Deksametason Sembuhkan Pasien Kritis Covid-19

- Editor

Kamis, 18 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebuah penelitian di Inggris membuka harapan baru bagi penanganan pandemi Covid-19. Deksametason menjadi obat pertama yang telah melalui uji klinis skala besar dan terbukti mengurangi kematian akibat virus korona baru.

Selain vaksin, penggunaan obat-obatan juga menjadi harapan umat manusia untuk melawan Covid-19 yang hingga Rabu (17/6/2020) telah menewaskan 445.957 orang ini. Dalam uji coba skala besar di Inggris, sejenis steroid yang tersedia secara luas dan relatif murah bisa mengurangi tingkat kematian pasien kritis Covid-19 hingga sepertiga.

Obat itu, disebut deksametason, merupakan obat pertama yang telah melalui uji klinis skala besar dan terbukti mengurangi kematian akibat virus korona baru ini. ”Ini adalah hasil yang mengejutkan dan akan berdampak besar,” kata Kenneth Baillie, dokter perawatan intensif di University of Edinburgh, Inggris, yang menjadi komite pengarah dalam dewan penguji obat RECOVERY.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para peneliti yang tergabung dalam RECOVERY ini mengumumkan temuan mereka dalam siaran pers pada Selasa (16/6/2020). Disebutkan, uji coba RECOVERY yang diluncurkan pada bulan Maret merupakan salah satu uji coba terkontrol acak terbesar di dunia untuk perawatan virus korona.

Studi ini melibatkan 2.100 pasien Covid-19 yang menerima deksametason dengan dosis sekitar 6 miligram per hari selama 10 hari. Responsnya kemudian dibandingkan dengan sekitar 4.300 pasien yang menerima perawatan standar untuk infeksi Covid-19.

Efek deksametason paling mencolok terlihat pada pasien sakit kritis dengan ventilator. Mereka yang menerima terapi oksigen, tetapi tidak menggunakan ventilator juga mengalami peningkatan dengan risiko kematian berkurang 20 persen. Namun, steroid tidak berpengaruh pada orang dengan kasus Covid-19 ringan atau mereka yang tidak menerima oksigen atau ventilator.

Dalam uji coba yang dipimpin oleh tim dari Universitas Oxford ini ditemukan, untuk pasien yang menggunakan ventilator, deksametason mengurangi risiko kematian dari 40 persen menjadi 28 persen. Untuk pasien yang membutuhkan oksigen, tetapi tanpa ventilator, obat ini bisa mengurangi risiko kematian dari 25 persen menjadi 20 persen.

Kepala tim penelitian spesialis penyakit menular di Universitas Oxford Peter Horby mengatakan, ”Ini adalah satu-satunya obat sejauh ini yang telah terbukti mengurangi angka kematian secara signifikan. Ini adalah terobosan besar.”

Peneliti utama, Martin Landray, mengatakan, pengobatan dengan deksametason ini membutuhkan waktu rata-rata hingga 10 hari dan biayanya per hari sekitar 5 pound sterling atau sekitar Rp 89.156 per pasien. ”Jadi, pada dasarnya biayanya 35 pound sterling untuk menyelamatkan hidup. ”Ini adalah obat yang tersedia secara global.”

Meski demikian, Landray mengingatkan, masyarakat tidak boleh membeli obat ini untuk disimpan. Deksametason tidak membantu orang dengan gejala Covid-19 yang lebih ringan yang tidak membutuhkan bantuan pernapasan.

Tak lama setelah hasilnya dirilis, Pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka segera mengizinkan penggunaan deksametason untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang membutuhkan oksigen, termasuk yang menggunakan ventilator.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, seperti diwartakan BBC mengatakan, ”Kami telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan memiliki cukup persediaan (deksametason), termasuk jika terjadi puncak kedua.”

AFP/WANG ZHAO—Gambar yang diambil pada 14 Mei 2020 ini menunjukkan seorang peneliti di Pusat Inovasi Lanjutan Beijing Genomics Universitas Beijing melakukan tes di laboratorium mereka di Beijing. Laboratorium Cina mengatakan telah mengembangkan obat yang diyakini memiliki kekuatan untuk menghentikan pandemi Covid-19, menghentikan waktu pemulihan bagi mereka yang terinfeksi, dan bahkan menawarkan kekebalan jangka pendek dari virus.

Harapan kesembuhan
Peter Horby mengatakan, penggunaan steroid untuk mengobati infeksi pernapasan virus seperti Covid-19 telah menjadi kontroversial. Pedoman pengobatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan banyak negara telah memperingatkan tentang bahaya mengobati orang yang terinfeksi virus korona dengan steroid. Beberapa peneliti khawatir tentang bahaya pengobatan steroid yang meluas.

Namun, mengingat ketersediaan luas deksametason dan beberapa hasil yang menjanjikan dari penelitian steroid dalam wabah SARS dan MERS, Horby mengatakan, peneliti RECOVERY merasa penting untuk menguji pengobatan dalam uji klinis yang ketat.

Penelitian oleh RECOVERY ini menunjukkan bahwa pada dosis yang diuji, manfaat pengobatan steroid mungkin lebih besar daripada potensi bahaya. Dengan dosis yang terukur, studi ini tidak menemukan efek samping yang luar biasa dari pengobatan. ”Perawatan ini dapat diberikan kepada hampir semua orang,” kata Horby.

Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci, seperti dikutip Nature mengatakan, ”Ketika Anda sudah sangat parah sehingga menggunakan ventilator, biasanya Anda memiliki respons inflamasi yang menyimpang atau hiperaktif yang berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas seperti halnya efek virus langsung.” (BBC/Nature)

Oleh AHMAD ARIF

Editor ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 17 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB