Babak Baru Mutasi, Dua Varian SARS-CoV-2 Bergabung

- Editor

Kamis, 21 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rekombinasi virus ditemukan dalam sampel virus di California. Virus hibrida itu merupakan hasil rekombinasi varian B.1.1.7 yang lebih menular dari Inggris dan varian B.1.429 yang berasal dari California.

Dua varian virus korona baru, SARS-CoV-2 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan California telah bergabung menjadi mutasi hibrida. Ini bisa menandakan fase baru pandemi Covid-19 karena lebih banyak varian hibrida bakal muncul dan membawa konsekuensi perubahan karakter virus menjadi lebih berbahaya.

Peristiwa penggabungan atau dikenal sebagai ”rekombinasi” virus ini ditemukan dalam sampel virus di California. Virus hibrida yang ditemukan merupakan hasil rekombinasi dari varian B.1.1.7 yang lebih menular dari Inggris dan varian B.1.429 yang berasal dari California dan diduga bertanggung jawab atas gelombang kasus Covid-19 di Los Angeles.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rekombinan tersebut ditemukan Bette Korber di Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico dan disampaikan pada pertemuan yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan New York pada 2 Februari. Menurut dia, ada bukti yang cukup jelas dalam basis data genom virus AS, dan ditulis di Newscientist pada edisi 17 Februari 2021.

Dalam presentasinya, Korber menyebutkan, ”Kami menemukan setidaknya satu rekombinan.” Dia juga menunjukkan representasi grafis dari genom virus yang menunjukkan dengan jelas bahwa itu adalah mosaik urutan dari dua garis keturunan yang berbeda, yang sulit untuk dijelaskan dengan cara lain selain rekombinasi.

Tidak seperti mutasi biasa, di mana perubahan terakumulasi satu per satu, rekombinasi dapat menyatukan banyak mutasi sekaligus. Sering kali, hal ini tidak memberikan keuntungan apa pun bagi virus, tetapi terkadang bermanfaat bagi virusnya, tetapi sebaliknya menjadikannya lebih berbahaya bagi manusia.

Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto, di Jakarta, Kamis (18/2/2021) mengatakan, temuan ini perlu dipublikasikan dulu di jurnal atau laporan ilmiah untuk dikaji ulang sejawat, seperti dilakukan para peneliti di Eropa. ”Namun, jika memang rekombinasi ini telah terjadi bisa berbahaya karena bisa menghasilkan virus baru. Bisa jadi bakal ada SARS-CoV-3,” katanyao.

Implikasi rekombinan ?
Saat ini para ilmuwan masih berdiskusi dan menyelidiki lebih jauh tentang rekombinasi varian SARS-CoV-2. Rekombinasi ini dapat menghasilkan varian baru lebih efisien ketimbang mutasi yang terjadi tanpa koinfeksi. Ilmuwan mengkhawatirkan keluarnya varian yang lebih adaptatif.

Rekombinasi sebenarnya lazim terjadi pada virus korona karena enzim yang mereplikasi genom mereka cenderung terlepas dari untai RNA yang disalin dan kemudian bergabung kembali di tempat yang ditinggalkannya. Secara teoritis, jika sel inang mengandung dua genom virus korona yang berbeda, enzim dapat berulang kali melompat dari satu ke yang lain, menggabungkan elemen yang berbeda dari setiap genom untuk membuat virus hibrida.

Kemunculan berbagai varian baru-baru ini dari virus korona baru mungkin telah menjadi bahan mentah untuk rekombinasi karena orang dapat terinfeksi dua varian berbeda sekaligus. ”Kita mungkin sampai pada titik ketika ini terjadi pada tingkat yang cukup besar,” kata Sergei Pond, ahli biologi molekuler dari Temple University di Pennsylvania, seperti ditulis Newscientist.

Implikasi dari penemuan ini belum jelas karena masih sangat sedikit yang diketahui tentang biologi rekombinan SARS-CoV-2 ini. Namun, ia membawa mutasi dari B.1.1.7, yang disebut ?69 / 70, yang membuat virus Inggris lebih mudah menular, dan yang lain dari B.1.429, yang disebut L452R, yang dapat memberikan resistansi terhadap antibodi.

Dalam pertemuan ilmiah di New York, Kober mengatakan, ”Peristiwa semacam ini dapat memungkinkan virus untuk menggabungkan virus yang lebih menular dengan virus yang lebih resisten.”

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 18 Februari 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB