Perkembangan Kota; Faktor Perubahan Iklim Perlu Diakomodasi

- Editor

Jumat, 19 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan kota perlu mengakomodasi perubahan iklim. Selain soal tuntutan zaman, respons itu memastikan warga kota hidup lebih nyaman dan berkelanjutan.

Secara global, persoalan kota-kota di dunia adalah pemanfaatan lahan, yang sering kali berbenturan dengan konservasi lahan hijau. ”Kota perlu zonasi antara permukiman, kantor atau pabrik, serta ruang terbuka hijau,” kata Rachmat Witoelar, Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim, seusai 3rd International Seminar on Sustainable Urban Development (3rd IsoSUD 2014) di Universitas Trisakti, Jakarta, Rabu (17/9). Tahun ini, seminar tiga tahun sekali itu bertema ”Dinamika Perkotaan dan Lingkungan terhadap Perubahan Iklim: Rencana, Strategi, dan Praktik”.

Sung Kyun-kim, Guru Besar Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan, salah seorang pembicara, memaparkan adanya siasat tata ruang sebuah apartemen di daerah Banpo, Seoul. Apartemen di dekat Sungai Hangang itu didesain menggunakan pendekatan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bangunan itu, kata Kim, dirancang dengan lebih banyak ruang hijau. Sebuah kolam besar dibangun antara area apartemen dan permukiman lokal yang di sekitarnya ditanami aneka tanaman.

hamburg-Green-cover-over-sections-of-Motorway-in-Hamburg-2”Air yang diambil dari Sungai Hangang dikembalikan setelah menjalani proses pemurnian melalui sistem di kolam itu,” papar Kim. Koordinasi dengan masyarakat setempat pun dijalin dengan menyediakan area komunal antara penghuni apartemen dan warga sekitar. Untuk menghemat energi, apartemen menggunakan energi solar dan panas bumi.

Kota, sebagaimana umumnya, menuntut ketersediaan sarana pendukung hidup bagi warganya. Ketersediaan energi merupakan salah satu syarat mutlak, selain persoalan polusi udara.

Di Jakarta, penelitian Nizar Nasrullah dan Alhamadi dari Institut Pertanian Bogor mengidentifikasi pohon beringin (Ficus benjamina) yang ditanam di area simpang Cawang, Jakarta Timur, yang menyerap partikel penyebab polusi.

”Dibandingkan tanaman lain, seperti tanjung, beringin punya daya serap terbesar,” kata Nizar.

Menurut Melati Ferianita Fachrul, panitia seminar, seminar penelitian kondisi kota dan kaitan dengan perubahan iklim diadakan beberapa kali. ”Perlu sosialisasi lebih,” katanya. (A01)

Sumber: Kompas, 19 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB