Baku Mutu Air Terpantau Meningkat

- Editor

Senin, 21 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemantauan kualitas air sungai di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan persentase kualitas air yang memenuhi baku mutu. Sementara itu, kondisi sungai yang tercemar berat menunjukkan tren menurun. Jika tren ini dipertahankan, perbaikan kualitas air sungai yang lebih mendukung kehidupan makhluk hidup di dalamnya bisa tercapai.

Hasil pemantauan kualitas air sungai utama di 33 provinsi pada 923 titik pantau tahun 2015 menunjukkan, 2,3 persen memenuhi baku mutu air kualitas II (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001). Hal itu melonjak daripada tahun sebelumnya yang hanya 0,78 persen. “Sedikit di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019),” kata MR Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jumat (18/3), di Jakarta.

Menurut Karliansyah, perbaikan itu didukung berbagai program pengawasan lingkungan hidup pada industri hingga penyediaan sanitasi bagi warga. Itu penting karena lebih dari 60 persen sumber pencemar sungai berasal dari limbah domestik atau rumah tangga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perbaikan signifikan ada di Sungai Brantas, Jawa Timur, yang menjadi target perbaikan mutu air Pemprov Jatim. “Di Kali Brantas, survei Ecological Observation and Wetland Conservation menemukan penambahan jumlah spesies,” katanya.

Perbaikan lain ditunjukkan pada penurunan persentase titik pantau yang tercemar berat. Tahun 2015, pemantauan mendapati 67,94 persen titik pantau yang tercemar berat. Angka itu turun daripada tahun 2014 yang mencapai 79,49 persen.

Parameter utama tercemar berat itu pada temuan bakteri Escherichia coli pada badan sungai. Temuan bakteri penyebab berbagai penyakit pada manusia itu menunjukkan sungai masih menjadi kakus bagi masyarakat.

“Selain E coli, ada 32 parameter lain yang juga dipantau,” kata Karliansyah. Parameter itu di antaranya kandungan oksigen terlarut (COD) dan kebutuhan oksigen biologis (BOD).

Secara umum, indeks kualitas air sungai tahun 2015 sebesar 53,1, meningkat daripada tahun 2014 (52,19). RPJMN 2015-2019 memasang target KLHK menurunkan indeks hingga 15 pada 2019 daripada basis data 2014.

Sensor olahan limbah
Karliansyah mengatakan, pihaknya akan mewajibkan ratusan industri yang membuang air olahan instalasi air limbahnya ke sungai agar memasang sensor pada saluran pembuangan. Itu untuk memantau dan mengawasi secara waktu nyata kualitas air buangan menuju sungai.

“Harus dipasang di titik-titik penaatan. Ini sedang disiapkan peraturan menteri,” katanya. Pemasangan alat disiapkan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Alat disiapkan agar tak bisa dipindah-pindahkan. Kalibrasi alat juga dilakukan bersama KLHK. Semua informasi dari alat itu akan dihubungkan secara daring di KLHK.

Jepang dan Korea Selatan telah menerapkan cara seperti itu. “Saya pernah tanya berapa lama mereka mengevaluasi kualitas sungai, ternyata hanya tiga minggu. Sementara kami butuh waktu setahun,” ucapnya.

Direktur Pengendalian Pencemaran dan Air KLHK Sri Parwati Murwati Budi Susanti mengatakan, pemantauan daring sebelumnya dipasang pada dua titik di badan Sungai Ciliwung dan Citarum. KLHK akan memasang sistem serupa di empat sungai lain: Sungai Cisadane, Brantas, Bengawan Solo, dan Serayu.

“Nanti terlihat bagaimana kondisi sungai sehingga memberi informasi dalam pemberian izin,” ujarnya. (ICH)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul “Baku Mutu Air Terpantau Meningkat”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB