Awan Tipis, Hujan Sulit Diturunkan di Riau

- Editor

Rabu, 24 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hari pertama operasi hujan buatan di Riau dengan teknologi modifikasi cuaca terkendala tipisnya ketebalan awan. Akibatnya, potensi hujan tetap kecil meskipun penyemaian garam dilakukan, Senin (22/6). Tim akan meneruskan operasi hingga sekitar September dengan harapan awan lebih bagus sehingga bisa berkontribusi menekan risiko kebakaran hutan dan lahan.

“Awan bagus itu mirip bunga kol, tinggi puncak 14.000-15.000 kaki (4.267-4.572 meter) dan dasar 4.000 kaki (1.219 meter),” kata flight scientist pada Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Sutrisno, seusai penerbangan penyemaian garam (NaCl) di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau. Saat itu, puncak awan yang bisa diperoleh setinggi 7.500 kaki (2.286 meter) dan ketinggian dasar 5.000 kaki (1.524 meter).

Tim juga hanya mengangkut 2 ton garam dari maksimal 4 ton per penerbangan. Tim hujan buatan sudah mengetahui kecil peluang memperoleh awan bagus. Untuk tahap kedua kemarin, operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Riau menggunakan pesawat CN-295 milik TNI Angkatan Udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Sutrisno, tim awalnya menarget Rokan Hilir mengingat ada 11 titik panas dalam pantauan hari Senin. Namun, karena sejak di atas Kabupaten Siak tim tak melihat awan di Rokan Hilir, sebagian garam ditebar di Siak. Setelah itu, garam disemai di utara Pekanbaru dan Kepulauan Meranti.

Tetap bermanfaat
Sutrisno yakin penyemaian Senin itu tetap bermanfaat. “Kami berupaya awan tetap jatuh dan melembabkan tanah sehingga meski belum terpantau sebagai titik panas, setidaknya pertambahan titik panas terhindarkan,” tuturnya.

Pada penerbangan perdana tahap kedua, tim terdiri dari tiga staf UPT Hujan Buatan BPPT, tiga penabur, dan tujuh anggota TNI AU sebagai kru pesawat. Di dalam pesawat terpasang delapan tabung konsol pembibitan hujan mekanis. Saat proses menabur benih, anggota tim membuka keran tabung dan memukul-mukul tabung agar garam turun. Penerbangan selama dua jam.

Sebelum penerbangan, Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman membuka operasi TMC tahap kedua. Pembukaan antara lain dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK Nur Masripatin, dan Sekretaris Utama BPPT Soni Solistia Wirawan.

Nur mengatakan, dari total 16 juta hektar lahan gambut di Indonesia, lahan gambut Riau terluas, yakni 5 juta hektar. (JOG)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juni 2015, di halaman 13 dengan judul “Awan Tipis, Hujan Sulit Diturunkan di Riau”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB