Mutasi SARS-CoV-2 Semakin Bervariasi

- Editor

Selasa, 26 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyebaran SARS-CoV-2 yang berkelanjutan menciptakan peluang terjadi akumulasi mutasi. Hal itu membuat virus tersebut lebih menular, meningkatkan keparahan, dan bisa menyiasati vaksin.

Mutasi virus SARS-CoV-2 semakin bervariasi, di antaranya yang terbaru ditemukan mutasi ganda di India. Penyebaran SARS-CoV-2 yang berkelanjutan menciptakan peluang terjadi akumulasi mutasi yang selain lebih menular, meningkatkan keparahan, juga bisa menyiasati vaksin.

Peluang terjadinya akumulasi mutasi yang mengubah karakter virus, termasuk bisa lolos dari vaksin Covid-19 yang sudah ada, ini disampaikan Kevin D McCormick, ahli penyakit menular dari University of Pittsburgh School of Medicine, dan tim dalam publikasinya di jurnal Science pada Jumat (26/3/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Varian SARS-CoV-2 dengan mutasi pada protein S (spike) telah muncul di seluruh dunia, menimbulkan tantangan potensial untuk vaksinasi dan terapi berbasis antibodi. Penyebaran SARS-CoV-2 berkelanjutan menciptakan peluang untuk akumulasi mutasi konsekuensial tambahan pada protein S dan di seluruh genom virus,” tulis Kevin.

Protein S ini merupakan selubung luar virus SARS-CoV-2 berbentuk seperti paku, yang berfungsi untuk masuk ke sel manusia. Protein S ini juga yang selama ini menjadi target dari berbagai vaksin Covid-19 yang ada. Kebanyakan varian baru yang muncul saat ini mengalami mutasi di bagian ini.

Menurut Kevin, mutasi yang terus-menerus di bagian ini dikhawatirkan akan menjadi pemicu munculnya virus dengan perubahan signifikan pada protein S-nya sehingga bisa menyiasati antibodi yang terbentuk oleh vaksin.

”Bukti yang berkembang dengan munculnya mutasi yang lolos dari antibodi pada kasus infeksi SARS-CoV-2 yang berkepanjangan dan beberapa varian yang menyebar dengan cepat harus meningkatkan perhatian dan tindakan yang luas. Mengurangi penyebaran SARS-CoV-2 kemungkinan besar akan mencegah semakin banyaknya varian yang bisa menyiasati kekebalan,” tulis Kevin.

Mutasi ganda
Namun, mutasi-mutasi baru sepertinya makin sulit terbendung dengan jumlah kasus global masih tinggi, bahkan belakangan kembali meningkat. India pada Rabu (24/3/2021) menemukan varian dengan mutasi ganda E484Q dan L452R, seiring dengan lonjakan kembali kasus harian.

Seperti dilaporkan Reuters, India telah mendeteksi ”varian mutan ganda” dari 206 sampel di Negara Bagian Maharashtra yang paling parah terdampak wabah. Varian baru juga terdeteksi dalam sembilan sampel di New Delhi.

”Mutasi semacam itu kemungkinan bisa lolos dari antibodi. Mutasi ini telah ditemukan pada 15-20 persen sampel dan tidak cocok dengan varian yang telah dikatalogkan sebelumnya,” sebut Ministry of Health and Family Welfare India, dalam pernyataan tertulis.

Hal itu dikategorikan sebagai varian yang diawasi dan memerlukan respons epidemiologis serta kesehatan masyarakat yang sama melalui peningkatan tes, pelacakan kontak dekat yang komprehensif, isolasi segera kasus dan kontak positif serta pengobatan sesuai Protokol Perawatan Nasional.

Mutasi rekombinan atau gabungan sebelumnya juga dilaporkan Bette Korber di Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico dan disampaikan dalam pertemuan Akademi Ilmu Pengetahuan New York pada 2 Februari 2021. Korber menyebutkan, ”Kami menemukan setidaknya satu rekombinan.”

Meski demikian, implikasi dari temuan ini belum jelas karena masih sangat sedikitnya yang diketahui tentang biologi rekombinan SARS-CoV-2. Namun, rekombinan yang ditemukan di AS ini membawa mutasi varian B.1.1.7 yang disebut ?69 / 70 yang membuatnya lebih mudah menular serta mutasi B.1.429 yang disebut L452R, yang dapat memberikan resistensi terhadap antibodi.

Tidak seperti mutasi biasa yang mengakumulasi perubahan satu per satu, rekombinasi dapat menyatukan banyak mutasi sekaligus. Ini bisa saja tidak memberikan keuntungan tetapi terkadang memberikan manfaat bagi virus. Bagi manusia, ini berarti lebih berbahaya.

Rekombinasi sebenarnya lazim terjadi pada virus korona karena enzim yang mereplikasi genom mereka, cenderung terlepas dari untai RNA yang disalin, tetapi kemudian bergabung kembali di tempat yang ditinggalkannya. Secara teoretis, jika sel inang mengandung dua genom virus korona berbeda, enzim dapat berulang kali melompat dari satu ke yang lain dan menggabungkan elemen berbeda dari setiap genom dan menghasilkan virus hibrida.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 26 Maret 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB