Calon Bandara Yogya Rawan Tsunami

- Editor

Selasa, 10 Juni 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proyek-proyek Swasta Lebih Minim Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana belum menjadi dasar pembangunan. Proyek-proyek vital dan berskala besar justru dibangun di zona rentan, misalnya rencana pembangunan bandara internasional di Kulon Progo, DI Yogyakarta, di lokasi yang berpotensi dilanda tsunami hingga 9 meter.

Rahman Hidayat, Kepala Balai Pengkajian Dinamika Pantai-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT), di Yogyakarta, Senin (9/6), mengatakan, belajar dari tsunami Jepang tahun 2011, landaan tsunami bisa merusak, bahkan melumpuhkan bandara di kota Sendai. ”Karena itu, pembangunan obyek vital, seperti bandara baru Yogyakarta, sejak awal seharusnya memperhitungkan risiko tsunami,” kata dia.

Peneliti tsunami dari BPDP-BPPT, Widjo Kongko, mengatakan, berdasarkan kajian, rencana lokasi bandara baru Yogyakarta di Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kulon Progo, berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian hingga 9 meter. Kajian itu memang belum spesifik di lokasi tapak bandara baru itu, tetapi dilakukan terkait rencana pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara) di pantai Yogyakarta yang membentang sepanjang 115 kilometer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Kajian kami, mulai dari sisi timur Sungai Bogowonto di perbatasan Kulon Progo dengan Kabupaten Purworejo hingga Pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul termasuk daerah rentan gempa dan tsunami,” kata Widjo. Potensi gempa yang bersumber di zona tumbukan lempeng di selatan Jawa itu bisa mencapai Mw 8,5. Dengan kekuatan itu, tsunami yang dibangkitkan bisa setinggi 9 meter di pantai dan menjalar ke daratan hingga sekitar 500 meter.

”Pengalaman di Aceh menunjukkan, tsunami bisa menghancurkan jalan lintas di pesisir barat sehingga melumpuhkan transportasi dan pengiriman logistik saat bencana. Karena itu, selain bandara baru, rencana proyek jalan lintas selatan Jawa juga seharusnya memperhitungkan faktor tsunami,” ungkap dia.

Menurut Rahman, instansinya sebenarnya sudah membuat peta bahaya tsunami di pantai selatan Yogyakarta dan diterbitkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bantul, kemudian diserahkan kepada pemerintah provinsi. ”Namun, peta bahaya ini sepertinya belum jadi dasar tata ruang daerah,” ujar dia.

Menurut dia, kalaupun sejumlah infrastruktur vital itu tetap dibangun pada zona rentan tsunami, harus ada rekayasa untuk mengurangi dampaknya. ”Paling mudah memang proyek dibangun di lokasi aman, tetapi kalaupun ngotot di sana, bisa dengan meninggikan tapaknya (elevated infrastructures). Rekayasa tentu dengan kajian khusus dan mendalam, sayangnya sampai sekarang tidak dilakukan karena persoalan risiko bencana ini tak jadi pertimbangan,” kata dia.

Abaikan risiko
bandaraImplementasi peta rawan bencana ke dalam tata ruang, menurut Rahman, hingga saat ini masih bermasalah. Kondisi itu menyebabkan banyak proyek fisik yang dibangun justru berada pada zona bahaya.

”Padahal, Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, khususnya Pasal 31, sudah menyebutkan tentang kewajiban perlindungan terhadap tsunami,” kata dia.

Widjo mengatakan, untuk proyek-proyek infrastruktur yang telah telanjur dibangun pada masa lalu, kebanyakan proyek memang berada di zona bahaya. Namun, beberapa proyek baru ternyata juga berada pada zona tsunami, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap, Jawa Tengah.

”PLTU Cilacap ini dibangun di kanan-kiri Sungai Serayu. Padahal, dari kajian kami, area ini bisa dilanda tsunami hingga 12 meter. Saya sudah pernah beberapa kali diskusi dengan pemda Cilacap dan mengundang pihak PLTU, tetapi tetap saja soal risiko bencana ini tidak diperhitungkan,” ucap dia.

Beberapa contoh lain proyek yang berada pada zona rentan gempa dan tsunami adalah pembangunan tempat wisata dan pelabuhan di Pacitan, Jawa Timur, serta proyek tol laut Bali yang belum lama ini beroperasi.

”Sampai saat ini belum ada proyek pemerintah yang memasukkan variabel pengurangan risiko bencana tsunami. Kalau proyek swasta justru sudah, misalnya perusahaan minyak dan smelter. Swasta lebih peduli karena investasi jangka panjang, lalu ada kepentingan asuransi yang mensyaratkan proyek itu sudah memperhitungkan risiko tsunami,” ujar Widjo. (AIK)

Sumber: Kompas, 10 Juni 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB