Ekosistem lamun atau sea grass – satu dari tiga ekosistem utama di pantai – juga memiliki fungsi sebagai pelindung pesisir dari abrasi atau erosi di pantai. Ini menjadikannya potensial untuk memitigasi dampak kenaikan muka air laut.
Tanaman lamun biasanya menjulur-julur dari dasar sedimen laut ke permukaan. Daun ini menjadi tempat menempel berbagai jenis siput laut serta makanan bagi mamalia dugong. Akar tanaman saling terkait antar individu satu sama lain sehingga sangat rapat menjaga kestabilan sedimen.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Ekosistem Lamun di sekitar pulau di Teluk Cenderawasih, Papua, pada 11 Agustus 2017. Lamun ini memiliki keunikan dari dalam substrat muncul gelembung-gelembung udara yang bersuhu hangat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam sepasang kajian ilmiah yang terbit pada Mei pada jurnal Coastal Engineering dan the Journal of Fluids and Structures, Massachusetts Institute of Technology memaparkan temuannya itu beserta segudang manfaat lingkungan dari ekosistem lamun. Artinya, lamun tak hanya menjaga pantai dari erosi dan melindungi struktur bangunan pantai tetapi juga meningkatkan kualitas air dan menyerap karbon.
Profesor Heidi Nepf dan mahasiswa doctoral Jiarui Lei, penulis jurnal tersebut, menciptakan versi lamun buatan, yang sifatnya mirip dengan Zostera marina, juga dikenal sebagai eelgrass (karena bentuknya memanjang seperti belut). Mereka membuat koleksi tanaman buatan seperti padang rumput dalam tangki gelombang sepanjang 24 meter di Laboratorium Parsons MIT. Mereka memberi perlakuan dengan berbagai kondisi, seperti air yang tenang, arus yang kuat, dan gelombang bolak-balik.
Hasilnya divalidasi menjadi bahan permodelan. Para peneliti menggunakan model fisik dan numerik untuk menganalisis cara lamun dan gelombang berinteraksi dalam berbagai kondisi kepadatan tanaman, panjang daun, dan gerakan air.
Perbandingan
Untuk menguji validitas model, tim kemudian melakukan perbandingan efek prediksi lamun terhadap gelombang, dengan melihat padang lamun spesifik di lepas pantai pulau Mallorca di Spanyol, di Laut Mediterania. Kemudian dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan Profesor Eduardo Infantes, Lei dapat mengkonfirmasi prediksi yang dibuat oleh model, yang menganalisis cara ujung daun dan partikel tersuspensi di air mengikuti gelombang, membentuk lingkaran pergerakan semacam orbit.
Pengamatan di sana cocok dengan prediksi dengan sangat baik, kata Lei, yang menunjukkan kekuatan gelombang dan gerakan lamun bervariasi dengan jarak dari tepi padang rumput ke dalam. “Dengan model ini para insinyur dan praktisi dapat menilai berbagai skenario untuk proyek restorasi lamun, yang merupakan masalah besar saat ini,” katanya, dalam Sciencedaily, 3 Mei 2019.
Ini bisa membuat perbedaan yang signifikan karena memberi tingkat perlindungan yang diinginkan. Di daerah lain, analisisnya mungkin tidak bermanfaat, karena karakteristik gelombang lokal akan terbatas pada tingkat efektivitasnya.
Dengan melemahkan gelombang dan memberikan perlindungan terhadap erosi, lamun dapat menjebak sedimen di dasar laut. Ini secara signifikan dapat mengurangi pertumbuhan alga yang diberi nutrisi oleh endapan yang halus. Kondisi ini menguntungkan untuk menghindari eutrofikasi atau pengayaan alga.
Lamun juga memiliki potensi yang signifikan untuk menyerap karbon, baik melalui biomassa sendiri dan dengan menyaring bahan organik halus dari air di sekitarnya. Ekosistem lamun menyimpan 10 persen karbon yang terkubur di lautan meski hanya menempati 0,2 persen dari lautan.–ICHWAN SUSANTO
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 7 Mei 2019