Kemudahan Akses Jadi Faktor Pendorong
Kemudahan berbelanja melalui perangkat gawai menggeser pola masyarakat dalam bertransaksi. Belanja produk dalam jaringan cenderung jadi gaya hidup, bukan sekadar memenuhi kebutuhan. Fenomena ini dimanfaatkan industri berinvestasi dalam teknologi digital.
Sejumlah pembelanja dalam jaringan (daring) kepada Kompas mengungkapkan kemudahan belanja dengan perangkat gawai.
Anissa, pekerja media di Jakarta, mengatakan, biasa berbelanja daring dua kali dalam sebulan. Ia kerap membeli perlengkapan berdandan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya beli bukan karena membutuhkan, melainkan lebih karena suka,” kata Anissa, di Jakarta, Minggu (31/1).
Indra Khaeruddin, karyawan swasta, di Jakarta, mengungkapkan, berbelanja daring mudah. Saat ini, tampilan produk yang dijual mulai memperlihatkan detail spesifikasi. Cara pembayaran belanja pun mudah.
“Kalau belanja dengan datang ke toko, saya malas,” katanya.
Herry Budiman, Co-Founder Gorry Gourmet, penyedia katering dan laman pemasaran produk makanan dan minuman daring, mengatakan, jumlah pelanggan meningkat lima kali lipat sejak berdiri pada 2014. Saat ini pelanggan Gorry Gourment 30.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap hari perusahaan ini mengirimkan 2.000 paket katering.
Chief Executive Officer OLX Indonesia Daniel Tumiwa berpendapat, generasi konsumen saat ini berbeda dengan terdahulu. Saat ini konsumen menyukai cara berbelanja melalui gawai, seperti ponsel pintar. Kemudahan akses ini kerap memungkinkan konsumen membeli barang di laman karena ketertarikan, bukan kebutuhan.
Brand Manager Bukalapak.com Oci Ambrosia mengatakan, ada pergeseran produk yang paling diminati pengunjung. Pada 2014-2015, batu akik adalah barang yang paling dicari. Saat ini pengunjung suka berbelanja gawai berikut aksesorinya.
Laman Techcrunchpada pertengahan 2015 menuliskan laporan pergerakan dari Ericsson. Salah satunya tentang perkiraan jumlah pengguna ponsel pintar yang secara global akan mencapai 6,1 miliar orang atau 70 persen dari populasi penduduk dunia pada 2020. Kala tulisan itu diturunkan, jumlah pengguna baru 2,6 miliar orang.
Jadi pelengkap
Dosen Universitas Indonesia, Gumilar Rusliwa Somantri, berpendapat, perkembangan produk teknologi informasi komunikasi (TIK) yang pesat mendorong pola hidup yang serba praktis seperti berbelanja daring. Peminat belanja dengan cara ini umumnya anak muda yang lebih akrab dengan perangkat gawai.
Gumilar lantas mencontohkan fitur-fitur aplikasi belanja yang banyak digunakan anak muda, seperti Go-Food milik Go-Jek.
Meski demikian, tambah Gumilar, saat ini laman dan aplikasi berbelanja daring masih bersifat pelengkap toko atau mal fisik. Ada beberapa karakteristik berbelanja secara konvensional yang berbeda dengan daring.
Investasi
Pemimpin perusahaan e-dagang menangkap fenomena ini sebagai peluang meningkatkan bisnis. Chief Executive Officer Elevenia James Lee, dalam keterangan pers, menyebutkan, pada 2015, nilai transaksi Rp 1,3 triliun. Hal ini membuat investor Elevenia menambah investasi 50 juta dollar AS sehingga total nilai investasi 110 juta dollar AS.
Menurut James, investasi akan dialokasikan untuk aktivitas pemasaran, pengembangan platform, sumber daya manusia, pelayanan, dan produk.
Dua pekan lalu, Matahari Department Store (MDS) meningkatkan kepemilikan di MatahariMall.com hingga 10 persen. Langkah ini untuk memperluas jangkauan MDS dalam e-dagang.(MED)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Februari 2016, di halaman 19 dengan judul “Belanja Daring Jadi Gaya Hidup”.