleh Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi. Peserta juga akan disediakan dana untuk biaya pelatihan dan pendampingan, penyewaan tempat, perjalanan ke Inggris, dan biaya akomodasi.
Proyek kerja sama riset dan pelatihan itu, menurut Nasir, jadi bagian dari program The Newton Fund, digagas Inggris. Itu untuk mendorong pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial warga di negara mitra lewat kerja sama riset dan inovasi. Bantuan program itu 375 juta poundsterling atau hampir Rp 6 triliun.
Di Indonesia, Newton Fund yang disebut UK-Indonesian Science and Technology Fund diluncurkan pada Maret 2016. Implementasinya melibatkan Kemristek dan Dikti, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Indonesian Science Fund. (YUN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul “Indonesia Kirim Inovator ke Inggris”.