Riset Terabaikan; Kemandirian Teknologi Jauh dari Harapan

- Editor

Rabu, 25 Juni 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kecilnya anggaran, regulasi yang tak mendukung, dan kesenjangan antara dunia riset dan industri masih jadi persoalan mendasar pengembangan riset dan inovasi di Indonesia. Meski pemerintah berganti, masalah itu tak pernah tuntas. Akibatnya, kemandirian teknologi sekadar ilusi.

”Dari tahun ke tahun, rasio anggaran riset Indonesia pada produk domestik bruto nyaris tak beranjak dari 0,08 persen,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lukman Hakim, Minggu (22/6), di Jakarta.

Peningkatan pendapatan dan belanja negara tiap tahun tak turut mengerek anggaran riset. Namun saat APBN 2014 dipangkas, anggaran riset ikut terpotong. Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menginisiasi kenaikan anggaran riset hingga 1 persen dari PDB pun belum terealisasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Pengembangan riset dan inovasi belum jadi prioritas pemerintah,” kata Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Institut Teknologi Bandung Wawan Gunawan A Kadir.

Hal itu mengakibatkan kemandirian teknologi yang memengaruhi ketahanan nasional jauh dari harapan. Sebagai contoh, hampir semua gawai buatan mancanegara, semua mobil yang lalu lalang buatan negara lain.

Terabaikannya riset dan lemahnya aplikasi hasil riset membuat Indonesia tak mampu memenuhi segala kebutuhan hidup. Aneka bahan pangan, tekstil, obat-obatan, hingga jepit rambut harus diimpor. Dengan 252 juta penduduk, Indonesia adalah pasar besar produk negara lain.
Tak menarik

Rendahnya anggaran riset berdampak rendahnya minat orang menekuni sains dan teknologi serta jadi periset atau perekayasa. Menurut Wawan, hanya 9-10 persen lulusan perguruan tinggi Indonesia per tahun berlatar belakang sains dan teknologi. Idealnya, negara punya 30 persen sarjana sains dan teknologi.

Di antara lulusan bidang sains dan teknologi itu, hanya sedikit yang bekerja di bidang riset. Sebagian memilih jadi peneliti di negara lain yang punya infrastruktur riset dan memberi penghargaan lebih baik.

Menurut Bank Dunia, dibandingkan negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi (BRICS) dan negara di kawasan ASEAN, jumlah peneliti Indonesia paling kecil. Hal itu membuat daya saing Indonesia rendah. ”Pemerintah ke depan harus menumbuhkan iklim kondusif bagi dunia riset dan inovasi,” kata Wawan.

Buah investasi riset pemerintah baru akan dirasakan pada dekade mendatang, tak bisa dinikmati dalam 5 tahun seperti umur pemerintah. Satu periode pemerintah abai, akan berdampak besar bagi bangsa. (MZW)

Sumber: Kompas, 23 Juni 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB