Antisipasi Mutasi Virus Korona

- Editor

Rabu, 10 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Virus korona baru penyebab Covid-19 yang bersirkulasi di Indonesia bermutasi dari leluhurnya di Wuhan, China. Tiga spesimen virus yang dapat diurutkan keseluruhan genomnya oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Virus korona baru penyebab Covid-19 yang bersirkulasi di Indonesia bermutasi dari leluhurnya di Wuhan, China. Tiga spesimen virus yang dapat diurutkan keseluruhan genomnya oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ini juga menunjukkan virus itu beredar di sejumlah negara lain sebelum tiba di Indonesia.

Data urutan keseluruhan genom SARS-CoV-2 dari tiga isolat dari pasien di Indonesia telah didaftarkan Lembaga Eijkman di platform Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), situs daring wadah ilmuwan seluruh dunia berbagi informasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Dari tiga sampel itu, secara evolusi, semua transmisinya berasal dari China dan bermutasi sepanjang migrasi sebelum tiba di Indonesia. Sama seperti manusia, virus berevolusi. Bedanya, virus berevolusi jauh lebih cepat daripada manusia,” kata Pradiptajati Kusuma, peneliti postdoctoral Lembaga Eijkman, di Jakarta, Kamis (7/5/2020).

Menurut analisis GISAID, Pradiptajati menyimpulkan, tiga sampel virus itu mengalami perjalanan berbeda. Untuk sampel EIJK2444, virus pernah bermigrasi dari China menuju Australia lalu ke Jepang sebelum ke Indonesia. Untuk sampel EIJK0317, virus bermigrasi dari China menuju Inggris lalu Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab sebelum ke Indonesia.

Untuk sampel EIJK0141, awalnya dari China menuju Inggris, lalu AS dan berakhir di Indonesia. ”Tiga virus ini kemungkinan ada di Indonesia sejak akhir Februari atau awal Maret 2020,” katanya. Lembaga Eijkman terlibat melakukan pemeriksaan Covid-19 sejak pekan kedua Maret 2020.

Menurut Pradiptajati, untuk melihat kapan Covid-19 mulai beredar di Indonesia, harus melihat sampel lain, terutama yang diperiksa lebih awal oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. ”Jika sampel dari Pasien-1 di Indonesia bisa diurutkan genomnya, ini jadi patokan awal, termasuk apa saat itu sudah terjadi penularan domestik atau impor dari luar,” katanya.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA—Laboratorium Biologi Molekuler dengan dua alat PCR di dalamnya. Tampak petugas medis sedang siap-siap melakukan pemeriksaan atas 46 sampel spesimen perdana, Kamis (7/5/2020).

Menurut Kepala Lembaga Biologi Eijkman Amin Soebandrio, dari kajian awal, virus SARS-CoV-2 di Indonesia tak masuk tiga kelompok besar yang dipetakan sebelumnya oleh GISAID. ”Masuknya kategori others (lain-lain). Jadi, ada kelompok baru dari Asia Tenggara. Ada kemungkinan mutasi saat di Indonesia atau di perjalanan,” katanya.

Terkait hal itu, perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu memengaruhi struktur protein virus dan fungsinya. ”Meski ada kajian di luar ada strain virus korona lebih mematikan dibandingkan dengan yang lain, kita belum tahu yang ada di Indonesia ini,” ujarnya.

Menyusun diagnostik
Informasi mutasi virus penting untuk menyusun diagnostik molekuler dan antibodi, selain mendesain vaksin. Beberapa jenis virus mudah bermutasi, misalnya virus influenza, sehingga vaksin harus diperbarui setiap enam bulan. Adapun kecepatan mutasi virus korona belum diketahui.

Selain akan mengurutkan seluruh genom dari sampel lain, diperlukan juga data perjalanan klinis pasien, termasuk rentang usianya. ”Untuk tahu karakter virus, perlu dilihat perjalanan penyakit dan seberapa cepat jadi berat,” kata Amin.

Dampak Covid-19 dipengaruhi dosis keterpaparan, karakter virus atau virulensi, dan kondisi pasien. Meski tiada penyakit penyerta, jika tiap hari terpapar virus dengan virulensi tinggi, seseorang bisa terdampak parah. Kelompok berisiko ini misalnya tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19 dan orang yang bekerja di ruang tertutup dengan pasien.

Sementara itu, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkapkan, hingga Kamis (7/5) ada 12.776 kasus Covid-19 di Indonesia atau bertambah 338 kasus dari sehari sebelumnya. Sebanyak 2.381 pasien sembuh dan 930 meninggal.

Semua elemen bangsa butuh stamina sosial kuat demi mencegah penularan virus itu. Cara paling ampuh menghadapi pandemi ialah penanganan berbasis komunitas melalui pembatasan sosial berskala besar. ”Perlu peran tokoh panutan di masyarakat, seperti tokoh agama, untuk menghadirkan kesadaran warga bahwa PSBB jadi kebutuhan,” ujarnya.

Oleh AHMAD ARIF/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR

Editor: KOMPAS CETAK

Sumber: Kompas, 8 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB