Helikopter ”Ingenuity” di Mars Ulangi Sejarah Wright Bersaudara di Bumi

- Editor

Rabu, 6 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Helikopter mini luar angkasa NASA, Ingenuity, berhasil terbang dan mendarat di permukaan Mars selama 39,1 detik. Momen bersejarah ini seakan mengulang momen Wright Bersaudara saat menerbangkan pesawat pertama pada 1903.

AFP PHOTO / NASA/JPL-CALTECH/LIBRARY OF CONGRESS/HANDOUT—-Gabungan foto yang dibuat, Senin (19/4/2021), ini memperlihatkan helikopter Mars, Ingenuity, milik NASA terbang di atas permukaan Mars pada Senin (foto atas) dan foto dokumentasi sekitar tahun 1903 milik Library of Congress yang memperlihatkan penerbangan sebuah pesawat peluncur di Kitty Hawk, North Carolina, Amerika Serikat.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA berhasil menerbangkan helikopter mini ”Ingenuity” dari jarak jauh dan mendaratkan helikopter seberat 1,8 kilogram itu ke permukaan Mars yang merah dan berdebu. Setelah lepas landas, Ingenuity naik ke ketinggian 3 meter dari permukaan Mars lalu berputar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ingenuity, yang berukuran sebesar kotak tisu itu, sempat bergoyang karena angin sepoi-sepoi Mars, kemudian mendarat. Seluruh proses itu hanya berlangsung selama 39,1 detik. Meski singkat, momen pencapaian ini sama dahsyatnya dengan momen ketika Wright Bersaudara, Orville Wright dan Wilbur Wright, menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya di Kitty Hawk, North Carolina, pada 17 Desember 1903.

Data dan gambar penerbangan itu dikirimkan ke antena-antena NASA di California, Amerika Serikat, yang berjarak 278 juta kilometer dari Mars, lalu diproses hingga 3,5 jam. Keberhasilan misi yang direncanakan selama enam tahun ini disambut sorak gembira dan tangis haru oleh semua ilmuwan dan teknisi yang terlibat di NASA.

”Ingenuity berhasil menyelesaikan misi terbang pesawat pertama yang dikendalikan dari planet lain,” sebut NASA, Senin (19/4/2021).

NASA VIA AP—Foto yang dirilis NASA memperlihatkan helikopter Ingenuity, yang dikendalikan dari Bumi, mendarat di permukaan Mars setelah terbang selama 39,1 detik, Senin (19/4/2021).

Gambar rekaman video pergerakan Ingenuity yang berwarna juga dikirimkan oleh wahana penjelajah Perseverance. ”Kami sudah lama membicarakan momen Wright Bersaudara di Mars dan sekarang terwujud. Kami melilitkan sepotong kain dari pesawat Wright Bersaudara itu di kabel di bawah panel surya Ingenuity sebagai bentuk penghormatan kami kepada Wright Bersaudara,” kata Manajer Proyek Ingenuity MiMi Aung.

Digoyang angin
Kepala Teknis Ingenuity Bob Balaram mengatakan bahwa tidak ada masalah pada Ingenuity meski sempat digoyang angin dan terkena debu Mars. ”Ingenuity sempat goyang juga untuk menghilangkan debu yang menutupi panel surya dan itu justru menambah tenaga,” ujarnya.

Rencana awal penerbangan Ingenuity dijadwalkan pada 11 April lalu, tetapi tertunda karena ada masalah pada peranti lunak. Masalah ini baru diketahui ketika uji kecepatan.

Ingenuity terbang ke Mars dengan ”menumpang” di bawah perut wahana penjelajah Perseverance yang mendarat di Mars pada 18 Februari lalu. Misi utama Perseverance adalah mencari tanda-tanda kehidupan mikroba.

Sementara misi utama Ingenuity adalah membuktikan efektivitas teknologinya. Harapannya, suatu hari nanti, akan ada revolusi dalam eksplorasi benda-benda luar angkasa yang lebih cepat dan lebih jauh ketimbang wahana penjelajah. Ingenuity masa depan diharapkan juga akan bisa menjangkau daerah yang sulit diakses melalui darat.

Saat ini NASA juga sedang mempersiapkan penerbangan ”Dragonfly”, helikopter pendarat yang berukuran lebih besar. Dragonfly akan diterbangkan ke satelit alami terbesar Titan milik Saturnus yang berdiameter 5.150 kilometer atau setengah ukuran Bumi dan hampir sebesar Mars. Misi Dragonfly yang kemungkinan akan dimulai pada 2034 adalah mencari kehidupan di luar Bumi.

Cerdas
Misi penerbangan Ingenuity menantang karena kondisi sekitarnya yang berbeda dengan Bumi, terutama atmosfernya. Rotor Ingenuity, yang membentang 1,2 meter, harus berputar 2.400 putaran per menit untuk bisa terangkat atau sekitar lima kali lebih banyak ketimbang ketika terbang di Bumi.

Karena jauhnya jarak dengan Bumi, Ingenuity tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Manuver utama Ingenuity sudah diprogram sebelumnya. Meski demikian, Ingenuity tetap perlu membuat keputusan cepat pada saat itu juga dengan memakai data dari sensor dan kameranya.

Bukan hanya itu, Ingenuity juga harus menjalankan mesin pemanas agar bisa bertahan di suhu malam hari yang bisa anjlok sampai minus 90 derajat celsius. Setelah misi terbang pertama, Ingenuity akan terbang lagi kemungkinan pada 22 April mendatang.

AFP PHOTO / NASA/JPL-CALTECH/HANDOUT—-Anggota tim helikopter Ingenuity NASA bekerja di Fasilitas Operasi Penerbangan Luar Angkasa di Jet Propulsion Laboratory NASA, Cape Canaveral, Florida, AS, saat mereka bersiap menerima data yang memperlihatkan apakah Ingenuity telah menyelesaikan penerbangan pertamanya, Senin (19/4/2021).

Aung berharap Ingenuity bisa menuntaskan rencana lima kali terbangnya dengan misi yang lebih berat karena harus bisa terbang lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih cepat. ”Kami ingin tahu batas maksimal Ingenuity akan sampai di mana,” ujarnya.

Astronom di Nottingham Trent University, Inggris, Daniel Brown, berharap Ingenuity, yang menghabiskan anggaran 85 juta dollar AS itu, akan membantu upaya penjelajahan medan asing di tata surya. Ke depan, diharapkan akan ada semakin banyak helikopter yang bisa menjadi wahana pengintai untuk membantu wahana penjelajah dan astronot untuk menggapai tempat yang sulit dijangkau dan berbahaya. (REUTERS/AFP/AP)

Oleh LUKI AULIA

Editor: MUHAMMAD SAMSUL HADI

Sumber: Kompas, 20 April 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB