Waspadai Ancaman Gempa Besar dan Tsunami
Gempa berkekuatan M 5,7 terjadi di Samudra Hindia, di selatan Jawa Barat, Senin (12/6) pukul 06.15. Guncangan gempa dirasakan hingga Jakarta. Gempa tidak memicu tsunami dan kerusakan, tetapi hal itu jadi penanda penting aktifnya zona subduksi selatan Jawa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya merekam gempa M 6,3. Pusat gempa bumi terletak di koordinat 8,36 Lintang Selatan-106,18 Bujur Timur, tepatnya di laut, berjarak 179 kilometer arah barat daya Sukabumi, Jawa Barat, pada kedalaman 10 km.
Personel Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi, Nurzaman, mengatakan, gempa dirasakan kuat selama 6 detik. Akibatnya, sejumlah warga berhamburan ke luar rumah. “Tak sampai 10 menit, warga kembali ke rumah karena tak ada gempa susulan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gempa juga dirasakan di Kota Bandung, Jabar. “Pintu dan jendela rumah bergetar, tetapi tak kuat. Saya keluar rumah, tetangga juga merasakan getarannya,” kata Tukidi (48), warga Bandung Wetan, Kota Bandung.
Dampak gempa
“Hasil pemutakhiran analisis BMKG menunjukkan, gempa itu berkekuatan M 5,7 dengan kedalaman 43 km,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, di Jakarta.
Dampak gempa yang dipetakan dari pemodelan dan laporan warga menunjukkan, Bogor, Sukabumi, Pangalengan, Palabuhanratu, dan Lebak mengalami guncangan skala intensitas II Skala Informasi Gempa BMKG atau III Modified Mercalli Intensity (MMI). Artinya, gempa tak merusak. Di Jakarta, Depok, dan Bekasi ada guncangan intensitas I SIG-BMKG atau II MMI.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, kemungkinan gempa itu tak merusak. “Umumnya bangunan rusak jika kena gempa di atas VI MMI. BPBD memantau di lapangan untuk memastikan dampaknya,” ujarnya.
Luasnya daerah yang merasakan gempa, menurut Daryono, disebabkan sumber gempa dalam. Untuk Jakarta, tanah berupa endapan aluvial yang mengamplifikasi guncangan gempa.
Penyebab gempa itu ialah aktivitas patahan di dasar laut dekat zona subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia. Itu sesuai hasil mekanisme sumber yang menunjukkan gempa memicu patahan didominasi pergerakan mendatar. “Meski gempa kecil, ini peringatan penting bahwa zona subduksi di selatan Jawa aktif,” ucap Daryono.
Sebesar gempa Aceh
Peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung, Rahma Hanifa, memaparkan, berdasarkan kajian terbaru, segmen gempa di selatan Jabar itu berpotensi memicu gempa hingga M 8,7.
“Kalau runtuhnya bersamaan, segmen-segmen di selatan Jawa memicu gempa sampai M 9,2. Kekuatan gempa itu setara yang terjadi di Aceh tahun 2014,” kata Rahma, anggota Kelompok Kerja Geodesi Tim Revisi Peta Gempa Pusat Gempa Bumi Nasional.
Zona subduksi di selatan Jawa itu terbentuk dari tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia dengan kecepatan pergerakan 66 mm per tahun atau 8 mm lebih tinggi dibandingkan pergerakan di zona subduksi barat Sumatera. Meski pergerakannya tinggi, rekaman kegempaan di zona subduksi selatan Jawa lebih rendah dibandingkan dengan Sumatera.
Gempa besar berakibat tsunami pernah terjadi di Jawa, seperti gempa M 7,8 di Pangandaran (2006). Menurut riset Abercormbie (2000), tenangnya zona kegempaan di selatan Jawa mengindikasikan ada bidang kuncian (locked patches) terisolasi di batas lempeng, yang jika lepas bisa memicu gempa besar. (AIK/TAM)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juni 2017, di halaman 14 dengan judul “Gempa Tandai Aktifnya Subduksi Selatan Jawa”.