Empat Spesies Baru Kumbang di Indonesia Ditemukan

- Editor

Kamis, 13 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti menemukan empat spesies baru kumbang di Maluku Utara. Nama empat spesies baru tersebut Epholcis acutus, Epholcis arcuatus, Epholcis cakalele, dan Epholcis obiensis.

Empat spesies baru kumbang ditemukan di Maluku Utara. Spesies baru yang ditemukan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Zoologogische Staatssammlung Munchen, Jerman, tersebut merupakan kumbang jenis Chafer dengan genus Epholcis.

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA FOR KOMPAS–Empat spesies baru kumbang Chafer dari genus Epholcis ditemukan di Maluku oleh peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Raden Pramesa Narakusumo, bersama peneliti dari Zoologische Staatssammlung Munchen, Jerman, Michael Balke. Keempat spesies baru tersebut adalah Epholcis acutus, Epholcis arcuatus, Epholcis cakalele, dan Epholcis obiensis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Raden Pramesa Narakusumo, menuturkan, empat spesies baru kumbang tersebut adalah Epholcis acutus, Epholcis arcuatus, Epholcis cakalele, dan Epholcis obiensis. Temuan ini telah dipublikasikan dalam Jurnal Treubia volume 46 yang terbit pada Desember 2019.

”Hingga saat ini tercatat sepuluh spesies Epholcis yang berhasil ditemukan. Enam di antaranya teridentifikasi tahun 1957 oleh Britton di New Queensland dan New South Wales, Australia. Sementara empat spesies baru yang ditemukan ini merupakan catatan baru di wilayah Indonesia dan berasal dari Kepulauan Maluku, yaitu Halmahera, Obi, dan Kepulauan Ternate,” katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Ia mengatakan, kumbang Epholcis merupakan serangga malam (nocturnal) yang memakan daun pohon Eucalyptus di Australia dan juga bunga cengkeh. Sementara jenis kumbang Epholcis yang ditemukan di Maluku memakan tumbuhan dari familia Myrtaceae (spesiasi tumbuhan jambu-jambuan).

Terkait penamaan dari spesies baru yang ditemukan ini, Raden menyampaikan, nama yang digunakan pada jenis Elpholcis acutus didasari oleh ciri fisik dari kumbang tersebut yang bentuknya seperti acutus yang berarti berujung tajam. Sementara untuk genus Elpholcis arcuatus karena bentuk kaki belakangnya yang melengkung seperti busur (arcuatus). Nama jenis cakalele diambil dari nama tarian tradisional Maluku dan obiensis merujuk pada Pulau Obi sebagai lokasi penemuan.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Pelajar mengunjungi obyek wisata Puncak Fitu di Kelurahan Ngade, Ternate Selatan, Ternate, Maluku Utara, Senin (11/3/2019). Pemandangan laguna, laut, serta Pulau Maitara dan Tidore dapat dinikmati dari tempat tersebut.

Adapun metode yang digunakan untuk mengidentifikasi spesies baru ini menggunakan metode taksonomi klasik melalui pendeskripsian morfologi. ”Metode ini mengandalkan penelitian morfologi, penelusuran melalui publikasi lawas dan studi banding dari satu museum ke museum lain,” ujar Raden.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi menambahkan, potensi penemuan jenis-jenis kumbang baru di wilayah Indonesia masih sangat besar. Berbagai koleksi spesimen kumbang yang saat ini disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor, Jawa Barat, memerlukan upaya identifikasi dari para ahli dan peneliti untuk penentuan jenisnya.

”Kesempatan untuk menggeluti bidang taksonomi masih sangat terbuka lebar, khususnya bagi para peneliti muda, mahasiswa, dan masyarakat ilmiah,“ ujarnya.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 12 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB