Pengembangan pusat sains dan teknologi (science and technology park) untuk menghasilkan inovasi membutuhkan dukungan perguruan tinggi. Potensi penelitian di perguruan tinggi, baik dari dosen maupun mahasiswa, dapat dikembangkan menjadi produk inovasi bermanfaat dengan peran pusat sains dan teknologi.
Dukungan perguruan tinggi dalam memperkuat pusat sains dan teknologi itu salah satunya diberikan Telkom University, Bandung, Jawa Barat, yang bekerja sama dengan Bandung Techno Park. Potensi penelitian teknologi informasi dan komunikasi di Telkom University, misalnya, dikembangkan Bandung Techno Park agar dapat dikomersialkan sehingga dapat digunakan masyarakat dan industri.
“Riset-riset skala laboratorium di perguruan tinggi bisa dikembangkan menjadi sebuah produk dengan menggandeng perusahaan,” kata Direktur Bandung Techno Park Jangkung Raharjo dalam acara Telkom media gathering di Kampus Telkom University, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Inovasi
Kehadiran Bandung Techno Park yang didukung Telkom Foundation dan PT Telkom berhasil melahirkan sejumlah produk inovasi bidang teknologi informasi dan komunikasi, seperti peranti lunak bidang militer dan pendidikan. Pengembangan pusat teknologi di kawasan seluas 5,4 hektar terus berjalan.
Lokasi Bandung Techno Park yang dekat dengan Telkom University (gabungan Institut Teknologi Telkom, Institut Manajemen Telkom, Politeknik Telkom, serta Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom) dalam satu kawasan technoplex seluas 50 hektar membuat sinergi perguruan tinggi dengan sejumlah pihak terwujud. Bandung Techno Park menyinergikan agar kerja sama pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan komunitas untuk meningkatkan inovasi terus berjalan.
Wakil Rektor I Telkom University Heroe Wijanto mengatakan, perguruan tinggi juga didorong mengembangkan kekhasan. Telkom University yang merupakan milik badan usaha milik negara itu mengembangkan program khas, seperti memperkuat literasi teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa, kewirausahaan, dan magang. Mahasiswa wajib mengikuti program khas tersebut selama perkuliahan sehingga siap kerja ataupun berwirausaha.
Secara terpisah, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, pengembangan pusat sains dan teknologi oleh perguruan tinggi dan lembaga riset diarahkan untuk komersialisasi hasil riset. Riset-riset tidak hanya memenuhi publikasi ilmiah, tetapi juga bisa diproduksi. (ELN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2015, di halaman 12 dengan judul “Sinergi Riset di Pusat Sains dan Iptek”.