Hujan lebat masih mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya meskipun sudah diantisipasi dengan modifikasi cuaca untuk mencegah banjir. Modifikasi cuaca hanya upaya untuk mengurangi volume curah hujan di Jakarta.
”Modifikasi cuaca tidak dapat 100 persen mengalihkan hujan. Teknologi ini tidak dapat dilakukan malam hari. Suplai awan yang mengalir pada malam hingga pagi yang menyebabkan masih terjadi hujan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo, Rabu (15/1), di Jakarta.
Penyemaian natrium klorida atau garam dapur dilakukan kemarin untuk menghadang pertumbuhan awan dari arah barat daya dan barat laut Jakarta. Siang harinya dilakukan penyemaian garam di barat daya Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Garam sebanyak 3,6 ton disemai di atas wilayah Pelabuhan Ratu hingga Pandeglang,” kata Heru.
Berikutnya, penyemaian 3,6 ton garam untuk wilayah barat laut Jakarta dilakukan tim lainnya. Kedua arah angin dari barat daya dan barat laut ke timur itu berbelok di atas wilayah Jakarta. Pertemuan dua arah angin ini menimbulkan pelambatan yang memengaruhi pembentukan awan hujan yang intensif.
”Akumulasi awan di Jakarta saat ini tidak terpengaruh adanya sistem tekanan rendah atau bibit siklon tropis yang terjadi di perairan barat daya Papua atau di utara Sulawesi,” kata Heru.
Sistem tekanan rendah yang terjadi di utara Sulawesi, kata Heru, secara tidak langsung turut memengaruhi pembelokan arah angin dari barat laut ke arah timur. Lokasi belokan angin di antaranya berada di atas wilayah Jakarta.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, modifikasi cuaca dengan penyemaian garam ditargetkan selama dua bulan mendatang untuk mengantisipasi hujan lebat yang menyebabkan banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Hujan lebat yang diantisipasi memang tidak sepenuhnya dapat dialihkan karena keterbatasan waktu penyemaian garam yang tidak dapat dilakukan pada malam hari, ketika terjadi suplai awan memasuki Jakarta. Selain modifikasi cuaca di atmosfer, modifikasi cuaca juga dilakukan di daratan dengan mengerahkan sejumlah alat untuk memecah hujan. (NAW)
Sumber: Kompas, 16 Januari 2014