Dana Riset Perlu Diperbesar

- Editor

Senin, 20 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian Menjadi Tumpuan Utama Industrialisasi
Proporsi anggaran riset Indonesia saat ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, seperti India, Tiongkok, dan negara-negara maju. Dana riset dalam negeri hanya 0,1-0,3 persen dari produk domestik bruto. Anggaran itu diharapkan dapat diperbesar menjadi 1-3 persen produk domestik bruto.

”Dana riset sangat rendah proporsinya dibandingkan dengan PDB (produk domestik bruto) kita,” ujar Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto dalam Simposium Nasional Forum Rektor Indonesia (FRI) bertema ”Mempertegas Komitmen dan Kepentingan Nasional Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (18/10).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, besaran PDB Indonesia tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9.084 triliun. Artinya anggaran riset hanya Rp 9,084 triliun-Rp 27,252 triliun. Sebagai perbandingan, subsidi bahan bakar minyak pada 2013 mencapai Rp 210 triliun. Herry mengusulkan anggaran riset ditambah menjadi Rp 90,84 triliun-Rp 272,52 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua FRI Ravik Karsidi mengatakan, kerja sama perguruan tinggi dengan industri dan dunia usaha adalah keniscayaan. Penguatan industri dalam negeri harus dilakukan agar Indonesia lepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah. ”Riset harus merupakan tumpuan utama industrialisasi, tanpa melupakan riset-riset murni ilmu pengetahuan,” tutur Ravik, yang juga Rektor UNS.

Untuk itulah, kata dia, penting membangun kekuatan riset yang menggabungkan universitas, industri, dan pemerintah. Terkait hal itu, Ravik mengatakan, FRI telah mengusulkan pendirian Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek kepada Joko Widodo-Jusuf Kalla. Menurut Ravik, Indonesia pernah memiliki Kementerian Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.

Berdasarkan catatan Kompas, hal itu terwujud pada Kabinet Kerja III (6 maret 1962-13 November 1963) yang dijabat Thojib Hadiwidjaja. Thojib menjabat kementerian serupa pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963-27 Agustus 1964). Kementerian Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan juga dibentuk oleh Presiden Soekarno dalam Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964-22 Februari 1966) yang dijabat Syarif Thayeb. Dalam Kabinet Dwikora II (24 Februari-28 Maret 1966), Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dijabat J Leimena.

Namun, usul pemisahan pendidikan tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini pernah dikritik mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef.

Daoed menilai, pendidikan tinggi jangan dipisah dari pendidikan dasar dan menengah karena pendidikan bersifat menyeluruh, mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan program doktor (strata tiga). ”Kalau dipisah, nanti bisa saling menyalahkan. Dikti (pengelola pendidikan tinggi) menyalahkan dikdas dan dikmen (pengelola pendidikan dasar dan menengah) karena menghasilkan sumber daya manusia berkemampuan rendah. Dikdas dan dikmen bisa berdalih, bukan tugas mereka mempersiapkan siswa menuju pendidikan tinggi,” papar Daoed (Kompas, 19/9/2014). (RWN)

Sumber: Kompas, 20 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB