Tingkat Risiko Bencana Tergantung Pengelolaan Tata Ruang Ibu Kota Baru

- Editor

Minggu, 1 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lansekap pusat wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019). Penajam Paser Utara dan Samboja akan menjadi bagian dari ibukota baru yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.

KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF)
29-08-2019

Lansekap pusat wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019). Penajam Paser Utara dan Samboja akan menjadi bagian dari ibukota baru yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF) 29-08-2019

Risiko yang berpotensi terjadi di ibu kota baru adalah bencana meteorologis seperti banjir, tepatnya di muara-muara sungai dan pantai. Ancaman bencana lainnya adalah gelombang tsunami pesisir timur Kalimantan Utara dalam kategori kecil sebagai dampak dari aktivitas kegempaan di Sulawesi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/RIZA FATHONI–Lanskap pusat wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019). Penajam Paser Utara dan Samboja akan menjadi bagian dari ibu kota baru yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.

Tingkat ancaman bencana lokasi ibu kota baru Indonesia di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, bergantung pada tata ruang berbasis risiko bencana. Langkah tersebut juga mesti diimbangi dengan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bernadus Wisnu Widjaja dalam konferensi pers ”Antisipasi Bencana” BNPB di Jakarta, Jumat (30/8/2019), mengatakan, berdasarkan aplikasi pemantau bencana inaRisk, lokasi ibu kota baru lebih aman dari potensi bencana dibandingkan pulau besar lainnya. Dengan catatan, tata ruang dan wilayah harus disiapkan sebaik-baiknya.

”Kondisi aman tersebut adalah kondisi saat ini karena risiko bencana amat dinamis,” katanya.

Wisnu mengatakan, risiko yang berpotensi terjadi di ibu kota baru adalah bencana meteorologis seperti banjir, tepatnya di muara-muara sungai dan pantai. Ancaman bencana lainnya adalah gelombang tsunami pesisir timur Kalimantan Utara dalam kategori kecil sebagai dampak aktivitas kegempaan di Sulawesi.

”Tsunami bisa jadi terjadi, tetapi bencananya belum tentu terjadi jika daerah-daerah pesisir yang rawan tidak ada aktivitas manusia,” ujarnya.

KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bernadus Wisnu Widjaja.

Pengelolaan tata ruang dan wilayah yang baik, kata Wisnu, adalah dengan memisahkan area industri, pemerintahan, dan permukiman dengan menghindari pembangunan di kawasan pesisir. Hal itu juga mesti diimbangi dengan pengelolaan urbanisasi yang terukur agar tidak terjadi penumpukan kepadatan penduduk di satu wilayah.

”Wilayah perkantoran harus untuk perkantoran, perumahan juga untuk perumahan, jangan fleksibel,” kata Wisnu.

Seperti diketahui, risiko bencana akan meningkat seiring dengan perilaku manusia yang tidak bisa menjaga lingkungan. Oleh sebab itu, masyarakat harus diberikan edukasi untuk menjaga lingkungan dan kesadaran bencana sejak awal. Misalnya, dengan tidak membangun hunian di kawasan daerah aliran sungai (DAS).

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa kondisi tanah di Kalimantan Timur cenderung stabil dalam merespons gelombang gempa bumi dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya. Hal tersebut karena kondisi batuan yang kompak dan keras sehingga mampu meredam gelombang gempa.

Pulau Kalimantan sebenarnya bagian dari Benua Asia. Batuan-batuan penyusunnya berusia jutaan tahun sehingga kokoh. Hal itu berbeda dengan struktur batuan di pulau-pulau besar lainnya yang terbentuk akibat tumbukan lempeng-lempeng tektonik.

Risiko rendah
Peneliti tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan, tingkat risiko ancaman bencana gempa dan tsunami Kalimantan Timur berada di level rendah hingga sedang. Risiko tersebut merupakan dampak dari wilayah lain seperti dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

KOMPAS/EDDY HASBY–Widjo Kongko

Selain itu, potensi tsunami juga bisa disebabkan oleh longsoran bawah laut dari daratan yang ada di Sulawesi. Lokasi longsoran tersebut berpotensi terjadi di sisi barat Sulawesi yang memiliki kemiringan hingga lebih dari 5 persen. Meski begitu, risiko tersebut perlu dikaji lebih lanjut.

”Ke depan, kajian ini perlu disimulasikan lebih lanjut mengingat sebelah timur kalimantan kan dasar lautnya cukup dangkal sekitar 100 meter dengan panjang 75 kilometer,” katanya.

Oleh FAJAR RAMADHAN

Sumber: Kompas, 30 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB