Akreditasi Internasional Prodi

- Editor

Selasa, 6 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hingga saat ini ada 396 program studi (prodi) dari seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang terekognisi secara internasional.

Perinciannya, akreditasi internasional (61 persen) dan penilaian (asessment) AUN-QA (ASEAN University Netwok – Quality Assurance) (39 persen). Akreditasi internasional prodi adalah akreditasi yang dilakukan lembaga akreditasi dari negara lain atas permintaan PT/prodi untuk melakukan kaji ulang (review) dan evaluasi terhadap kriteria/standar mutu prodi pengundang.

Assesment AUN-QA adalah review dan evaluasi prodi berdasarkan model penjaminan mutu yang dikembangkan oleh AUN-QA. AUN-QA adalah salah satu program dalam payung ASEAN University Network (AUN) yang mempromosikan penjaminan mutu pendidikan tinggi di kawasan ASEAN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Banyak lembaga akreditasi internasional beroperasi saat ini dengan model, sistem dan mekanisme akreditasi beragam. Lembaga yang baik, umumnya menggunakan model akreditasi berbasis outcomes (capaian lulusan). Akreditasi berbasis outcomes adalah akreditasi dengan menggunakan standar outcomes yang ditetapkan lembaga akreditasi. Proses akreditasi dilakukan dengan mengevaluasi tingkat ketercapaian outcomes prodi dan mengevaluasi berbagai kriteria mutu yang dapat mendukung ketercapaian outcomes.

Oleh karena itu, hasil evaluasi akreditasi internasional umumnya ada dua kategori: terakreditasi atau tak terakreditasi. Status terakreditasi diberikan ke prodi yang memenuhi kriteria mutu yang memungkinkan outcomes dapat dicapai, sebaliknya status tak terakreditasi untuk prodi di mana beberapa kriteria mutu tak tercapai sehingga berdampak pada ketidaktercapaian outcomes. Konsekuensinya, jika ada dua prodi yang sama dan terakreditasi oleh lembaga akreditasi yang sama, outcomes kedua prodi itu adalah setara.

Secara prinsip, ada persamaan dan perbedaan antara akreditasi internasional dan asessment AUN-QA. AUN-QA menggunakan outcomes sebagai rujukan evaluasi, namun standar rumusan outcomes-nya ditentukan masing-masing prodi. AUN-QA tak menetapkan standar rumusan outcomes untuk setiap prodi, tapi hanya memberikan kriteria bagaimana seharusnya outcomes dirumuskan. Sebaliknya, pada akreditasi internasional, rumusan outcomes ditentukan lembaga akreditasi.

AUN-QA lebih fokus pada implementasi penjaminan mutu prodi. Saat asessment, akan dievaluasi apakah implementasi penjaminan mutu prodi memungkinkan kriteria yang ditetapkan dapat dicapai. Prodi akan tersertifikasi AUN-QA jika mencapai rating, sedikitnya pada tingkat adequate as expected. Rating lebih tinggi adalah: better than adequate, example of best practices dan excellent. Karena rumusan outcomes ditetapkan prodi, maka jika ada dua prodi yang sama dan tersertifikasi AUN-QA, kedua prodi belum tentu memiliki outcomes setara.

Akreditasi internasional menekankan pada standarisasi kemampuan lulusan melalui evaluasi ketercapaian outcomes prodi. Outcomes ditetapkan oleh lembaga akreditasi yang umumnya didukung berbagai asosiasi profesi, asosiasi teknik/saintifik, asosiasi industri dan lainnya. Jadi akreditasi internasional dapat menjembatani kriteria kemampuan lulusan yang dihasilkan dan kemampuan lulusan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Oleh karena itu tak heran jika beberapa lembaga akreditasi internasional hanya mengakreditasi prodi yang kemampuan lulusannya dapat distandarkan secara universal, seperti di bidang rekayasa, teknik, komputer, teknologi, sains, kesehatan, bisnis, ekonomi, bisnis, manajemen, seni dan desain. Jarang ditemukan lembaga akreditasi internasional yang dapat mengakreditasi prodi di bidang yang unik dan khas karena outcomes nya tak mungkin distandarkan secara internasional.

Akreditasi dan SDM unggul
Berapa biaya untuk proses akreditasi internasional? Setiap lembaga akreditasi punya standar biaya berbeda-beda. Di internasional ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology – AS), untuk ajuan dua prodi rata-rata Rp 350 juta/prodi. Biaya ini termasuk biaya transpor untuk mendatangkan asesor dan akomodasinya selama di Indonesia.

Jika terakreditasi, prodi itu perlu bayar maintenance fee Rp 20 juta/tahun/prodi. Beberapa prodi menganggap itu tak terlalu mahal dibandingkan manfaatnya, beberapa prodi lain menganggap mahal karena dipandang dari sudut yang berbeda.

Yang jelas biaya untuk mempersiapkan prodi agar memenuhi kriteria yang ditetapkan biasanya jauh lebih besar dari biaya akreditasi itu sendiri. Biaya terbesar umumnya untuk meningkatkan mutu dan ketercukupan sarana prasarana laboratorium serta tingkat keamanan dan keselamatannya. Mengingat jumlah prodi di Indonesia sangat banyak, butuh anggaran sangat besar pula jika mereka dituntut untuk terakreditasi internasional. Efeknya, pasar akreditasi internasional di Indonesia jadi sangat besar.

DOK PLN—Suasana saat pertemuan antara PLN-ITB-UGM dan pihak Kampus Fryslan Universitas Groningen di Leeuwarden, Belanda, Selasa (2/7/2019). Foto dok PLN

Ada tiga dimensi yang berhubungan dengan akreditasi internasional: standarisasi outcomes yang berhubungan dengan keunggulan proses pembelajaran; sistem dan mekanisme penjaminan mutu prodi dan rekognisi internasional yang dapat digunakan untuk branding prodi. Di era globalisasi, standarisasi outcomes (kemampuan lulusan) jadi penting agar lulusan dapat bersaing dengan lulusan prodi sejenis dari negara lain, baik untuk pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sistem dan mekanisme penjaminan mutu yang digunakan sebagai acuan dalam akreditasi internasional juga penting karena jika sistem dan mekanisme itu dapat diadopsi dan diimplementasikan dengan baik, mutu prodi dapat ditingkatkan secara berkelanjutan. Branding juga penting, terutama untuk tarik minat calon mahasiswa baru.

Dari 3.762 prodi di seluruh Indonesia yang terakreditasi nasional (BAN-PT) dengan peringkat A, hanya sekitar 10,5 persen terekognisi internasional. Apakah akreditasi internasional atau sertifikasi AUN-QA masih diperlukan? Jawabannya berpulang kepada PT. Apakah akreditasi itu sejalan dengan visi-misi dan tujuan PT?

Apakah prodi itu perlu pengakuan akan standar outcomes-nya, apakah prodi itu masih perlu branding untuk menarik minat calon mahasiswa baru, atau prodi itu hanya perlu verifikasi bahwa penjaminan mutunya telah berjalan dengan baik? Pilihan-pilihan ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan bijaksana.

Apapun pilihannya, outcomes based education adalah suatu keniscayaan agar prodi dapat menghasilkan lulusan yang dapat berkompetisi secara global dan prodi dapat membangun sistem penjaminan mutu yang terstruktur dan terukur. Di atas semua itu, tentunya keberadaan prodi harus dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bangsa dan negara, khususnya dalam rangka menyediakan SDM unggul dan bermutu.

(Pepen ArifinKetua Satuan Penjaminan Mutu ITB)

Sumber: Kompas, 3 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB