Kuliah di luar negeri menjadi pilihan utama bagi sebagian kalangan siswa SMA untuk melanjutkan pendidikan. Meski dihadapkan pada biaya kuliah dan hidup yang besar, mereka merasa tertantang untuk bisa mendapatkan sesuatu yang baru dengan studi di luar negeri.
Empat remaja keluar bersama-sama dari Ballroom 3 di Hotel Le Meridien, Jakarta, Sabtu (13/1). Sambil berjalan santai, mereka masih antusias membincangkan hasil setelah melihat-lihat bahan informasi seputar 25 kampus dalam Alfalink International Education Expo 2018.
”Tadinya saya mau cari informasi tentang kampus-kampus di Inggris. Namun, setelah dari sini, ternyata untuk applynya lebih mudah ke kampus di Australia daripada ke Inggris,” ujar Angga Prasetya, salah satu remaja tersebut, Sabtu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Siswa kelas III IPS SMA Highscope Indonesia itu mengaku, sejak kelas I, dirinya sudah berencana ingin kuliah di University of London dengan jurusan Hubungan Internasional. Ia ingin mendapatkan pengalaman berbeda yang tak bisa didapatkannya dengan berkuliah di dalam negeri.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN–Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Nusalaut di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, berjalan kaki di bawah gerimis, Kamis (6/4/2017). Sama seperti pelajar SAM lain, mereka pun tentu ingin kuliah di luar negeri.
”Dari kecil, kan, saya sudah sekolah di dalam negeri. Jadi, PTN belum jadi prioritas. Sekarang mau cari suasana baru di luar negeri,” ujar Angga seraya menegaskan keinginannya mencari pengalaman yang lebih mengglobal. ”Biar tidak cuma jago kandang,” katanya.
Dari empat remaja itu, ternyata salah satu di antaranya masih duduk di kelas II SMA, yakni Raka Putra. Siswa jurusan IPS ini mengatakan, tujuan dirinya datang ke pameran adalah menambah wawasan. ”Mumpung masih ada waktu setahun untuk persiapan dan belajar lebih fokus di jurusan yang diincar. Biar tidak kaget ke depannya,” ujar Raka, yang ingin mengambil jurusan Bisnis Manajemen di University of Melbourne, Australia.
Pameran pendidikan itu ternyata juga banyak dihadiri orangtua yang anaknya duduk di tahap akhir SMA. Mereka ingin mendapatkan informasi yang rinci terkait kampus di luar negeri yang akan dibidik anaknya nanti.
Salah satu orangtua, Erna Tedja (41), mengatakan, perlu ada perencanaan yang matang jika ingin menguliahkan anaknya ke luar negeri, baik dari biaya hidup maupun akademik. ”Kuliah di luar negeri dan dalam negeri itu tantangannya berbeda. Perencanaan untuk kuliah di luar negeri tentu harus lebih detail biar anak sekolahnya juga baik di sana,” ujar Erna.
Erna mengatakan, anaknya akan dikuliahkan di University of Melbourne. Pemilihan kampus di Australia karena ada saudara yang tinggal di sana dan dekat dari Indonesia. ”Kalau ada apa-apa, paling tidak ada keluarga dekat yang handle dulu sebelum saya terbang ke sana,” katanya.
Manajer Operasional Alfalink Ria Agustina mengatakan, lokasi Australia yang bertetangga dengan Indonesia membuat kampus di ”Negara Kangguru” itu paling diminati para siswa. Apalagi, iklim belajar di Australia memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bekerja paruh waktu.
”Jadi, selain dapat ijazah atau pengetahuan dari bidang akademik, mereka juga mendapat wawasan kerja dan uang jajan tambahan,” katanya.
Keterangan yang dihimpun dari pameran menunjukkan, biaya kuliah S-1 di Melbourne mencapai 35.000-45.000 dollar Australia per tahun.
Adapun Direktur Pemasaran dan Perekrutan Siswa International Edmonds Community College Vonny Agustine mengatakan, lembaganya yang terletak di Seattle, Washington, Amerika Serikat, tak hanya menuntut biaya yang cukup besar, tetapi juga kesiapan mental. Calon mahasiswa harus memiliki kemampuan akademik dan kemandirian karena harus tinggal jauh dari orangtua. ”Kesiapan mental dan akademik sangat penting karena mereka akan berada di lingkungan yang jauh berbeda dari Indonesia,” katanya.
Biaya kuliah di Seattle, misalnya, mencapai 25.000- 26.000 dollar AS per tahun. (DD18)
Sumber: Kompas, 15 Januari 2018