Guru Songsong Penalaran Tingkat Tinggi

- Editor

Senin, 14 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelatihan guru untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan berkreasi merupakan keniscayaan. Guru yang mumpuni akan menghasilkan siswa yang memiliki kecakapan untuk berkiprah di masyarakat.

Penalaran dalam pendidikan di sekolah masih belum sepenuhnya diterapkan. Pada Ujian Nasional 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyisipkan 10 persen soal-soal berpikir tingkat tinggi. Walhasil, guru dan siswa mengeluh karena soal dinilai terlalu sulit.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Hamid Muhammad mengatakan bahwa pelatihan guru terkait soal-soal berpikir tingkat tinggi sudah berjalan. (Kompas 9/5/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Organisasi-organisasi guru juga bergerak menyelenggarakan pelatihan sendiri. Salah satunya adalah Ikatan Guru Indonesia (IGI). “Pelatihan akan dilakukan pada bulan Juli,” kata Ketua Umum IGI M Ramli Rahim ketika dihubungi di Makassar, Minggu (13/5/2018).

Saat ini, IGI dalam proses mengumpulkan guru-guru yang memiliki kemampuan melatih. Menurut Ramli, penting pelatihan diberikan oleh guru yang memahami dinamika di kelas. Hal ini berbeda dengan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah. Umumnya hanya berupa seminar dan paparan teknis. Narasumber pun biasanya adalah dosen yang tidak bersentuhan langsung dengan proses pendidikan di sekolah.

–Seorang guru mengajar di ruang kelas dengan mengaktifkan para murid.

Di samping itu, Ramli mengungkapkan guru yang mengikuti pelatihan dari pemerintah mayoritas itu-itu saja. Akibatnya, guru tersebut tidak sempat mempraktikkan ataupun menularkan ilmunya kepada guru lain karena sibuk mengikuti berbagai pelatihan. “Hendaknya pelatihan digilir agar guru-guru lain juga menikmati manfaatnya,” kata Ramli.

Mengenai metode pelatihan, Ramli menuturkan IGI masih mencari pola yang tepat. Target utamanya ialah mendobrak kebiasaan menghafal rumus dan kisi-kisi di sekolah. Metode menghafal merupakan warisan sistem pendidikan yang lama dan sudah tidak relevan dengan situasi sekarang. Kebutuhan zaman kini dan masa depan adalah orang-orang yang kreatif, berbudi pekerti, dan memiliki kemampuan nalar tinggi.
“Memaksa” membaca

Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Wilayah Jakarta Barat II Sumarna mengungkapkan, tantangan terberat dalam penerapan pendidikan bernalar tingkat tinggi adalah rendahnya minat membaca. “Kalau gurunya menanggap membaca adalah beban, siswa tidak mungkin bisa dididik supaya gemar membaca,” tuturnya.

Sumarna yang juga guru sejarah di SMAN 78 Jakarta Barat menjelaskan, setiap pertemuan MGMP Sejarah Jakbar II yang berlangsung dua kali dalam sebulan, selain membahas metode pembelajaran di kelas, juga diadakan klub membaca. Hal ini karena belum semua guru memiliki inisiatif mencari bahan bacaan sendiri.

“Di akhir setiap pertemuan anggota diberi judul buku ataupun makalah yang harus dibaca dan dibahas pada pertemuan berikutnya,” ujar Sumarna. Hal ini juga berguna untuk menambah koleksi bacaan bagi guru-guru.

Kepada siswa Sumarna juga menerapkan hal serupa. Mayoritas siswa ketika SMP belajar sejarah dengan menghafal tanggal, kejadian, dan nama tokoh. Tidak pernah membahas alasan terjadinya suatu peristiwa, apalagi mengutarakan pendapat terkait peristiwa tersebut.

Sejak kelas X, Sumarna “memaksa” siswa untuk membaca dan menulis kesimpulan bacaan. Secara bertahap, mereka diminta melakukan analisa dan menguraikan pendapat di dalam tulisan berupa makalah. (DNE)–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 14 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB