Digital-Cetak Melengkapi

- Editor

Selasa, 2 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Buku Konvensional Tetap Digunakan untuk Pendalaman Materi
Mengadaptasi perkembangan teknologi digital yang berdampak pada perilaku membaca siswa, sejumlah sekolah membebaskan siswa untuk menggunakan media digital sebagai sumber belajar dalam mengerjakan tugas. Cara ini pun relevan dengan kurikulum.


Namun, demi kemandirian mencari data dan informasi, siswa tetap diharuskan memperkaya materi yang terdapat di buku pelajaran tercetak.

Cara kreatif tersebut terpantau di sejumlah sekolah di Jakarta dan sekitarnya, Senin (1/2). Di SMA Negeri 21 Jakarta Timur, misalnya, siswa menggunakan portal berita daring untuk mengikuti perkembangan isu-isu nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Alasannya, selain mendapatkan informasi berupa teks, beberapa portal berita juga menyajikan video dan ruang diskusi antar-pembaca.

“Dari media digital saya bisa dapat gambaran visual bergerak. Lalu, melalui diskusi pertukaran informasi makin interaktif. Kedua hal itu tidak saya dapat dari media cetak,” kata Prita Sekar, siswi kelas XII SMA tersebut.

Model pembelajaran serupa ditemukan di SMAN 2 Bekasi. Budiarso, salah seorang guru di sekolah tersebut, menyatakan, cara ini menangkal kecenderungan siswa belajar secara instan, tanpa terbiasa berpikir terstruktur dan sistematis. Contohnya, saat siswa ditugasi mencari referensi untuk tugas sekolah melalui media daring.

“Kebanyakan mereka hanya meng-copy dan paste tanpa kembali membaca tugas yang mereka kerjakan,” kata Budiarso.

Hal tersebut diakui Safa Salsabilah, siswi kelas X-Bahasa. Ia tidak mampu menceritakan kembali tugas penulisan prosa lama mengenai Botol Ajaib. “Belum sempat dibaca, kemarin baru ngumpulin bahan,” kata Safa.

Tetap baca buku
Di sejumlah sekolah lain, siswa memperkaya pemahaman materi dengan mengombinasikan medium konvensional (analog) dengan medium digital. Perubahan perilaku di era digital disesuaikan dengan pola ajar di sekolah.

Di SMAN 29 Jakarta, siswi XII-IPS, Alifia (17), merasa nyaman membaca melalui gawai ketimbang buku cetak. Melalui gawai, ia mendapatkan berbagai informasi terkini dengan cepat dan mudah. Tampilan visual yang dinamis pada gawai menjadi daya tarik tersendiri untuk melahap muatan informasinya.

“Media digital lebih atraktif dan informatif sehingga menarik untuk dibaca, beda dengan buku fisik yang visualnya cenderung kurang menarik, membuat lebih cepat bosan,” kata Alifia.

Mengimbangi perilaku siswa, para guru akhirnya mengizinkan siswa untuk menggunakan gawai saat mengerjakan tugas sekolah.

Tsany (16), Ketua OSIS SMAN 87 Jakarta, mengatakan, pola pembelajaran seperti ini juga relevan dengan Kurikulum 2013 yang berbasis pemanfaatan teknologi.

Di SMAN 4 Tangerang Selatan, siswa hanya intens membaca buku cetak saat pelajaran Bahasa Indonesia. Aksanu (16), siswa XI-IPS, mengatakan, ia dan teman-temannya diminta membaca biografi, resensi, puisi, dan membuat kliping dari koran.

Berdasarkan pantauan, pelajaran Bahasa Indonesia adalah satu dari sekian pelajaran yang masih mempertahankan budaya membaca buku fisik.

“Sayangnya, pelajaran Bahasa Indonesia hanya dua kali sepekan. Itu pun 90-135 menit per pertemuan,” ujar Aksanu yang diiyakan Hanif, rekannya. (C05/C06)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Digital-Cetak Melengkapi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB