bioetanol; Pemanfaatan Belum Konsisten

- Editor

Jumat, 5 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelaku usaha bioetanol berharap pemerintah konsisten mewajibkan pemanfaatan bioetanol sebagai campuran bahan bakar kendaraan. Selama tak konsisten menerapkan kebijakan itu, penggunaan bioetanol tak maksimal.

”Potensi bioetanol Indonesia amat besar dan jika dimanfaatkan bisa mengurangi beban impor minyak,” kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara Subiyono di Surabaya, Kamis (4/12). PTPN X memiliki pabrik bioetanol dan produknya diekspor ke Filipina 4.000 kiloliter (kl) serta ke Singapura 12.000 kl.

Meski diminati pasar ekspor, produk dari ampas tebu itu minim peminat di pasar domestik. Pertamina yang diharapkan jadi pelopor pencampuran bahan bakar minyak dengan bioetanol hanya membeli sedikit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di luar negeri, pewajiban pemanfaatan bioetanol dalam bahan bakar cukup besar demi mengurangi ketergantungan pada minyak. Di Brasil, pencampuran bioetanol dalam BBM 85 persen (E-85). Thailand mengarah dari pewajiban pencampuran bioetanol 10 persen jadi 20 persen.

Di Indonesia, kebijakan pencampuran bioetanol belum berjalan. Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 20 Tahun 2014, BBM bersubsidi wajib dicampur bioetanol minimal 1 persen mulai Januari 2015. Jika konsumsi premium 2014 sekitar 32 juta kl, butuh 320.000 kl bioetanol.

Secara terpisah, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyatakan, kapasitas produksi bioetanol dari tetes tebu atau singkong 186.000 kl per tahun, tetapi belum dimanfaatkan di dalam negeri karena harga belum sesuai. Kini, harga indeks pasar baru bioetanol mengacu harga publikasi Argus ditambah 14 persen. Penerapan kewajiban pencampuran bioetanol 1 persen dalam bensin bersubsidi dan 2 persen untuk bensin nonsubsidi mulai April 2015. (ETA/EVY)

Sumber: Kompas, 5 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Riset Baterai di Indonesia Terus Berkembang
Memacu Jumlah Mobil Listrik di DKI Jakarta, dan Langkah Jokowi Jawab Mahalnya Kendaraan Listrik
Fusi Nuklir Mengguncang Dunia
Sistem Injeksi-Uap Pola Tujuh Titik ditetapkan di Lapangan Duri
PLTM Menunjang Pembangunan Pedesaan
Saatnya Mengandalkan Sang Surya
Peran dan Kontribusi Akademisi Lokal Perlu Ditingkatkan
Pembangunan Ramah Lingkungan Belum Tampak Berjalan
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 28 Desember 2022 - 16:45 WIB

Riset Baterai di Indonesia Terus Berkembang

Selasa, 28 Juni 2022 - 14:20 WIB

Memacu Jumlah Mobil Listrik di DKI Jakarta, dan Langkah Jokowi Jawab Mahalnya Kendaraan Listrik

Kamis, 3 Maret 2022 - 07:54 WIB

Fusi Nuklir Mengguncang Dunia

Selasa, 5 Oktober 2021 - 19:49 WIB

Sistem Injeksi-Uap Pola Tujuh Titik ditetapkan di Lapangan Duri

Sabtu, 4 September 2021 - 23:11 WIB

PLTM Menunjang Pembangunan Pedesaan

Kamis, 5 Agustus 2021 - 21:58 WIB

Saatnya Mengandalkan Sang Surya

Senin, 28 September 2020 - 14:25 WIB

Peran dan Kontribusi Akademisi Lokal Perlu Ditingkatkan

Kamis, 17 September 2020 - 14:29 WIB

Pembangunan Ramah Lingkungan Belum Tampak Berjalan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB